1. Salah Keranjang

3.8K 311 63
                                    

    Di koridor kampus, gadis dengan warna rambut paling mencolok itu melangkahkan kakinya gontai. Ombre midnight blue, Ardhiona Keshwari Prabasawara baru saja mengganti warna rambutnya kemarin siang. Mahasiswi semester 6 dari fakultas sastra itu memang mempunyai hobi bergonta-ganti warna rambut, meminum susu kotak, dan yang paling utama adalah bergosip ria dengan Tamara-gadis gila yang sudah ia anggap seperti anak sendiri.

Langkah Dhiona kini terhenti, mata berkontak lensa coklat itu menyapu area kantin yang mulai sepi. Pandangannya jatuh pada gadis berkulit sawo matang yang terlihat asyik memakan satu cup kecil ice cream rasa vanilla. Dia adalah Tamara.

Dhiona tersenyum, kemudian beranjak menuju ke arah sahabatnya. Ia menaruh tasnya asal, lalu mencomot kentang goreng milik gadis itu.

"Lama banget si, masa lo pipis setengah jam sendiri" Gadis di depannya memprotes, sedangkan sang empu hanya bisa menyengir tanpa dosa, "Tadi ke perpus dulu Tata"

"Rajin banget, emang bakal dibaca bukunya?"

Dhiona mengedikkan bahu, "Mungkin judulnya doang"

"Nah kan" Sentilan pelan meleset ke dahi Dhiona, "Mana mungkin si males ini mau repot-repot baca buku"

"Yang penting ada niat pinjem buku, masalah di baca enggaknya, urusan nanti"

"Sama aja boong" Cibir Tamara lalu beranjak dari tempat duduknya, membuang cup ice cream kosongnya, lalu duduk kembali sembari menikmati kentang goreng yang sedari tadi bahkan belum ia sentuh sama sekali.

"Gue rasa tangan Bu kantin makin berbakat" Satu buah kentang goreng Tamara masukkan kedalam mulutnya, sahabat Dhiona yang satu ini memang sudah menjadi abdi setia Bu Ranti-pemilik stand kentang goreng paling mantul seantoro universitas.

"Rasa-rasanya tiap lo makan nggak pernah deh absen ngucapin kalimat itu"

Tamara terkikik, menoyor pelan dahi Dhiona "Wajib ini mah, nggak bisa skip-skip"

"Leb--" Baru saja Dhiona ingin menjawab, jari Tamara sudah lebih dulu menahan bibirnya, "Shut up, gue pergi dulu ya!"

"Lah pergi kemana?!" Tanya Dhiona sedikit berteriak, bagaimana tidak? sejak 1 detik yang lalu Tamara sudah lenyap dari hadapannya.

"Ngumpulin makalah, gue udah telat satu minggu!"

"Oh iya, itu kentang gue belum di bayar"

"Lah--"

"Sama-sama Dhiona!"

Dhiona mendengus, "Kok sama-sama sih!"

"Katanya kalo temenan nggak ada makasih-makasihan. Jadi gue bilang 'sama-sama' aja!"

"Kata siap--"

"Kata gue! Udah ah gue ke ruang dosen dulu, udah telat banyak nih!"

"Iya-iya deh!" Dhiona mengelus dadanya sabar, "Untung temen"

"Loh, itu Mbak Tamaranya kenapa, Mbak?"

Dhiona menghela nafas, menatap lesu wanita paruh baya di hadapannya, "Biasa Ibu. Gangguan hidup"

Bu Ranti manggut-manggut, "Anak muda sekarang memang banyak gangguannya ya?"

***

    Suasana Jogja di sore ini terpampang ramai, hilir mudik kendaraan menghiasi senja yang tak pernah membuat mata merasa bosan. Namun hal ini tak berlaku bagi Dhiona, gadis 21 tahun itu sedang misuh-misuh tak jelas sembari menendangi pot bunga di depan kampus. Sudah hampir setengah jam dirinya menunggu Arken yang tak kunjung menjemputnya. Adiknya memang tak berperi kemanusiaan, bagaimana bisa gadis secantik dia di suruh menunggu selama ini tanpa kepastian?

SrengengeHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin