Jadi pacar saya, please?

9.4K 1K 22
                                    

Happy monday eperybodeeehhhh!

"Kamu udah sering diperlakukan seperti ini?" Tanya Andi.

Kami, aku dan Andi, makan nasi uduk di dekat apartemen Andi. Tempat yang waktu itu Andi ajak aku dan Ellen.

"Baru pertama kali." Aku memasukan ayam goreng ke mulutku.

"Parah sih."

Aku menganggukkan kepala.

"Kamu harus laporin boss kalau gini."

"Percuma sih, paling dibilangnya ini resiko kerja jadi PA."

"Hah? Nggak bisa gitu dong."

"Bisa dong Andi. Selama saya kerja sama dia, makan uang dari dia. Omongan dia itu semua peraturan."

Aku mencuci tangan di air yang sudah disediakan warung nasi. Aku mengambil tisue, mengeringkan tangan.

"Lagian percuma saya cerita, dia palingan ketawa. Malah kejadian tadi mungkin dia jadiin lelucon juga."

"Kamu mendingan keluar." Sarannya.

Bukannya aku tidak mau keluar. Sudah satu tahun terakhir ini aku ingin keluar. Mencari pekerjaan baru. Tapi keraguan selalu ada. Umurku sudah tidak muda lagi. Perusahaan pasti memiliki pertimbangan, salah satunya umur.

"Apa yang bikin kamu bertahan?"

"Salary-nya, apalagi coba?" Aku mengendikan bahu.

"Uang bisa dicari ditempat lain."

"Ngomong emang gampang Andi, realitanya yang sulit!"

"Kamu ragu sama kemampuan kamu sendiri?" Andi menatapku tajam, "Ellen cerita banyak sama saya tentang apa yang kamu kerjakan."

Aku diam.

"Kamu itu... bisa segalanya. Mau ngerjain apapun selagi kamu bisa. Kamu nggak menuntut banyak. Kamu pintar. Kamu itu multi talented person. Kamu bisa ngerjain marketing, accounting dan business development."

Aku menelan ludah.

"Dan kamu orang yang sangat loyal, baik itu ke perusahaan atau Boss kamu."

"Ellen ngelebih-lebihin aja."

"Cuman satu sih kurang kamu." Andi masih menatapku, "Kamu kurang percaya diri, kamu nggak menyadari potensi diri kamu sendiri."

"Kamu..."

"Ellen bilang itu juga sama saya. Dan saya setuju sama pendapat dia."

Aku menatap Andi lebih intens, mencoba mencerna apa yang tadi dia bicarakan padaku. Aku tidak suka bila ada orang yang membicarakan tentang diriku. Aku merasa ditelanjangi dengan kata-katanya. Bagaimana dia tau kalau aku mememiliki masalah dengan rasa percaya diri. Apa aku terlalu seperti buku terbuka?

"Kamu kayaknya sering berhubungan sama Ellen?" Aku mengalihkan pembicaraan.

"Lumayan." Andi menghabiskan teh hangat tawarnya. "Ellen temen yang seru buat diajak ngobrol."

"Tapi nggak perlu juga ngobrolin saya sih." Aku tertawa tipis.

"Menurut kamu, kenapa saya selalu ngomongin tentang kamu sama Ellen?"

"Nggak tau!" Aku mengangkat bahuku. "Oh iya... orang yang kalian berdua kenal kan cuman saya yah.. wajarlah kalau suka ngomongin saya." Aku mencoba menutupi kecanggungan ini. Ditambah tatapan mata Andi yang terasa mengintimidasi.

"Ellen bilang kalau saya ngomong ini sama kamu, kamu nggak akan percaya."

"Apa?"

"Saya tertarik sama kamu."

Insecurity (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang