Aku membantu Mbak Naira memotong-motong cabai, bawang bombay dan lainnya. Sambil dibantu oleh Salma yang saat itu santri senior disana. Mbak Naira pergi membantu Umi memasak sedangkan aku dan Salma memotong-motong bahan lainnya.

"Ada acara apa sih Mbak?" tanya Salma sambil fokus memotong cabai disana.

"Ada yang ingin mengkhitbah kakak dek." jawabku tersenyum disana.

Ia seolah-olah menghentikan aktivitasnya dan menatapku dengan keseriusan yang mendalam.

"Kenapa dek?" tanyaku kepadanya bingung.

"Serius kak? ada yang mau mengkhitbah kakak?" tanyanya masih tidak percaya.

"Iya dek." ulasku tersenyum.

"Siapa? Gus Sofyan atau jangan-jangan Ustadz Raihan?" tanyanya.

Aku mengeluarkan semburan tawa yang saat itu dibalas kebingungan olehnya.

"Tidak dek, Seorang Dokter di Rumah Sakit Center Prima." jawabku mengulum senyum ke arahnya sambil kembali fokus dengan irisan bawang bombayku.

"Wah, selamat ya kak." meletakkan pisaunya dan menggenggam tanganku.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Ya tetap tersenyum walaupun di hatiku belum menginginkan khitbahan ini. Senyuman penuh luka.

***

Raihan POV!

Aku diperintahkan Kyai untuk membeli minuman untuk para santri yang sedang membantu Umi dan Mbak Naira untuk acara khitbahan Fatimah. Memang tidak mudah untuk mengikhlaskan Fatimah dengan lelaki pilihannya. Sedangkan aku sudah merelakan Annisa dengan suaminya itu.

Aku menggotong beberapa kotak air mineral untuk kuantar ke dalam rumah Kyai. Aku melihat Fatimah sedang berkutat dengan pisau dan bahan masakan lainnya. Sungguh wanita idaman, tak hanya parasnya namun juga akhlaknya apalagi ditambah pandai memasak.

Ia pergi dari dapur dan beranjak ke kamar mandi. Aku meletakkan beberapa kotak air mineral itu di dapur sebelah meja. Kulihat ia kembali ke dapur dan menatapku dengan penuh perasaan bersalah ditambah jijik.

"Assalamu'alaikum Fatimah." ucapku sambil senyum.

Bukan jawaban yang kudapat darinya. Ia begitu saja melewatiku dengan menunduk yang saat itu menyapanya dengan salam. Kenapa dia menghindar dariku? Sungguh aku tak marah jika ia menentukan pilihannya. Namun dia seakan-akan menghindariku begitu saja. Oh Allah, maafkan aku.

Aku langsung saja bergegas keluar dari rumah dan pergi meninggalkan suasana yang sedang senang penuh gembira itu. Biarlah hatiku terasa sesak dan tak bisa menerima kenyataan. Namun diriku harus bisa menetap menjadi diriku.

***

Fatimah POV

Dari kejauhan kulihat seorang lelaki yang sedang mengangkat kotak air mineral. Aku menjauh, tak ingin menemuinya saat ini.

Aku mendapatinya mengucapkan salam, sungguh sama sekali aku tidak menghiraukannya. Aku malah menerobos begitu saja di sampingnya. Rasanya tak ingin menemuinya untuk hari ini saja. Aku merasa bersalah kepadamu Rai, maaf.

Cinta Halalku✔ [BELUM REVISI]Where stories live. Discover now