1.5

3.2K 837 102
                                    

terakhir up okt 2019, skrg udah sept 2020. setelah ditagih dan didemo dimana mana akhirnya aku meluangkan waktu buat menulis kembali cerita ini. terimakasih atas antusiasnya😭 selamat membaca!

seperti biasa, nulis express. nanti revisi kapan-kapan^____^









































Felix mengerjapkan kelopak mata yang semula tertutup ketika merasa sesuatu menghantam tungkai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Felix mengerjapkan kelopak mata yang semula tertutup ketika merasa sesuatu menghantam tungkai. Pemuda itu mengerinyit, menemukan presensi si gadis Mcdonie tengah melempar kerikil kearahnya.

"Apaaㅡ"

Belum selesai berucap, Nancy meletakan telunjuk didepan bibir, tanda agar Felix tak bersuara. Gadis itu memajukan dagu, menunjuk objek arah jam sepuluh dari tempatnya berpijak.

Nampak Chaeyoung sedang terlelap disana, memeluk tas besar didekapan seraya bersandar pada akar beringin besar yang menyembul dari dalam tanah. Disebelahnya ada Sunwoo yang juga tengah terlelap dengan kepala yang diletakan di atas tulang kering Chaeyoung.

"What?" Felix berujar pelan dengan suara bariton-nya yang khas.

"Gak ada waktu lagi, kita harus ambil tasnya."




































Setidaknya sudah belasan menit Yiren tertatih mengejar Jaemin yang terus saja berjalan tanpa menoleh kearahnya. Pemuda itu terlihat sangat menyeramkan, memandang lurus ke depan dengan kedua alis yang bertaut.

Entah sudah berapa kali lisan gadis itu memanggil nama sang adam, namun sepertinya Jaemin sudah kelewat murka karena ia benar-benar tidak terlihat peduli sama sekali.

"Jaemin."

"Jaemin, maaf."

"Jaem-"

Yiren menghentikan langkahnya ketika tiba-tiba Jaemin berbalik menghadapnya. Kini gadis itu berangsur mundur langkah demi langkah ketika pemuda Na itu kini berjalan kearahnya.

"Jelasin." ujar Jaemin dengan nada penuh tuntutan. Surai yang semula menutup dahi kini disisir keatas, memperlihatkan hampir separuh dahinya.

Tidak terlalu rapih, Yiren mengasumsikan Jaemin menyisir rambutnya keatas dengan jemari ketika ia berteriak dengan penuh amarah lima menit yang lalu.

Kedua telapak Yiren bergerak, menahan bahu Jaemin yang kian mendekat. Kepalanya menggeleng pelan sementara iris coklatnya bergerak kesana kemari dengan waspada.

"Aku gak bisa." bisiknya pelan.

Rahang Jaemin nampak mengeras seiring matanya memincing tajam, membuat nyali siapapun yang menatapnya akan ciut seketika. Setidaknya begitu menurut Yiren, namun ia tahu Jaemin tidak akan menyakitinya.

"Okay!" ujarnya menyerah. "Tap gak disini."

Yiren menyambar pergelangan tangan Jaemin, mengajaknya kembali masuk ke lobi supermarket. Gadis itu menyambar sebuah korek api yang berada di rak kasir serta bensin di bagian alat perkakas.

Setelah mendapatkan yang diinginkan, keduanya  keluar dari supermarket.

Dengan tergesa Yiren mengumpulkan beberapa ranting dan daun kering, menyusun serta membentuknya menjadi sebuah lingkaran yang cukup besar.

"Mau ngapain sih, Yi?"

Alih-alih menjawab, Yiren malah sibuk menata ranting-ranting itu dengan tuhuh yang gemetar. Ia terlihat sangat panik, seperti sesuatu yang buruk akan terjadi padanya jika ia tak bergegas cepat.

Gadis itu meringis ketika tak sengaja tersandung akar pohon yang besar, hal itu sontak membuat Jaemin membuang nafasnya kasar.

Pemuda itu berlari kecil, membantu Yiren yang untuk bangkit. Telapaknya diletakan di kedua bahu gadis dihadapannya, "ngomong biar gua ngerti!"

Yiren menggeleng pelan, menepis tangan Jaemin dengan kencang. Dengan tergesa gadis Wang itu menyiram bensin ke sekitar, mengikuti pola lingkaran besar yang sudah ia buat.

Jaemin menghela nafas ketika melihat jemari Yiren yang bergetar. Umpatan halus lolos dari bibir, nyaris tak terdengar takala korek kayu itu terus menerus patah.

"Shit."

Dengan gemas Jaemin merampas korek kayu itu dari tangan Yiren. Dengan satu tarikan nafas ia mensejajarkan mata keduanya, mencoba menenangkan walau tak tahu usahanya akan berhasil atau tidak.

"Lu tenang sekarang, biar gua yang nyalain."

Ujaran Jaemin lebih terdengar seperti perintah ketimbang permintaan, namun tak jadi soal sekarang karena hal itu mampu membuat kepala Yiren menangguk pelan.

Yiren membuka kedua belah bibir, meraup oksigen dengan rakus sementara seluruh otot tubuh mulai ber-relaksasi. Ia mulai tenang.



"Okay."

"Good."

Jaemin menatap kotak korek kayu yang berada di genggamannya. Cowok itu menghela nafas seraya tersenyum paksa. "We better not becoming a french fries, princess."

[4] THE TALE OF UNUSUALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang