That group of caravans

949 84 13
                                    

MUNGKINKAH saat ini dia masih dapat melihat masa depan?

Gadis itu-- Jane beranjak dari tempat tidur. Dimatikannya layar lebar yang tercantum tanggal 12 Desember 2082 di langit-langit, tetapi terminal kecil itu tetap digenggamnya. Dia memainkan sebuah file audio, yang berasal dari awal abad ini.

Suara laki-laki terdengar "..... Sejak akhir 1700-an, cadangan bahan bakar fosil telah menggoda kita bagaikan jin dalam lampu Aladin. 'Bebaskan kami dari lampu ini', begitu bisik sang karbon. Dan kita menyerah pada godaan itu. Nah, sekarang kita malah berupaya memaksa jin tersebut masuk kembali ke dalam lampu wasiat ....."

Rintik hujan terus menerpa jendela. Jane duduk di bawah atap loteng dan mencoba melihat keluar. Di sela-sela rintik hujan, dia memandang ke jalan di bawah sana tempat dahulu pernah berdiri sebuah pom bensin. Sebentuk reruntuhan beton dan besi baja berkarat masih tersisa di sana. Hampir tidak ada lagi mobil lintas di lembah ini, yang ada hanyalah karavan-karavan orang Arab dengan unta-unta berpunuk tunggal atau ganda yang melintasi kawasan itu. Afrika Utara dan Timur Tengah tak dapat lagi dihuni, dan ribuan pengungsi iklim dari wilayah tersebut berpindah ke Utara dan mendiami kawasan Nord-vestlandet (Norwegia).

Jane berjongkok sambil menempelkan wajahnya ke kaca jendela. Supaya bisa melihat lebih jelas. Di bawah sana dalam terpaan hujan berdiri sekelompok orang dengan tiga unta berpunuk tunggal yang penuh barang bawaan. Asap mengepul dari api unggun.

R E D
R U B Y

Angin menerpa dari arah barat daya, menghembuskan seluruh kawasan yang sedang dilanda hujan. Terlihat sekelompok Unta dan juga orang-orang berjubah putih dan wanita yang memakai cadar dengan kain hitam.

Salah seorang laki-laki dengan surban Istanbul merah di antara rombongan itu berjalan tertatih akibat perjalanan jauh dari rumah-nya yang bisa dikatakan sudah tak bisa dihuni lagi. Terasa berat langkahnya, perjalanan jauh dari arah Afrika hingga sampai ke dataran Eropa Utara membuatnya sangat lelah, bibir kering dan kantung mata yang terlihat dengan jelas menjadi buktinya. Membantu anak-anak serta kaum perempuan selama perjalanan membuat ia terjaga sepanjang Minggu ini. Dengan wajah letih ia menengok ke unta yang saat ini berjalan dengan tali kekang yang terlilit di pergelangan tangannya

Bukan hanya satu rombongan timur tengah ini yang melakukan perjalanan, tetapi beratusan rombongan lainnya turut melakukan ini, di tahun ini kawasan tempat mereka sudah dinyatakan tidak dapat dihuni lagi. Membuat mereka harus mencari tempat yang mungkin tak tersisa. Hah, kira-kira tanah mana yang masih tersisa di akhir abad 21 ini.

Gelagat pria berkulit coklat legam itu pun diperhatikan oleh wanita di balik cadar hitamnya, bukan ketertarikan melainkan rasa khawatirnya. Merasa resah, ia pun mendekati pria yang tampak lesu itu

"Vanthir, aku tau kau berkerja sedari kemarin. Kali ini jangan menolak ucapanku untuk beristirahat" ucapnya menggunakan bahasa Arab dengan penuh pengertian, walau tertutup cadar yang ia pakai

Pria itu, Vanthir hanya memberikan ulas senyum dari bibir pucatnya lalu kembali berjalan bersama untanya, tak terasa mereka sudah memasuki kawasan Eropa Utara

Seluruh rombongan itu melihat segala sisi tempat itu. Mereka berada di teluk danau yang biru dengan kapal-kapal berpenumpang lokal dan nelayan yang berkerja. Rasa dingin menyelimuti mereka, menyadari berada di antara lembah yang berbatasan dengan kawasan Trøndelag bagian Utara dan danau yang bermuara ke Sogn dan Fjordane ke arah selatan. Tak terlalu ramai karena cuaca mendung mendominasi langit.

Beberapa menit kemudian hujan turun dengan satu-persatu percikan airnya, menyentuh kepala dari setiap pengungsi iklim tersebut. Akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak di wilayah yang dulunya mungkin tempat pom bensin. Vanthir tidak bisa mengelak, rasanya ia lelah sekali. Matanya seperti susah untuk dibuka. Penglihatan yang redup membuat ia tak kuasa menahan berat tubuhnya

Dengan berjalan agak tertatih ia mendudukkan dirinya di salah satu rerumputan hijau yang basah, berbaring di atasnya dengan tetesan air hujan yang mengenai wajah tampannya, ia menutup matanya perlahan-lahan dengan pakaian putih nya yang basah dan kusam, ia menaruh kedua tangan diperutnya. []















R E D
R U B Y
Hei guys, it's me laven. Btw welcome to my first Taennie Fanfiction
-

So if you like this please Votement ya
Stay tune~~

The Red Ruby; Taennie [HIATUS]Where stories live. Discover now