Chapter 2

2.7K 399 188
                                    

Wooseok ada kelas sastra favoritnya sementara Hangyul ada kelas dance. Siang ini, Yohan ada kelas lain dengan Seungyoun. Ia sangat bersemangat mengingat hari ini ia akan melanjutkan latihan beatboxing—yang susahnya minta ampun itu. Namun beberapa kali Seungyoun sudah mengajarinya, jadi ia yakin tes nanti di kelas, ia akan dapat melaluinya dengan baik. Ngomong-ngomong soal Seungyoun, sudah dua menit sejak suara bel masuk kelas berbunyi, tidak ada tanda-tanda rekannya itu akan kembali ke studio radio. Yohan melangkah keluar, mengunci pintunya dan bergegas menuju kelas—mungkin Seungyoun akan langsung ke kelas setelah selesai menemui Han Seungwoo.

Ketika ia berjalan menuju kelas, beberapa langkah dari pintu masuk, ia melihat sosok Seungyoun berjalan ke arahnya. Polos, Yohan melambai-lambaikan tangannya dengan penuh semangat. "Ayo, sudah banyak yang masuk kelas!" Di lorong, hanya tersisa beberapa murid yang juga bersiap masuk ke kelas. Sebagian besar siswa sudah duduk manis di dalam kelas untuk bersiap menerima pelajaran.

Yang tidak Yohan sadari adalah raut muka Seungyoun yang ditekuk-tekuk.

Mood-nya memburuk.

Melihat ada Yohan di pintu masuk kelas, Seungyoun mempercepat langkahnya. Wajah pemuda itu merah padam.

Alis Yohan berkerut ketika menyadarinya. "E-eh, Seungyouni—"

Tepat di depannya, Cho Seungyoun mengangkat kepalan tangannya.

BRAKKK!

Seungyoun meninju pintu kayu yang diam bergeming—balok kayu itu sampai bergetar dan kaitan penguncinya di lantai terlepas. "BRENGSEEEEKKK!"

Suara kencang Seungyoun membuat Kim Yohan melotot. Ia melongo. Sosok di depannya bernapas dengan tak beraturan—derunya naik turun. Beberapa murid keluar dari pintu kelas dan beberapa melongok keluar jendela, melihat apa yang terjadi. Yohan memegangi pintu kelas yang masih berguncang dengan buru-buru. "S-Seungyounie?"

"ARRGGH! Aku benar-benar kesal!"

"Pa-padaku?" Kim Yohan mengerjap beberapa kali.

"Sekali ini aku bertemu dengan orang yang sombongnya lebih tinggi dari langit! Whoa! Whoa, aku benar-benar tak percay—"

Melihat mata Seungyoun yang membara, berapi-api, seolah mulut Seungyoun ingin menyemburkan api naga, Yohan segera memegangi satu tangan Seungyoun. Ia melihat ke sekitar dan membungkuk-bungkuk meminta maaf pada yang lain.

"Kau tahu, Yohana! Aku benar-benar ingin memukul wajahny—"

"Ssshhh!" Yohan menyeret Seungyoun menjauh. Ia masih membungkuk-bungkuk pada siswa-siswa yang penasaran dengan keributan yang ditimbulkan seorang Cho Seungyoun yang selama ini terkenal ramah, mudah bergaul, juga memiliki attitude paling menyenangkan di antara anggota X101. "Joesonghamnida, joesonghamnida! Abaikan saja, silakan kembali ke kelas. Maaf membuat keributan."

Seungyoun menurut saja diseret oleh Kim Yohan ke halaman belakang gedung sekolah. Mulutnya masih mendumel, cerocosannya tak berhenti.

Sampai di halaman belakang, Yohan membawa Seungyoun ke bawah pohon rindang, berharap semilir angin bisa meredakan emosi Seungyoun meski sedikit. "Ini soal Han Seungwoo, ya?"

"He is a shit, man. Totally shit!" Seungyoun menarik napas panjang. "Seumur hidupku di sekolah ini, aku tidak pernah ketemu murid sesial ini! Kautahu, aku baru mengajaknya ngobrol sedikit saja, dia sudah melihatku seperti lalat terbang. Coba tebak dia bilang apa?? Dia tidak ingin ngobrol denganku! Memangnya dia siapa? Anak presiden??"

Yohan mengulum bibirnya, menahan tawa. Sahabatnya itu marah hingga urat nadi di lehernya terlihat jelas. Wajah hingga lehernya merona merah.

"Aku bahkan belum banyak bicara! Baru tanya kabar dan dia melihatku sebelah mata! Ah, tidak! Matanya tidak kelihatan gara-gara poninya itu! Aku benar-benar menahan diri untuk tidak menjambaknya!"

Ryeon: Someone Named LoveWhere stories live. Discover now