Chapter 22

2.1K 301 7
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Mina terus berjalan menyusuri jalan raya. Akhirnya ia bisa pergi dari wilayah aliran sungai setelah cukup lama berdiam diri di sana dan menunggu situasi aman baginya.

Ia pun memeluk tubuhnya sendiri dan sesekali menggosokan kedua telapak tangannya saat merasakan hawa dingin yang kian menembus kulitnya.

“Kalau kau kedinginan, pakailah kemejamu dengan benar dan jangan hanya diikatkan di pinggang. Kau berada di sini bukan untuk ikut foto model!”

Mina menghentikan langkahnya, matanya menerawang ke sana kemari mencari asal suara tapi ia tidak menemukan siapapun di sana. Merasa terancam ia pun bersiap dengan sebuah belati yang selalu berada di tangannya.

“Tak perlu tegang. Ketakutanmu akan kematian begitu jelas terlihat kalau kau seperti itu.”

Mina berdecak kesal. Hey! Bukankah semua orang juga pasti merasa takut akan kematian? Ya kecuali untuk orang yang bunuh diri mungkin?

“Siapa kau?! Keluar!” teriaknya dengan lantang. “Aku lebih suka kau mengincarku secara terang-terangan daripada harus bersembunyi seperti ini! Pengecut!” lanjutnya menantang.

Tak lama setelah terlontarnya kata-kata yang lumayan pedas itu, munculah seseorang dari sebuah bangunan yang terlihat seperti tempat pembuatan kaca atau semacamnya.

“Yuju?”

Orang itu yang ternyata adalah Yuju, kini berjalan mendekati Mina dengan sesuatu di tangannya. Seperti sebatang besi yang agak runcing di salah satu ujungnya dan berbentuk seperti pengait di ujung sebelahnya.

Entahlah, Mina tidak tahu apa fungsinya dari besi panjang itu, yang jelas benda itu adalah benda tajam dan dapat digunakan untuk melenyapkan nyawa manusia.

“Sebenarnya dari mana kau? Kenapa pakaianmu terlihat basah seperti ini?” tanya Yuju dengan mata yang terus memperhatikan penampilan berantakan Mina dari atas hingga bawah.

Mina terlihat agak sedikit gelagapan dengan pertanyaan tersebut. “Bukan urusanmu!” jawabnya ketus.

“Tapi kau sudah pucat seperti ini. Lihat saja, bahkan bibirmu sudah mulai membiru. Lepaslah sepatu basahmu itu dan pakailah kemejamu dengan benar.”

“Jangan mengaturku!”

“Aku hanya peduli padamu, kau tahu?!”

“Aku tidak membutuhkan rasa pedulimu!”

Oke! Berbicara dengan orang keras kepala seperti Mina benar-benar tak ada gunanya. Yuju mengedikkan bahunya acuh, sebelah tangannya mulai bermain dengan besi panjang yang berbahaya itu.

“Ya sudah, terserah! Setidaknya kalau kau mati kedinginan itu akan mengurangi beban orang lain yang ingin membunuhmu. Karena kau mati tanpa harus susah-susah dibunuh.”

Sontak Mina melotot mendengar kata-kata pedas dari mulut wanita yang kini tersenyum mengejek ke arahnya tersebut. Tangannya diam-diam merogoh belati yang tersembunyi di balik sakunya, lalu secepat kilat ia mengarahkan belati itu ke arah Yuju dan berhasil mengenai bahu kanannya.

Sret!

“Arrrggghhh!!!”

Yuju yang masih memegang besi panjang di tangannya tidak melawan balik. Ia justru malah menghindari serangan yang dilakukan oleh Mina karena perih di bahunya kini semakin menjalar sehingga membuat lengannya seperti mati rasa, dan ia kurang mahir jika harus mengandalkan tangan kirinya.

Mina yang melihat itu tersenyum remeh. “Lihat! Orang yang beberapa menit lalu menginginkan aku mati justru sekarang dia yang sebentar lagi meregang nyawa di tanganku.”

Ia terkekeh menyeramkan sambil berjalan mendekati Yuju, lalu mencengkeram lehernya dan dengan kuat menghempaskan tubuhnya ke sebuah dinding bangunan.

Bugh!

“Uhuk! Uhuk!”

Yuju terbatuk-batuk saat punggungnya menghantam dinding itu dengan lumayan keras, belum lagi cengkraman Mina di lehernya yang kian terasa mencekiknya.

“Kau tahu? Aku tak pernah menyukai sifatmu! Orang munafik!” desis Mina dengan suara sepelan hembusan angin namun terdengar menakutkan.

“Kau pikir aku tidak tahu kalau kau hanya orang bermuka dua yang berlagak polos di depan semuanya? Namun ternyata di balik semua itu justru kau ingin menyingkirkan kami semua.” lanjutnya.

Yuju yang mendengar itu tiba-tiba tersulut emosi. Memang benar kalau ia ingin menyingkirkan anak-anak Queenka karena ia membenci orang-orang di dalamnya.

Tapi mendengar Mina menyebutnya orang bermuka dua entah kenapa ia kesal karena–– hey! Semua anak Queenka itu bermuka dua, bukan hanya dirinya.

Entah mendapat kekuatan dari mana, tiba-tiba Yuju menendang perut Mina hingga gadis itu terlempar dan badannya menghantam tiang besi lampu jalan. Ia meraup udara sebanyak-banyaknya dan mengatur nafasnya yang tadi hampir saja hilang.

“Kau pikir aku juga menyukai sifatmu? Kau itu terlalu banyak menyusahkan kami! Kalau bukan karena kau adalah orang kaya, mungkin dari dulu Queenka sudah membuangmu jauh-jauh!” teriak Yuju kalap.

“Karena tanpa hartamu, kau hanyalah orang tak berguna! Sadarlah kalau kau itu benar-benar tak memiliki bakat apapun! Tapi anehnya kau selalu diikut sertakan dalam projek-projek Queenka selama ini, dan itu benar-benar membuatku muak!” lanjutnya mengeluarkan segala macam uneg-unegnya.

Mina berdecak kesal. “Ck! Seharusnya dari dulu aku tahu kalau kalian hanya memanfaatkanku saja.”

Yuju tertawa keras. “Hahaha, dan sayangnya kau terlalu bodoh untuk menyadari itu semua, Tuan Putri.”

Trang!

Suara besi beradu dengan besi terdengar nyaring saat Yuju dengan cepat mencoba mengaitkan besi panjang di tangannya ke arah leher Mina. Namun untungnya Mina masih bisa menghindar sehingga besi panjang itu beradu dengan tiang besi lampu jalanan.

Mina mencengkram erat belati miliknya dan langsung siaga saat Yuju kini berjalan menuju ke arahnya dengan besi tajam itu yang terangkat di tangannya.

“Kau akan mati di tanganku, Mina!”

“Cih! Dalam mimpimu!”







































.

.

.

TBC

Di antara keduanya, siapa kira-kira yang namanya akan diberitakan menjadi korban selanjutnya?

☠️☠️☠️

Antah Berantah || 95 96 97 lines! [END]Where stories live. Discover now