Camel

296 50 2
                                    

LAKI-LAKI itu membaik kondisinya. Dia seumuran dengan Jane, tapi terlihat setahun lebih tua, bila dilihat postur tubuhnya yang besar dan jauh lebih tinggi dari Jane, ia memiliki paras yang tampan serta rahang tegasnya yang membuat ia lebih dewasa. Dan sekarang mereka sedang duduk di kamar bantal sambil bermain Ludo. Jane memainkan keping merah, dan dia keping biru.

Laki-laki itu berkata kalau permainan ini asalnya dari India. Di India, para raja bermain Ludo dengan kepindahan hidup. Mereka bermain menggunakan wanita-wanita dari Haremnya masing-masing. Jadi, bisa sampai enam belas wanita muda berdiri di area permainan yang ditandai dengan warna merah dan putih.

Laki-laki itu bisa mengumpulkan tiga dari seluruh kepingannya di satu bidang. Dia melempar dadu lagi dan berhasil membuat keempat kepingannya berjajar di satu bidang. Dia menyerukan kemenangan karena telah berhasil mendapatkan 'minaret'. Ia ternyata tidak sepakat dengan aturan mainnya dan lantas berhenti bermain .

R E D
R U B Y

Mereka berdiri di bawah pohon beech
merah yang besar dan memandang ke arah lembah. Seekor unta berpunuk satu berjalan mendekati tempat persinggahan itu. Laki-laki itu tersenyum dengan warna kulit coklat legamnya dan menoleh ke arah Jane lalu berkata:

"Kakek canggahku biasa mengendarai unta berpunuk satu. Kakek buyutku naik mobil Mercedes, dan kakekku berkeliling dunia naik pesawat jumbo jet. Tapi sekarang, kami berkelana naik unta lagi."

Dia memandang Jane termenung dan lantas menambahkan:
"Minyak bumi telah menjadi bencana buat negaraku. Kami menjadi kaya dengan cepat, tapi sekarang kami telah menjadi miskin. Bagaimana bisa tetap kaya kalau kami tidak punya negara yang dapat ditinggali?"


Jane mengerti, minyak bumi yang dari dulu menjadi kebanggaan orang-orang timur tengah dan menjadi sumber pendapatan utamanya Sekarang mulai terkuras lalu habis, membuat mereka terpuruk dan jatuh.
Mata coklat madunya melirik ke arah laki-laki tersebut yang sedang menatap hamparan di depannya.

Seolah-olah mengerti, laki-laki itu berbalik menatap Jane lalu tersenyum canggung "Sebelumnya maaf karena telah merepotkan mu, di saat itu aku memang kelelahan lalu berbaring disitu--"

Ia lalu mengulurkan tangannya

"--Aku Vanthir, Vanthir Umar Tsaqif. Dan sekali lagi terima kasih" ucapnya dengan lembut. Jane mengangguk-anggukkan kepalanya lalu membalas jabatan tangan itu "Aku Jane Ann Peterson, panggil saja Jane. Dan sama-sama" ia menunjukkan sedikit senyumnya

Vanthir akan segera berangkat. Sekelompok orang Arab dan sejumlah Unta berpunuk satu telah berkumpul di tempat persinggahan itu. Asap mengepul dari panggangan dan panci. Nenek buyut Jane keluar dan mengucapkan selamat jalan. Lalu, Vanthir mencopot sebuah cincin merah dari jarinya. Ia memberikannya kepada nenek buyut Jane sebagai tanda terima kasih atas penginapan dan perawatannya.

Jane kecewa karena nenek buyutnya-lah yang mendapatkan tanda terima kasih itu. Lalu, Vanthir berbalik ke arahnya dan mengusap kepala Jane, ia langsung gugup dan terlihat rona merah di pipi Jane. Ini pertama kalinya seorang laki-laki mengusap rambutnya. Vanthir lalu berkata kalau nenek buyutnya sudah tua , dan suatu saat Jane-lah yang akan mewarisi cincin tersebut. Vanthir menambahkan bahwa itu adalah cincin Aladin asli yang berasal dari legenda seribu satu malam.

Jane memandangi sepasang biji mata bewarna gelap milik Vanthir, dan dia menangkap sebuah kedalaman rahasia. []
































R E D
R U B Y.
Hey, I'm back. Maaf ya lama soalnya aku lagi ujian akhir semester, ya jadi fokusnya kesitu. Ikutin terus ya perjalanan Jane dan Vanthir, sekarang Jane keknya dah ada rasa wkwkwk

See ya~

The Red Ruby; Taennie [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang