Keinginannya begitu kuat, dan ia selamat.

Bekerja sebagai bartender membuatnya biasa melihat orang make-out di tempat-tempat yang bukan privasi. Ia masih muda, meski terperangkap dalam tubuh yang tidak terlihat seperti usia aslinya. Kadang di sela penampilan tarian erotisnya di club, beberapa wanita atau lelaki submisif mendekat padanya, menempelkan tubuh pada Seungwoo untuk mencari kenikmatan sendiri di sela fantasi mereka. Kadang Seungwoo memberikan servis lebih, seperti membiarkan mereka menyentuhnya—tapi hanya sebatas itu. Kookheon berperan dengan sangat baik, mengingatkannya untuk tak jatuh dalam lubang dunia malam yang berbahaya. Terlebih Seungwoo masih sekolah.

Seungyoun teman sekolahnya.

Ah, nama itu, wajah itu, desahan itu.

Seungwoo membuka matanya. Tersenyum. Ia meraih celana pendeknya dan memutar keran bathtub, mengisinya sampai penuh. Ia memandangi wajahnya di cermin, sesekali merapikan helaian poninya yang basah. Begitu air hangat di bathtub penuh, Seungwoo masuk, menenggelamkan tubuhnya di sana.

Tubuhnya yang tegang mulai rileks.

Matanya perlahan terpejam—kantuk yang kuat menyeretnya pergi. Mungkin perasaan bahagia yang membuncah di dadanya, juga aroma rumah masa kecilnya, membuat ia tertidur.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

...

"Seungwoo? Seungwoo? Hei, hei. Bangun."

Ketika pemilik nama itu membuka mata, ia menemukan sebuah tangan mencengkeram bahunya, sebelum ia melarikan tatap matanya pada sosok yang berjongkok di samping bathtub. Cho Seungyoun. Wajahnya panik, khawatir.

"Kau tidak apa-apa? Astaga!" Seungyoun mengembuskan napas keras. "Bagaimana bisa kau ketiduran?!"

Seungwoo menarik tubuhnya untuk duduk. Ia merasakan air bathtub sudah mendingin, hanya sedikit sekali jejak hangat yang tertinggal. Berapa lama ia tertidur? "Jam berapa ini?"

"Jam satu malam."

Seungwoo mengerutkan alisnya. "Kenapa kau di sini?"

"A-aku ingin kencing dan menemukanmu di sini."

"Di atas kan ada kamar mandi kecil."

Seungyoun mencebik. Pipinya menggembung. "Ya pokoknya aku ke bawah!"

"Kau sempat tidur?"

Seungyoun mengangguk. Bohong. Ditinggalkan Seungwoo dalam kondisi panas seperti tadi, tentu saja ia akhirnya hanya berguling di atas tempat tidur, membolak-balikkan tubuhnya, sampai keinginannya mereda sendirinya. "Ayo ... tidur di atas."

Han Seungwoo mengangkat satu tangannya, menyibakkan poni Seungyoun. "Dahimu berkeringat."

Tidak hanya dahi saja, Bodoh. "Aku kaget melihatmu di sini!"

Seungwoo tertawa. "Aku tidak apa-apa. Mau mandi sekalian?"

"H-hah?"

Bukannya menjawab kebingungan Seungyoun, Seungwoo memutar keran air hangat setelah membuang sebagian besar isi bathtub. "Aku pakai celana pendek, jangan khawatir. Sini." Seungwoo menarik tangan Seungyoun, sedikit lebih kuat, membuat tubuh Seungyoun terdorong masuk ke bathtub. "Nanti aku ambilkan sepasang baju ganti kering. Kemarilah dulu."

Ryeon: Someone Named LoveWhere stories live. Discover now