Dari Abu Dzar ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda : “Setiap pagi, masing-masing ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan sedekahnya. Dan setiap tasbih adalah sedekah. Setiap bacaan tahmid adalah sedekah. Setiap bacaan tahlil adalah sedekah, setiap bacaan takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah dan melarang berbuat mungkar adalah sedekah. Kesemuanya itu dapat diganti dengan dua rakaat Dhuha.” (H.R Muslim)

Aku dan Hisyam berpisah di depan Masjid karena aku menuju tempat Wudhu khusus wanita dan Hisyam menuju tempat Wudhu khusus laki-laki. Setelah memasuki area tempat Wudhu aku melepas kaos kaki menggulung lengan seragam sekolah lalu menggulung lengan manset baju hingga sesiku yang aku pakai. Untuk hijab aku tidak membukanya hanya membuka penitinya saja, lalu aku membaca basmalah dan mulai membuka kran air dan berwudhu. Setelah selesai aku membaca do’a setelah Wudhu.

“Bismillahirrahmanirrahim. Asyhadu allaa ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariika lahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuuwa rosuuluhuu, alloohummaj’alnii minat tawwaabiina waj’alnii minal mutathohhiriina, waj’alnii min ‘ibadikash shaalihiina.”

Lalu aku memakai kembali kaos kaki, dan memasang peniti. Suasana sekitar Masjid terasa begitu sepi hanya beberapa orang yang berlalu-lalang. Saat akan memasuki Masjid aku mendahulukan kaki kanan yang memasuki Masjid. Dan membaca do'a masuk masjid.

"Bismillahirrahmanirrahim. Allahummaf tahlii abwaaba rohmatik."

Setelah mengambil mukena yang tersedia, aku mulai mendirikan Shalat Dhuha. Di rakaat pertama aku membaca Do'a Iftitah, Surah Al-Fatihah, dan Surah As-Syams. Dirakaat kedua membaca Surah Al-Fatihah dan Surah Ad-Dhuha. Setelah mengucap salam, aku mendirikan dua rakaat lagi Shalat Dhuha. Bacaannya pun sama seperti yang aku baca pada dua rakaat pertama tadi.

Setelah dari kantin aku dan Hisyam menuju kelas, kelas kami memang berada di gedung yang sama sehingga arahnya sama bedanya kelas Hisyam berada di lantai bawah sedangkan kelasku berada di lantai dua.

“Difaaaa,” panggil seseorang dari arah belakang sontak kami menoleh,

“Alya?”

“Gue nyariin lo dari tadi, lo dari mana?” tanya Alya saat aku akan menjawab Alya sudah lebih dulu bertanya lagi, “Lo yang ke kelas Cut Nyak Dhien kan? Pacarnya Difa?”

“Iyaa. Bukan, kita sahabatan gak pacaran,” jawab Hisyam,

Dan Alya hanya beroh ria, “Kenalin gue Alya Farida panggil aja Alya,” ucapnya memperkenalkan diri seraya menyodorkan tangan kanan untuk bersalaman.

Hisyam langsung menangkupkan kedua tangannya di depan dada, “Maaf, gue Hisyam Nizar, lo bisa panggil gue Hisyam,”

Alya menarik tangan kanannya, “Oh oke,”

“Difa, Alya gue duluan. Fa jangan lupa diminum obatnya, kamu masih pucet gitu soalnya,”

Setelah mengucapkan salam, Hisyam langsung berlalu menuju kelasnya.

“Kenapa sahabat lo gak mau salaman sama gue ya?” tanyanya dengan nada suara yang sedih, sepertinya Alya sudah salah paham.

“Hisyam nggak mau salaman karena kalian bukan Mahram, jika seorang laki-laki dan perempuan sudah baligh maka mereka dilarang untuk bersentuhan. Dan bersalaman itu sama saja dengan bersentuhan,” jelasku,

“Oh begitu ya,” ucapnya seraya menganggukkan kepala.

Kami melanjutkan perjalanan menuju kelas, saat sedang asyik mengobrol, “Astaghfirullah,” ucapku tepat saat lututku mencium lantai. Aku meringis karena rasa sakit pada lutut dan telapak tanganku.

Alya langsung membantuku untuk berdiri, ternyata yang menabrakku adalah perempuan dan di sebelahnya itu adalah Vino.

“Lo kalo jalan hati-hati dong,” ucap Alya pada perempuan itu,

“Gue udah hati-hati temen cupu lo ini aja yang ngehalangin jalanan,”

“Apa lo bilang-”

“Udah Al, gue gak papa. Jangan berantem ya gak baik. Tuh kita mulai diliatin orang-orang. Apa kata Guru sama kakak kelas nanti, masak anak baru udah bikin masalah?” ucapku berusaha melerai mereka.

“Lo minta maaf karena lo yang salah,” ucap Vino pada perempuan yang digandengnya itu.

Dan perempuan itu enggan untuk meminta maaf sehingga menimbulkan perdebatan antara mereka berdua. Aku dan Alya pamit untuk kembali ke kelas karena tidak ingin menjadi bahan tontonan siswa lain.

Setibanya di kelas aku langsung duduk, kali ini aku duduk di baris ketiga karena aku ingin duduk bersama Alya.

“Nih,” ucap seseorang seraya menaruh air mineral di atas meja, “Jangan ge-er ini gue kasih karena tadi pacar gue yang salah,” belum sempat aku mengucapkan terima kasih tapi dia telah berlalu menuju kursinya.

Tadi saat aku terjatuh, air mineral yang sedang ku genggam pun ikut terlempar dan ternyata masuk ke dalam selokan air hujan. Lalu aku mengambil air mineral itu dan mulai meminum obat.

***

Catatan :

Do'a saat masuk masjid :
Allahummaf tahlii abwaaba rohmatik
Artinya: "Ya Allah, bukalah untukku pintu-pintu rahmat-Mu"

Jika ada salah penyampaikan tolong dikoreksi ya teman-teman. Tetap gunakan bahasa yang sopan ketika mengkritik ya :)

Kalau kalian suka dengan cerita ini, jangan lupa tambahkan ke perpustakaan kalian ya. Dan ajak temen kalian juga untuk baca cerita ini :)

Jangan lupa vote dan komen temen-temen. Syukron.

Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share quotes from this story.

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama.

Tak Terucap [TAMAT] | TERBITWhere stories live. Discover now