Chapter 11

1.7K 325 182
                                    

'Sepertinya ... aku mabuk.'

Seungwoo sudah gila. Hampir ia membiarkan setan menguasai seluruh bagian otaknya, menggerakkan setiap senti tubuhnya untuk menyentuh Seungyoun—mengais apa yang dibilang kebanyakan orang sebagai surga dunia. Seungyoun adalah morfin-nya. Entah sejak kapan. Setiap suara desahan yang keluar tanpa sengaja dari mulut Seungyoun di sela-sela sentuhan jemarinya membuat Seungwoo hampir hilang kendali.

Pijatan lembut menari di punggung Seungyoun, sementara bibirnya tak henti meninggalkan jejak kecupan di seluruh kulit wajah Seungyoun. Pemuda Cho itu di bawahnya. Matanya sendu, beberapa kali terkatup. Kedua tangannya membeku di dada Seungwoo, sesekali mencengkeram bagian depan kaos Seungwoo.

Udara kamar mendadak pengap.

"Seungyounie?"

Yang dipanggil membuka matanya. Sendu. Melembut. Jejak air di sudut-sudutnya. Bibirnya terbuka—dalam temaram kamar, Seungwoo menangkap warna merah pada belah bawahnya, akibat Seungwoo beberapa kali menggigitnya. "Y-ya?"

Detak jantung Seungwoo bertalu, kuat seperti dihantam berulang-ulang. Tapi rasanya menyenangkan, melihat seseorang di bawahnya mendongak dan menatapnya.

"Apa kau ... pernah melakukan ini?" tanya Seungyoun, sangat pelan, hampir berbisik.

Seungwoo menggeleng. Tiba-tiba Seungwoo tertawa kecil. "Kau takut?"

Seungyoun terdiam beberapa jenak sebelum mengangguk. "Seper ... tinya."

Han Seungwoo membeku.

Seperti menyadari kegusaran Seungwoo, Seungyoun menunduk, menatap leher Seungwoo, malu. "Maksudku, tentu saja aku ... takut. Lihat posisi ... kita," ungkap Seungyoun pelan. "Aku di bawahmu. Artinya, kau ... akan ... memasukik—"

"Sssh." Seungwoo mendesis, menghentikan ucapan Seungyoun yang seperti akan tersedak. Seungwoo tentu saja paham. Keduanya lelaki. Selalu ada naluri dominan dan kini Seungyoun tahu bahwa dengan Seungwoo, ia adalah submissive.

"Tapi, selalu ada pertama kali ... untuk segalanya." Seungyoun menelan ludah, melirik pelan kembali mata Seungwoo.

Pemuda Han itu tersenyum lalu menarik tangannya dari kulit punggung Seungyoun.

Panas sekali kulitnya.

Seungwoo mengecup bibir Seungyoun sekali lagi, hanya sedetik.

Sulung Cho itu mengerjap.

"Tidurlah."

Seungyoun melotot ketika kungkungan tubuh Seungwoo yang tadi menindihnya, menyingkir—membawa pergi hangat yang menangkup badannya. "E-eh?"

"Aku ke bawah dulu. Mandi. Kau pasti lelah." Seungwoo tak menjelaskan apapun lagi pada Seungyoun kecuali meninggalkan kecupan singkat nan lembut di dahi Seungyoun.

Seungwoo menang—melawan nafsunya untuk menyakiti tubuh Seungyoun.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

...

Dikatakan menang, Seungwoo memilih membereskan urusan adik-tidak-kecil nya di kamar mandi. Ia menggeram di sela-sela suara percikan air shower yang mengalir deras mengguyur tubuhnya, mendinginkan kepalanya yang panas. Kepalan tangannya menekan dinding kamar mandi. Buku-buku jemari tangannya hampir memutih, tepat ketika ia sampai pada pelepasannya. Matanya terpejam kuat sementara bibirnya terbuka, mengalirkan napasnya yang putus-putus.

Ryeon: Someone Named LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang