HT - 1.2

1.6K 327 48
                                    

Changbin baru selesai berlatih sore ini. Dan jadwal selanjutnya adalah, menjemput kekasihnya. Sudah menjadi rutinitas sehari-hari setiap kali keduanya usai dengan kegiatan masing-masing. Siapa yang lebih dulu selesai, maka dia yang harus menyambangi tempat dimana salah satunya bekerja. Tak ada alasan, hanya sudah menjadi kebiasaan bagi keduanya.

Dan disini Changbin sekarang, berdiri di dekat kap mobilnya, dengan kedua tangan yang ia simpan disaku parkanya. Iris pekat Changbin tak sekalipun berhenti mengabsen satu persatu orang yang mulai berlalu-lalang dari gerbang kantor dimana Felix bekerja. Sesekali kepalanya bahkan melongok guna mencari kekasihnya yang sedang ia tunggu.

Mendadak sebal ketika dirinya tak kunjung melihat Felix. Ponselnya mati, lupa mengisi baterai yang sejak semalam hanya tersisa 23%. Niat awal ingin menghubungi lelaki itu harus ia urungkan. Kini jarinya sibuk melukis abstrak dilayar ponselnya.

Mulai merasa bosan, Changbin menggerutu kecil. Merutuki dirinya yang datang terlalu awal. Kerikil kecil dibawah sepatunya mulai ia tendang asal. Sudah lebih dari 45 menit ia berdiri disisi jalan seperti ini. Tak jarang ia diperhatikan orang sekitar, pun lengkap dengan tatapan curiga mereka. Entah karena sebagian dari mereka mengenali dirinya, atau karena eksistensinya yang memang di waspadai.

"Kelewat ganteng kali ya gue?" Pede Changbin. Acuh dengan kilat introgasi dari mata orang-orang disekelilingnya.

Hening sejenak, sampai sebuah tepukan dibahu membuat Changbin terkejut. Ia tersenyum miring ketika mengetahui siapa pelakunya. Dihadapannya, ada seorang wanita muda cantik yang seumuran dengan dirinya, lengkap dengan seringai jahil yang terpatri di wajah manisnya. Ini dia, orang yang ia rindukan hampir 5 tahun lamanya. Menghilang bak ditelan samudera. Tak butuh waktu lama untuk Changbin mengenali wanita di hadapannya ini, karena dulu, hampir setiap waktu mereka saling jalan bersisi.

Ryujin.

"Gue kira cuma halu tadi. Ternyata emang lo." Katanya.

Changbin tertawa. "Masih hidup lo?"

Ryujin hanyak mendecak, lalu memukul lengan Changbin cukup keras.

"Ya lo pikir?"

Lagi, Changbin melontarkan tawa renyahnya.

Merasa tak nyaman dengan tempat mereka berdiri saat ini, Changbin lantas mengajak Ryujin untuk duduk dekat pos jaga yang ada di sisi dalam gerbang kantor kekasihnya— dan Ryujin. Keduanya benar-benar memanfaatkan waktu. Berbagai cerita sudah terlontar dari mulut masing-masing. Acuh jika mereka sedang berada di luar ruangan. Sampai sebuah suara panggilan dari seseorang membuat keduanya mengalihkan pandangan. Saat mengetahui siapa pemilik suara itu, Ryujin pamit. Dengan sekali jabat tangan, dan sebuah pelukan, Ryujin mulai berjalan menjauh.

"Malam ini di kafe biasa, ya?" Teriak Changbin ketika Ryujin mulai menjauh.

Ryujin hanya balas thumbs up di udara.

Felix bisa mendengarnya jelas, sangat jelas. Pun, dengan interaksi keduanya, Felix melihatnya.

"Lo kenal Ryujin?" Tanya Felix setelah berhasil mengambil sisi kiri kekasihnya.

Changbin diam, masih fokus menatap kepergian Ryujin disana. Dan bisa Felix lihat juga, ada senyum tipis yang terukir di wajah milik lelakinya. Matanya berbinar.

Sialan!

"Kak?" Panggil Felix, sekali lagi.

Changbin terkesiap, buru-buru ia mengalihkan atensinya kepada Felix. Di usaknya surai pirang milik kekasihnya, lalu menanggalkan kecupan dikening cukup lama setelahnya.

"Lo satu kantor sama Ryujin?" Tanya Changbin.

Felix mengangguk. "Tapi beda divisi."

Setelah mendengar tanggapan dari Felix, Changbin menarik lembut tangan kekasihnya untuk menuju  dimana mobilnya diparkirkan. Jari keduanya saling tertaut, permukaan punggung tangan si mungil juga Changbin usap penuh kasih. Namun baru beberapa meter mereka berjalan, keduanya menangkap suara gaduh dari sisi parkiran, tepat disisi kanan mobil milik Changbin.

[✔] Half Time ;changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang