Kabar Hisyam

463 40 4
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Aku duduk di taman pesantren, memandangi para santri yang berlalu-lalang. "Assalamualaikum. Maaf karena aku kelihatan nggak bersemangat gini. Bagaimana kabar teman-teman? Semoga selalu sehat dan selalu berada dalam lindungan Allah. Aamiin. Kabarku? Sebenarnya baik, tapi hatiku yang lagi tidak baik. Hatiku sedang menahan rasa sakit dan perih. Tau kenapa? Nanti kalian bakalan tau."

Aku menarik napas dan mengembuskannya. "Kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku ada di pesantren kan? Tunggu aja ya, nanti akan terjawab juga di novel Tak Terucap versi cetak. Kalian order ya novel Tak Terucap karena aku tau banget gimana perjuangan Teh Rani untuk cerita ini."

"Teh Rani, apa ada kemungkinan kalau di versi cetak aku bisa menikah dengan Difa?" tanyaku pada seseorang perempuan yang menggunakan khimar berwarna pink. Dia duduk 3 meter dariku, tentu dia bersama teman perempuannya. Teh Rani sedang sibuk mengetik sesuatu di laptop.

Teh Rani menoleh, tetapi menundukkan pandangannya agar tidak bertatapan denganku. Idaman kan? Kalo aku ini nyata bukan fiksi, pasti aku lamar Teh Rani. "Semua itu akan terjawab di versi cetak nanti A Hisyam. Dan, ada jodoh A Hisyam."

Aku mengusap wajah dengan tangan kanan sembari beristighfar. "Bisa kalau Difa yang jadi jodoh aku Teh? Aku takut nggak bisa mencintai perempuan lain," ucapku mengeluarkan apa yang ada di hatiku. "Atau Teteh mau jadi jodoh saya?" tanyaku bermaksud mencairkan suasana. Teh Rani menggelengkan kepala sembari terkekeh.

"Jangan khawatirkan soal cinta ya, A. Jodoh itu nggak akan tertukar. Cinta juga akan hadir di hati. Dan untuk saya ... maaf sudah ada calonnya. Tapi belum tahu siapa," jawab Teh Rani membuat aku tertawa.

"Okee kalau gitu Teh. Aku jadi semangat lagi sekarang. Emang novel Tak Terucap versi cetak kapan terbitnya?" tanyaku penasaran.

"Alhamdulillah, lagi open pre order nih, A. Ada penawaran spesial juga karena harganya jadi 78.900 aja terus bisa dapet pouch traveller kalo kita ordernya gercep. Saya juga udah buat tambahan part baru dan extra part SPESIAL untuk versi cetak," jawab Teh Rani dengan antusias.

"MasyaAllah. Tenang, Teh. Tabungan aku udah cukup buat halalin novel Tak Terucap. Dan buat ngajak jodoh ke pelaminan," jawabku sembari tersenyum membuat Teh Rani terkekeh.

"Jadi, kalau teman-teman penasaran sama kelanjutan kisah Teh Difa, A Vino, dan A Hisyam. Jangan lupa untuk ikut pre order novel Tak Terucap yaa, penawaran spesial hanya sampai tanggal 10 Maret, bisa order di shopee penerbit LovRinz atau DM saya di instagram. Silakan follow instagram saya @ranisseptt_ dan instagram penerbit @penerbit_lovrinz yaa." Teh Rani memberi informasi dengan semangat.

"A Hisyam. Saya ada pesan nih buat Aa. Terima kasih karena sudah mencintai Teh Difa dan memperjuangkan Teh Difa dengan cara yang baik. A Hisyam adalah lelaki baik. Insyaa Allah, akan dipertemukan dengan perempuan yang baik juga. Jangan galau lagi A," ungkap Teh Rani membuat aku tertawa. Benar juga apa yang disampaikan Teh Rani.

"Terima kasih, Teh Rani."

"Iyaa sama-sama, A."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tak Terucap [TAMAT] | TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang