2

24.6K 779 1
                                    

Tegukan terakhir dari cangkir kopi yang ada di tangannya baru saja melewati tenggorokannya. Reno baru akan beranjak pergi dari tempat ia duduk di taman kecil belakang rumahnya, saat tiba tiba tetesan air hujan jatuh bergantian di hadapannya.

Dia urungkan niatnya untuk pergi,ingatanya masih sangat kuat untuk kembali pada masa kecilnya dulu. Ia sangat suka bermain dengan air hujan. Walaupun pada akhirnya ia tau ibunya akan selalu memarahinya.

Ia hanya tersenyum mengingatnya.

Reno sadar, ia harus menikmati saat saat seperti ini. Saat yang sangat sulit ia dapatkan. Perkerjaan yang ia jalani saat ini tak akan bisa mengerti seberapa berharganya menikmati hidup.

Reno memejamkan matanya, dalam benaknya terlintas banyak sekali pertanyaan. Bagaiman jika ayahnya belum meninggal.? Bagamana jika ia tidak bertemu dengan Bram.? Bagamana jika ia masih ada di Jogja bersama ibu dan adiknya.? Apakah jalan hidupnya akan seperti ini.?

Reno yakin, Tuhan telah merencanakan ini untuknya. Dan ia harus bersyukur atas itu.

Bunyi suara ponsel memaksa Reno untuk membuka mata, ada satu pesan untuknya dari nomor yang sudah ia hafal di luar kepala. Itu adalah pesan dari Bram, orang yang sempat terlintas di pikirannya beberapa saat lalu.

"Apa kau lupa dengan ku anak muda.? "

Bunyi pesan yang Reno terima dari Bram, pria yang sudah ia anggap seperti saudara itu tak pernah berubah dengan menyebutnya "anak muda".

Salah satu orang yang paling berjasa pada hidupnya selain keluarga bagi Reno adalah Bram. Ia bersyukur Tuhan mempertemukannya dengan orang itu.

***

Sudah hampir jam 12 malam tapi belum ada rasa kantuk yang Reno rasakan, mungkin karena seharian ia hanya duduk menonton, bermain ponsel dan jalan jalan di sekitar rumah. Justru rasa kaku yang ia rasakan pada tubuhnya.

Reno mendapat jatah 3 hari cuti dari boss besarnya, dan ia akan manfaatkan ini untuk beristirahat.

Dan sialnya, ia baru saja ingat kalau bahan makanan yang ia beli satu minggu lalu baru saja habis siang tadi.

"Sial". Umpatnya

Agak sedikit berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya, Reno masih mengumpat. Bagaimana bisa ia lupa kalau kulkasnya sudah kosong tanpa isi. Setiap minggu ia selalu rutin belanja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Walaupun ia jarang sekali berada di rumah.

Ia segera turun setelah mengambil dompet dan jaket dari kamarnya, berharap masih ada mini market yang buka di jam tengah malam begini.

Reno bukan lah tipe pria yang menunda-nunda pekerjaan, kalau bisa di kerjakan sekarang, kenapa harus nunggu besok. Pikirnya.

Setelah beberapa lama berkeliling, ia akhirnya menemukan mini market yang masih buka. Di depannya terpampang tulisan 24 jam, lega rasanya.

Reno segera memasuki tempat tersebut dan mencari barang atau bahan makanan yang ia butuhkan. 15 menit waktu yang cukup singkat bagi Reno untuk memenuhi keranjang belanjaan yang ia bawa.

Setelah selesai membayar, ia keluar dan segera menuju mobil yang ia parkir tepat di depan bagunan itu.

Membuaka pintu belakang dan memasukan barang yang baru saja ia beli. Ia berjalan menuju pintu kemudi saat tiba tiba pandangannya tertuju pada seseorang yang berlari, juga menuju ke arah mobilnya.

Wanita yang tidak tau berasal dari mana, penampilan acak acakan, dan... sepatu hak tinggi yang ia tenteng, dengan seenak hati membuka pintu penumpang dan memasuki mobilnya lalu menutupnya dengan cepat.

Belum sempat Reno berpikir, wanita itu berteriak dari dalam mobilnya.

"Cepat masuk atau gue bawa sendiri mobil ini".

Wanita itu hendak bangkit menuju kursi kemudi, tapi Reno berhasil menahannya.

"Apa apaan lo.? Keluar ngga, main masuk mobil orang sembarangan."

Mendapat protes dari sang empunya mobil, membuat wanita itu terlihat semakin panik. Wajahnya memerah seperti udang rebus.

"plisss tolong gue".

Wanita itu memelas.

"Gue gue. .. "

Kata katanya terputus lalu celingukan mencari sesuatu di luar mobil.

"Itu disana.... "

Menunjuk ke arah beberapa pria yang sepertinya juga sedang mencari sesuatu.

Reno tidak mengerti.

"Mereka orang jahat, mereka mau nyulik gue".

Wanita itu menjelaskan dengan napas yang masih belum teratur.

"Terus apa hubungannya sama gue.?

"Gue tau lo orang baik, jadi tolong nyalakan mobilnya. Terus pergi dari sini. Pliss".

Wanita itu kembali memelas, bahkan menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada dan memohon.

Reno mengalah, wanita itu berhasil membujuknya. Reno mengemudikan mobilnya meninggalkan tempat itu. Ia bisa menuntut penjelasan wanita itu setelah keadaan di rasa aman nanti.

"Depan belok kiri".

Wanita itu tiba tiba bersuara setelah beberapa saat di dalam mobilnya.

Dan herannya Reno selalu menurut saat berikutnya wanita itu berkata
"Kiri lagi...Kanan... Dan lurus". Tanpa protes.

Dan saat wanita itu berkata,

"berhenti di depan".

Dengan sigap ia memberhentikan mobilnya, di depan sebuah rumah yang lumayan besar.

Reno seperti orang bodoh, menuruti semua perkataan wanita yang namanya saja ia tidak tau.

Bahkan saat wanita itu sudah berada di luar mobil, ia tak menyadarinya.

Wanita itu kemudian menuju rumah yang sejak tadi Reno amati, tapi sedetik kemudian langkahnya berbalik menuju kembali ke arah mobilnya.

Wanita itu mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan dan memberikannya pada Reno.

Reno hanya melongo, terheran heran dengan tingkah wanita tersebut yang memberinya uang.

Sadar tak ada respon, wanita itu kemudian meletakan uang yang ia ambil dari dompetnya di kursi penumpang.

"Ini untuk ongkos buat bayar karena lo udah anterin gue pulang".

Reno masih membatu, menahan amarahnya yang sudah naik ke ubun ubun. Betapa kurang ajarnya wanita di hadapannya sekarang ini.

"Oh iya, thanks buat tumpangannya".

Itu kalimat terakhir yang Reno dengar sebelum wanita itu menghilang di balik pintu gerbang rumah mewahnya.

Di lirik lagi 3 lembar uang yang ada di kursi penumpangnya.

Reno tersenyum menyadari kebodohannya, menahan amarahnya untuk tidak segera meledak, Reno memutar balik mobilnya, lalu menginjak pedal gas dengan kekuatan penuh.

Sial.

You are My Destiny [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang