First Celebrating Birth Day

Start from the beginning
                                    

Tuan Xie tersenyum, "Terima kasih nak."

Nyonya Xie bahkan tersenyum lebih lebar, "Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot."

Reaksi berbeda ditunjukan oleh Qi Rong. "Sebenarnya aku tidak butuh sogokan apa pun dari pria breng--- hei kau sudah memberikannya padaku! Jangan menjadi orang yang sangat tidak tahu malu dengan mengambilnya lagi!" Qi Rong merebut bingkisan yang tadi hampir ditarik kembali oleh San Lang lalu membawanya berlari ke dalam, membuat semua orang tertawa.

Xie Lian dan San Lang berisitirahat terlebih dulu sebelum turun ketika waktu makan malam tiba.

"Terima kasih sudah menyiapkan semua ini." Mata Xie Lian berbinar cerah melihat hidangan di atas meja yang hanya dapat dia nikmati sekali dalam satu tahun. Itu adalah makanan yang sama selama bertahun tahun di hari ini. Tapi dia selalu bersyukur saat semua anggota keluarganya memberinya selamat dan mendoakan untuk kebaikan yang akan diperolehnya di tahun-tahun berikutnya. Saat ini dia bahkan sudah mendapat satu orang lagi di sisinya sebagai pendamping hidup.

"Aku kira San Langmu itu akan memonopoli dirimu." Nyonya Xie menggoda putranya.

Xie Lian menggeleng tidak setuju. "Tentu saja tidak. Dia orang yang sangat baik." Dia menatap penuh cinta yang terpancar di kedua bola mata kepada pemuda di sampingnya. Dibalas dengan senyuman menawan terukir di bibir San Lang.

Qi Rong menginterupsi, "Cih aku masih tidak percaya. Mungkin itu hanya sebuah siasat!" Dia memutar mata.

"Ehem." Tuan Xie sebagai kepala keluarga mengambil alih perhatian. "Ma berikan koreknya." Belahan jiwanya segera menyodorkan benda yang dimaksud. Dia menyalakan lilin di atas kue ulang tahun yang diletakkan di tengah-tengah meja bundar. "Ayo nak berdoa dan tiup lilinnya."

Xie Lian memejamkan mata, menangkupkan tangan dan berdoa dalam hati. Membuka mata dua menit kemudian dan tersenyum sebelum meniup dua lilin berangka kembar.

Dia mengambil pisau dan mulai mengiris empat potong. Potongan pertama diberikan kepada ibu, lalu ayah, kemudian San Lang, dan terakhir untuk dirinya sendiri.

"Ya sepupu! Bagaimana bisa kamu seperti itu? Mana bagianku?" Satu-satunya orang yang tidak mendapatkan potongan kue memprotes.

Xie Lian menatap sepupunya, lalu tersenyum jahil. "Bukankah kamu selalu menjadi orang yang menghabiskan seluruh kue ulang tahunku?" Semua orang tertawa kecuali Qi Rong tentunya.

Dia mengambil kue yang baru berkurang sedikit lalu membawanya ke kamar. Beberapa saat kemudian dia kembali lagi untuk mencomot telur dan roti persik untuk dibawa lagi ke kamar. Semua orang dibuat tertawa kembali melihat tingkah kekanakan pemuda itu.

Setelah makan malam selesai, mereka bergantian memberi kado. Namun kado yang paling aneh diberikan oleh Qi Rong, satu botol penuh pil obat tidur. "Jaga-jaga saja kalau si brengsek itu melakukan hal-hal yang jahat padamu."

Xie Lian dan San Lang tidak bisa lama-lama menginap di tempat orang tua Xie Lian karena mereka memang hanya meminta izin selama tiga hari.
.
.
.
Mereka langsung masuk kamar sesampainya di rumah.

"Aku tidak berpikir kamu akan memberiku kado." Xie Lian tetap menerima sebuah kotak yang diberikan San Lang. Dia mengubah posisi dari tiduran menjadi duduk lalu perlahan membukanya.

"Aku jadi merasa tidak enak. Aku bahkan tidak memberimu apapun." Dia menaruh kotak itu di atas meja.

"Kehadiranmu sudah cukup untukku. Lagipula sudah aku bilang, aku tidak pernah merayakannya."

"Tapi aku masih tetap ingin memberimu sesuatu. Apakah tidak ada yang benar-benar kamu inginkan?"

"Karena Gege sangat bersikeras. Aku jadi terpikirkan sesuatu." San Lang mengerutkan kening.

Xie Lian bertanya penuh semangat, "Apa itu?" Akhirnya ada masa ketika dia bisa memberikan sesuatu kepada kekasihnya. Selama ini dia selalu menjadi pihak yang dimanjakan. Selalu dia yang menjadi target pemberian.

San Lang menyeringai, "Aku ingin selama satu hari penuh menjadi hariku. Hari San Lang. Artinya Gege harus mematuhi dan menuruti segala apa yang aku katakan."

"Sepertinya sulit." Bukan berarti dia tidak tahu bahwa terkadang kekasihnya ini bisa begitu licik.

"Bukankah Gege yang tadi begitu memaksa? Apa kamu akan menarik kembali kata-katamu?"

Sebagai seorang pemuda mulia, pantang bagi Xie Lian untuk menelan ludah, jadi dengan berat hati dia menyetujui. "Um baiklah. Lagipula hanya satu hari."

Xie Lian tidak tahu hal apa yang akan dia temui besok. Dia tidak bisa menebak rencana-rencana apa yang sudah mulai berseliweran di otak San Lang. Berdoa saja dia masih bisa selamat. Atau mungkin dia bisa menggunakan pemberian dari Qi Rong secepatnya?

FIRST THEMEWhere stories live. Discover now