HT - 0.6

2K 364 19
                                    

Hari belum terlalu kelam, tapi mega kelabu yang menggantung di angkasa cukup membuat mencekam. Rasanya baru tadi biru langit menyapa, namun sirna dalam satu kedip mata. Walau dingin menusuk, menembus jaket yang ia kenakan, Felix tetap berdiri disisi gerbang. Menunggu Changbin yang masih asik menerima wejangan dari pelatih fisik di dalam mess.

Felix tak akan senekat ini jika saja dirinya tak menerima kabar bahwa Changbin terkena cedera hamstring yang cukup parah. Bodohnya lagi, Felix percaya saat Changbin mengatakan jika cederanya akan baik-baik saja dalam beberapa hari kedepan.

Terhitung empat kali Felix mengurungkan niatnya untuk menghubungi Changbin. Namun kali ini ia tak bisa lagi menahan, rasa bosan sudah terlalu mendominasi dalam dirinya. Merogoh kembali ponsel dari saku celana, lalu menekan nomor Changbin setelahnya.

"Felix!"

Sebuah suara menghentikan Felix dari kegiatannya. Menoleh cepat, lalu tersenyum lega. Disana, beberapa meter dari tempat Felix berdiri, ada Changbin yang tengah melambai ribut kearahnya. Felix mengangguk, balas melambai layaknya anak kecil.

Felix melihat itu, Changbin yang berjalan sedikit terpincang, dan terus terfokus pada setiap langkahnya. Rasa nyeri yang dulu sempat hilang dalam diri Felix menyeruak begitu saja, memaksa keluar tanpa titah. Dulu, dia bahkan lebih parah dari kekasihnya itu.

"Tunggu aja disitu!" Teriak Felix dalam larinya. Jarak antara gerbang dimana tempatnya berdiri tadi, dengan gedung mess pemain memang sedikit jauh. Daerah privasi, menjadi alasan untuk Felix tetap setia menunggu disisi gerbang dekat jalan.

Tak

Pukulan kecil mendarat tepat dipuncak kepala Changbin ketika Felix berhasil mengisi sisi kanan pria itu.

"Kalo dibilang tunggu, ya tunggu! Batu banget, heran." Cecar Felix.

"Kalo jatoh, tambah parah. Terus gak bisa main bola lagi kayak gue, mau lo?" Lanjutnya.

Changbin tertawa. Meninju ringan lengan si manisnya.

"Mana ada kayak gitu? Ngawur."

Mendengarnya, Felix berdecak. Malas beradu argumen.

Felix lantas mengambil alih lengan Changbin yang semula bertumpu pada dinding. Membawa pria itu berjalan menuju parkiran, mencari mobil miliknya yang sengaja Changbin tinggalkan minggu lalu.

"Kenapa gak masuk ke mess aja, sih? Diluar dingin gini," celoteh Changbin. Matanya tak sedikitpun beralih fokus dari pijak langkah yang ia ambil, takut-takut jatuh, lalu pensiun dini? Begitu kata Felix. Changbin menurut.

"Ya kali kak, gue main masuk ke mess cuma buat cari lo? Dikata gak sopan ntar gue." Sungut Felix. Ia lantas menadahkan tangannya dihadapan wajah Changbin, berniat meminta kunci mobil pada kekasihnya tersebut.

Setelah menerima kunci, dan berhasil membuka sisi bagian kursi penumpang, Felix membantu Changbin untuk masuk ke dalam mobilnya. Membantu pria itu untuk duduk senyaman mungkin dikursinya.

"Ke apartemen gue dulu aja ya, kak? Biar lo bisa istirahat." Kata Felix.

Changbin mengangguk tanda setuju. Apartemen Felix memang selalu menjadi opsi terbaik untuk Changbin mengistirahatkan dirinya.

 Apartemen Felix memang selalu menjadi opsi terbaik untuk Changbin mengistirahatkan dirinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[✔] Half Time ;changlixWhere stories live. Discover now