part 6

2 1 0
                                    

Ada sunyi setelah ramai ada kesedihan setelah kebahagiaan ada duka setelah tawa.
Berbagai karanngan bunga telah menghiasi sepanjang jalan rumah alm.baraceae ya tak lupa pula bendera kuning disematkan pada tembok rumah.
“ turut berduka cita misca lo kalau sedih jangan sungkan sama gue iam welcome cerita aja” ucap tata
“makasi ta lo slalu ada buat gue” balas misca
Rumah itu kini telah sepi karna pemakaman telah selesai 15 menit lalu,hanya kesunyian yang mengisi ruangan itu tak ada yang berbicara bahkan untuk mengatakan sepatah kata pun tak ada yang mampu hingga vino angkat bicara
“dek, kakak, Vino gak nyangka papa pergi secepat ini tadi malam papa sempat  memberikan wasiat ke aku soal perusahaan,tapi untuk sekarang kan vino masih sekolah gimana kakak aja yang ngambil alih perusahaan untuk sementara aja kaki vino janji” vino terlihat serius
“iya sudah focus sama pelajaran mu belajar sungguh sungguh supaya bisa gantiin peran papa” misca tidak merasa keberatan dengan perkataan vino
“makasi ya kak,kita harus selalu saling menjaga satu sama lain” beranjak dari tempatnya “ oh ya kakak harus berusaha sayang sama Aurel dia gak sepenuhnya salah atas semua ini” ucapan vino yang tak diinginkan  oleh misca
“gak janji” ucapnya datar.  Sepeninggalan vino kini di ruang tamu hanya ada Misca dan Aurel, misca memandang menatap dalam pada Aurel
sial mukanya mirip mama Batinnya. Tak ingin lama lama mengingat dan melihat sosok yang dibencinya ia melangkahkan kaki menuju kamar menghempaskan tubuhnya diatas kasur yang empuk.

***

Sinar matahari yang masuk lewat kaca jendela membangunkan misca dari tidur nyenyaknya.
Perutnya telah mendemo,dengan segala pasukan cacing dari berbagai bagian tubuhnya namun matanya enggan terbuka bukannya malas hanya saja dia tidak nafsu.
“tok tok  tok” bunyi pintu yang diketuk paksa oleh Vino.
“assalamualikum kak,bangun kak udah siang memangnya kakak ndk lapar ayok gih sarapan dulu” vino cerewet untung hal satu ini
“dek kok skarang jadi cerewet banget sih”ujar Misca ketus
“diiihh gayak ne bukannya jawab salam”vino membuka paksa pintu itu “lagian kakak gak mau bangun udh pagi juga” lanjutnya.
“diiih ngomong juga pake typo lo sono  sono ntar gue turun” misca melepar bantal kearah vino sukur saja dia bisa menangkisnya dan tidak mengenai tubuhnya.
“diiiih ngomong sok sokan pake gue elo rusakin bahasa aja deh kak”vino keluar dari kamar misca dan menuju kamar aurel.
Sesampainya disana dia tidak perlu mengetuk pintu,aurel sudah berada di depan pintu kamarnya
“kak vino aku udah bangun donk gak perlu disiram kayak kemaren, kan papa udah berpesan sama aurel untuk selalu bangun pagi” ucapan aurel membuatnya mengigat sang papa hampir saja
bulir bulir keluar dari pelupuk matanya. Untung saja dia mampu mengendalikan bulir dan sesak didadanya.

*flashback
Pukul 04:15 adzan subuh berkumandang,mr.baraceae sudah siap ke masjid tak lupa dia menunggu putra satu satunya. “vino cepat kamu sudah bangun apa belum sih nak” teriak papanya dari ruang tamu yang masih sepi karna bi sumi belum bangun untuk mnyiapkan sarapan
“iya pa ini juga udah siap ayok berangkat” vino keluar menggunakan baju koko warna krim dan sarung warna hijau lengkap dengan peci hitamnya.
“anak papa bener bener dahhh” puji papanya
“knapa pa tau sih vino ganteng tapi biasa aja dong pa liatnya” ucap vino percaya diri
“dih ingt dong keturunan siapa” berjalan meninggalkan vino
“tau tau baraceae” berusaha mensejajarkan langkahnya dengan ayahnya

*flashback off
Vino tidak fokus dengan sarapan didepannya ini dari tadi dia hanya mengacak ngacak makanannya saja.
“woiiii vin” misca datang mengagetkan vino dan menyadarkan dari lamunannya.
“apasih kak ngagetin aja” ketus vino yang tersadar paksa dari lamunanya
“lagian lo ngapain pake ngelamun ngelamun segala masih pagi jugak” balasnya
Meja makan yang dulunya penuh kini satu persatu ditinggalkan penghuninya.
“kak dulu kursi mama dibawa kegudang dan setelahnya dibawa kembali untuk Aurel lalu sekarang apa kita akan membawa kursi papa kegudang sampai ada orang yang menggantikan?”suara vino memecah keheningan
“kakak mengerti itu adalah satu satunya jalan jika kursi ini tetap disini kita akan selalu teringat tentang kepergian papa bukankah kita tidak boleh meratapi kesedihan?”jelas misca
“hm” vino hanya berdehem mengisyaratkan iya
“besok kakak mulai kekantor dan kamu mulia besok masuk skolah” kata misca disela sela makannya
“dan iya mulai besok kakak yang nganterin Aurel kesekolahnya” vino melanjutkan ucapan misca
Yang hanya dibalas dengan berdehem

Struggle gokyoudai  (completed)Where stories live. Discover now