13. Malam Minggu

2K 275 104
                                    

Malam minggu ini, Jasmin duduk di ruang tamu, dengan Helen dan juga Rena. Mereka berniat membahas keperluan pernikahan yang sebenarnya masih lama. Tapi harus prepare juga kan?

"Jadi nanti kamu mau prewedd nggak Na?" Haechan bertanya seraya mencomot keripik singkong balado buatan bunda Jihan.

"Ngga usah deh. Mending prawedd aja."

Ditengah diskusi asyik itu, Mark dan dua pria lain kesayangan sahabat-sahabat Jasmin muncul.

"Loh, Jeno?!"

"Surprise!" Jeno yang merentangkan tangannya segera dipeluk oleh Rena.

Belum sampai lima menit, pelukannya dilepas lantaran dehaman ayah Johnny.

Yang lain tertawa sedangkan Jeno dan Rena tampak malu-malu.

Mark menyalami calon mertuanya, kemudian dilanjut sang calon ibu mertua yang datang dengan stoples camilan.

"Assalamu'allaikum, Ayah Bunda."

"Wa'allaikum salam calon mantu." Bunda Jihan menjawab dengan senyum.

"Bun, Yah, Mark izin mau ajak Nana jalan boleh? Sama sekalian nanti kita bahas masalah nikahan." Mark meminta izin kepada Ayah dan Bunda dek Nana.

Ayah Johnny mengangguk, diikuti sang Bunda. "Boleh, tapi ingat pulangnya jangan malem-malem, jangan macem-macem sama Nana meski kamu udah jadi calon suaminya."

"Iya Ayah siap. Mark siap menjaga amanah dari Ayah sama Bunda."

Ayah Johnny senyum, tepuk bahu Mark. "Yaudah hati-hati kalian bertiga triple datenya, ayah sama bunda mau kencan juga di kamar."

"Ih ayah!" Jihan mencubit pinggang Johnny, sementara pasangan-pasangan muda itu tertawa kecil.

Ketiga pasangan muda itu meninggalkan ayah dan bunda, melajukan mobil Mark ke cafe langganan mereka baru-baru ini.

"Ren, kangen." Jeno berniat memeluk Rena, namun Helen tiba-tiba menengahi.

"Eits, ga boleh peluk-peluk. Malu tuh sama yang udah mau nikah tapi belum bisa peluk-peluk."

"Ih Helen!" Nana manyun, kesel banget digodain Helen. Mark cuma ketawa pelan sambil nyetir. Kemudian mengenggam tangan Nana.

***

Mereka sampai di cafe, dan dengan songongnya Lucas, Helen, Rena dan Jeno menyuruh si calon pengantin memesan makanan untuk mereka.

Mereka berenam mulai berceloteh, mendiskusikan berbagai hal tentang konsep pernikahan sembari menunggu makanan datang.

"Nana beneran nggak mau prewedd?" tanya Rena.

"Nggak. Tapi kak Mark maunya gimana?"

"Pakai prewedd aja Na, tapi nggak usah yang mewah-mewah. Maunya pakai tema apa?"

"Minimalis aja gimana? Soalnya akhir-akhir ini tema minimalis lagi hype banget." Jeno memberi usulan.

"Boleh boleh. Kamu setuju ga Na?"

Jasmin mengangguk, kemudian menatap Mark. "Kalo kakak maunya gitu aku nurut, kan calon imam."

Pipi Mark merona. Dasar Nananya ini bisa saja.

•••

Mereka sibuk berdiskusi, sesekali dengan menyantap camilan serta makanan yang mereka pesan.

"Aku mau warna pastel aja deh kak, soalnya kalau warna-warna dark gitu udah pasaran." Jasmin memberi usul tentang gaun pengantinnya.

Mark tersenyum, tiba-tiba perutnya serasa diserang ribuan kupu-kupu kala membayangkan Jasmin dengan gaun pengantin.

"Boleh, warna apa?"

"Biasanya pengantin tuh ganti baju berapa kali?" tanya Jaemin ke Renjun dan Haechan.

"Kalo kakak gue yang kemarin nikahan sih, 3 atau 4 kali gitu, Na." Jawab Lucas.

"Hmm, kalo gitu ya mint blue, rose gold, putih sama satunya terserah kakak aja."

"Oke deh, kalo gitu nanti kakak tanya bunda juga, siapa tau bunda sama mama ada masukan. Sekarang bahas apa lagi nih?"

"Dekornya nanti mau gimana?" Jeno bertanya, tampaknya ia paling semangat dalam urusan nikahan ini.

Mark mengeluarkan beberapa contoh gambar dekorasi, kemudian menunjukkannya pada Jeno-Rena, Lucas-Helen, dan tak lupa pasangannya yang cantik jelita, Jasmin.

"Wah bagus-bagus sih kak, Nana jadi bingung yang mana. Kakak suka yang mana?"

"Kakak maunya sih yang ini, simple tapi mewah."

"Oke, aku ikut pilihan kak Mark aja."

Helen dan Rena sibuk mencatat semua keinginan sepasang calon pengantin ini. Sudah hampir 2 jam mereka mendiskusikan segala hal.

"Besok dilanjut lagi gimana? Udah malem ini kalian kan cewek jangan sampe pulang kemalaman." Mark berbicara sembari membereskan beberapa barang, sementara Lucas menghabiskan bubble tea milik Helen yang tinggal sedikit.

"Iya nih, kamu kan besok juga harus balik ke markas." Rena merengut, tak rela rasanya harus jauh lagi dari sang pujaan yang merajut mimpi menjadi abdi negeri.

"Yah ldr lagi dong." Helen menggoda Rena, membuat si mungil itu merengut.

"Biarin. Kan perjuangan. Nanti aku nikahnya pake pedang pora, emang kamu mau dikasih mahar yasin." Rena balik mengejek Helen

"RENA JUNAYA!!!" Helen mengerucutkan bibirnya kemudian mencoba mencubit Rena yang bersembunyi dibelakang Jeno.

Diam-diam Nana tersenyum, ini akan menjadi hal yang tak terlupakan. Ia akan merindukan bermain dengan dua sahabatnya ini ditengah kesibukannya menjadi seorang ibu dan seorang istri.














To be continued
Mendekati nikahan nih.

Gadis Berkerudung Merah •markminWhere stories live. Discover now