CHAPTER: 2

27.7K 562 20
                                    

Kau tidak lagi terikat dengan kakakku, jadi aku bebas memilikimu seutuhnya
~Romeo Andra Pangestu~

Damta menatap jam dinding yang berada di atas pintu masuk mansion, jam sudah menunjukkan tengah malam tapi kemana perginya biang rusuh itu sampai jam segini belum pulang.

Biang rusuh itu adalah Romeo Andra Pangestu.

Sebenarnya Damta tidak menyukai kehadiran Romeo sejak pertemuan awal mereka, saat Azam memperkenalkannya pada bajingan keluarga Pangestu itu. Damta bukan gadis bodoh yang tak menyadari tatapan ketertarikan yang Romeo berikan padanya, bukan ketertarikan akan perasaan atau cinta melainkan seksual.

Namun ia memilih tetap mempertahankan senyum palsunya di depan Romeo, semua ini semata-semata karena ada Azam di sampingnya. Kalau saja tak ada Azam, maka Damta pasti sudah mencolok mata buaya darat itu.

"Kemana perginya pria itu? Bahkan ia tak peduli bahwa Azam baru saja meninggal, dan ia malah keluyuran sampai tengah malam."

Sebenarnya Damta masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Azam telah pergi untuk selamanya, namun sampai kapan ia akan terus menolak kenyataan tersebut? Yang Damta bisa lakukan sekarang hanya mendoakan mendiang suaminya.

"Terlalu cepat kau meninggalkan aku Azam, kita bahkan baru menikah, pernikahan kita baru seumur jagung tapi kau sudah pergi meninggalkanku untuk selamanya hiks hiks."

Selalu saja air mata menetes di mata Damta setiap ingatan tentang Azam melintas di pikirannya, hati Damta teriris saat mengingat pernikahan mewah dan janji suci yang diucap olehnya dan Azam.

"Seharusnya aku lebih tegas menolak kau pergi malam itu, seharusnya aku lebih keras mencegah kau pergi... Kalau saja aku bisa mencegah kepergianmu, pasti... Sekarang kau ada di sini bersamaku. Aku yang salah Azam, aku yang salah."

Tatapan nanar Damta tertuju pada bingkai besar yang menunjukkan betapa bahagianya pernikahan yang hanya seumur jagung ini, foto pernikahannya dengan Azam.

"Aku mencintaimu Azam, aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak membiarkan pria mana pun menggantikan sosok dirimu di hidupku, cukup sekali seumur hidup aku mengucap janji suci pernikahan dan itu hanya denganmu seorang Azam...

Ucapan Damta terhenti saat pintu mansion dibuka dengan kasar hingga menimbulkan suara yang nyaring, siapa lagi pelakunya kalau bukan putra bungsu keluarga Pangestu.

Romeo berdiri mematung saat tatapannya bertemu dengan mata Damta yang berkaca-kaca, Romeo tersenyum miring, mengejek dirinya sendiri yang kalah saing dengan orang yang sudah tiada.

Tanpa perlu Damta mengatakan penyebabnya menangis, Romeo sudah tahu bahwa itu berhubungan dengan Azam, karena di otak cerdas wanita itu hanya ada Azam saja.

"Kau dari mana saja? Apa kau tak punya otak lagi hah?! Kakakmu baru saja meninggal beberapa hari yang lalu dan kau malah keluyuran seperti pria liar dan bebas! Setidaknya kasihani mendiang kakakmu, apa kata orang saat mengetahui kelakuan burukmu ini?!"

Tangan Romeo terkepal kuat saat mendengar ucapan yang keluar dari bibir tipis merah muda itu, seharusnya ia tidak pernah berpikir bahwa Damta menunggunya pulang karena khawatir, karena nyatanya wanita itu tak akan pernah peduli padanya.

"Aku mau pergi kemana pun dan pulang kapan pun, itu bukan urusanmu Damta Karvantara!"

Damta tak menyangka bahwa adik iparnya semudah itu mengganti nama belakang keluarga suaminya, kaki Damta melangkah mendekati Romeo lalu menampar kuat pipi Romeo hingga meninggalkan bekas merah.

Kakak Ipar (Versi Lengkap Di Dreame)Where stories live. Discover now