Utopia 8

738 52 26
                                    

SCREAAAAMMMM!!!!

KABAR GEMBIRA LOVE BY CHANCE MAU ADA SEASON 2 NYA

DENGAN MAIN COUPLE TINCAN

MENURUT NARASUMBER BERINISIAL MEAN TAYANGNYA KEMUNGKINAN PERTENGAHAN 2020

KETIKA FANFICTION JADI NYATA AAAAAA (MAAF CAPSLOCK BUT I'M SO FREAKING HAPPY)

Aku waktu mau bikin ff ini kepikirannya P'New gabakal bikin season 2 karna udah ada UWMA buat proyek tahun 2019, berbekal kekecewaan aku halu kalo tahun 2020 bakal ada lbc season 2 karna timing nya tepat, belum ada pemain yang confirm series baru. Terus kenyataan donggg. Jadi ff ini take place in 2020 waktu mereka lagi syuting. Kalau ada time table yang keliru maafkeun aku ngga pandai mtk wkwkwk

Sekian author's note mari lanjut ke chapter berikutnya~

----------------------


Plan mutusin buat ngejar Mean.

Setelah struggling dengan kunci mobilnya, dengan gemetar Plan starter mobil. Plan membelah jalanan Bangkok di malam hari. Tujuannya jelas, mau ke condonya Mean. Plan punya hal penting yang mau disampein ke Mean sekarang. Selagi dia nggak berubah pikiran.

Plan gatau ngomongnya gimana. Dia bahkan nggak siapin kata-kata yang tepat buat disampein ke Mean, mengingat mereka masih saling jauhan. Plan yang ninggalin Mean, Plan yang bikin semuanya berantakan. Sekarang Plan harus nata hati yang berkeping-keping itu kembali.

Dengan langkah seribu dia lari masuk dalam gedung dan menuju lift. Pencet lantai kamar Mean, Plan kemudian meraup sebanyak-banyaknya oksigen menggantikan napasnya yang tersengal-sengal. Dia memegang kedua lututnya yang gemetaran. Dada Plan berdebar-debar selama nungguin lift nyampe atas.

Pintu lift terbuka. Plan dengan segenap keyakinannya keluar dari lift, kali ini berjalan pelan menuju kamar Mean. Dia buang napas. Sekarang Plan udah berdiri didepan pintu kamar. Dia tau kode keamanan pintu condo Mean. Selama ini Plan emang sering nginap atau sekedar main kesini bahkan waktu Mean lagi nggak dirumah. Mean kasih tau sandi pintu biar Plan mudah masuknya karna sebelum itu dia sering diganggu Plan yang terus mencet-mencet bel didepan nggak peduli Mean lagi mandi atau tidur didalem.

Plan bisa aja langsung masuk saat ini, tapi dia mikirnya ngga sopan buat nyelonong aja. Kaya dia yang juga nyelonong aja buat minta hati Mean kembali setelah ditolak mentah-mentah. Plan mejamin mata sambil tarik napas. Bel dipencet. Sekali, dua kali. Nggak ada jawaban.

Dengan tangan yang masih tremor, Plan rogoh saku buat ambil hape. Hatinya kebat-kebit nungguin telepon diangkat Mean. Terakhir kali mereka telponan berakhir dengan tangisan. Plan pengen menghiraukan suasana canggung yang menyelimuti karna ini pertama kali dia berada di situasi dirinya disambungan telepon lagi dengan Mean.

Telepon diangkat. Diseberang Mean nggak langsung ngomong, dia kasih jeda beberapa detik sebelum bilang halo.

Sementara Plan, begitu dengar suara Mean langsung berdiri tegap dan mulai bicara dengan antusias.

"Halo Mean! Mean kamu dimana?"

Kening Mean berkerut, sejak kapan Plan panggil dia pake aku-kamu. Dan yang bikin Mean bengong, ADA APA GERANGAN KENAPA PLAN SAMPE NELPON DIA?! Mean sampe cek hapenya berkali-kali, kucek-kucek mata buat mastiin itu bener nama Plan yang muncul di layar hapenya.

"Iya halo, a-aku lagi dijalan pulang. Ada apa phi?" Mean jawab dengan sebiasa mungkin.

"Masih lama? Aku pengen ngomong. Udah didepan condo mu ini."

Mean diem. Dirinya masih mencerna ucapan Plan. Plan tiba-tiba nelpon dan ngajak bicara?

"Hah? Gimana?"

Utopia; MeanPlan storyWhere stories live. Discover now