Bagian Lima Puluh Lima | Jeda

Start from the beginning
                                    

"Gue tau..." Dylan tak mau menambah beban untuk Bella, dia tidak memberikan argumennya. Dia juga setuju Fathur mendapatkan balasan, apalagi setelah dia mendengar semua bukti rekamannya. Dia salah pilih lawan. Alice bukan lawan yang sebanding untuk Fathur.

Sejujurnya, awal Dylan kenal Alice dia tak menarik sedikitpun. Hanya gadis yang mudah bergaul dan pintar. Dia selalu sopan dan ramah. Tapi, ada satu kejadian yang membuat Dylan ingin mengenal lebih jauh sosok gadis itu.

Bagaimana dia menolak banyaknya pemuda yang mendekatinya, dia bisa melakukan semuanya sendirian, dia membantu orang-orang disekitarnya. Alice seringkali menjadi relawan dimanapun, menjadi pembicara untuk memotivasi banyak orang. Itu mungkin sisi baik yang dia perlihatkan ke banyak orang. Tapi, tentu saja disamping sisi baik selalu ada sisi buruk, karena terang dan gelap selalu berdekatan.

Alice bisa dengan mudahnya menghancurkan orang. Dia tidak akan meyenggol orang lebih dulu, ketika dia diperlakukan tak adil dia akan membalas dengan hal serupa atau bahkan lebih parah.

Tapi, tak banyak orang yang mengetahui hal itu. Karena Alice tak pernah melakukan semua hal dengan tangannya. Dia selalu cuci tangan setelah kejadian itu. Jadi, dia selalu bersih dari setiap masalah.

Suatu hari Dylan pernah memergoki Alice melakukan aksinya. Saat itu mereka masih mahasiswa baru, karena Alice langsung terkenal di kampus. Bagaimana dia cucu dari keluarga Rodriguez, keluarga yang cukup berpengaruh di negara itu. Dia mendapatkan beasiswa tapi dia menolaknya karena dia tau banyak orang yang lebih membutuhkan hal itu. Alice yang dikenal selalu tersenyum ramah dan membantu orang lain. Otaknya yang cemerlang, prestasinya banyak. Tapi, ketika ada orang yang lebih dari kita terkadang banyak orang yang iri.

Banyak pemuda mendekatinya dan Alice tak pernah merespons hal itu, dia hanya bersikap sopan dan memberikan senyuman. Pahit, namun kenyataan. Tak ada orang yang berteman tulus dengan gadis itu dan sepertinya Alice juga bukan tipe orang yang membutuhkan teman. Mereka akan baik di depan Alice, memuji bagaimana sempurnanya dia, tapi mereka akan menggunjingkan dibelakangnya. Betapa muaknya mereka dengan sikap sok sempurna Alice.

Alice terkena bullying. Tapi, dia tidak membalasnya secara langsung. Alice selalu diam dan tak banyak bicara. Saat itu, banyak gadis menyalahkan Alice karena kekasih mereka menyukai Alice, sangat tidak logis tapi begitulah kenyataannya. Bagaimana Alice di teror, loker dia penuh dengan coretan kata-kata kasar. Slut, bitch dan lainnya. Hal itu terjadi sampai satu minggu, tapi ketika itu Dylan tak sengaja melihat Alice tersenyum menyeringai dan besoknya orang-orang yang membully Alice, tersebar aibnya di sosial media.

Tentu, Alice bersih, tak ada bukti bahwa dia yang melakukan itu. Hanya saja, Dylan pernah bertanya apakah dia pelakunya. Alice hanya mengangguk dan mengatakan "Percaya apa yang kamu percaya, kalau kamu percaya saya pelakunya bukan masalah untuk saya, tapi kalau kamu gak percaya saya bukan pelakunya itu juga pilihanmu."

Dan banyak lagi kasus yang lain. Bagaimana Dylan bisa jatuh cinta karena malam itu Alice tengah menatap langit dari balkon, surai hitamnya, senyuman tulusnya. Hal itu membuat Dylan tak bisa memalingkan tatapannya barang sedetikpun dari gadis itu.

Tapi, satu hal yang selalu Dylan ingat. Jangan pernah memiliki masalah dengan Alice, gadis itu menyeramkan sekaligus menyenangkan.

"Bella... bukan hanya lo yang mendapat flashdisk," beritahu Dylan, "Melody juga."

Bella mengangguk, dia sudah bisa berhenti menangis. Matanya sangat bengkak, tapi setidaknya dia sudah mulai tenang.

MeloDylan 2 (Retrouvailles)Where stories live. Discover now