17

1.8K 137 0
                                    

"Arrghhh ... Kenapa aku melakukannya? Kenapa aku harus menyetujui itu di hadapan Mysha?" Dimian mengacak-acak rambutnya kesal.

Dimian sadar, bahwa yang di lakukannya saat ini adalah salah besar. Mysha pasti sakit hati kepadanya. Lalu, apa yang harus Dimian lakukan? Meminta maaf? Mencari Mysha? Dan membatalkan perjanjian itu? Aargghhhh ... Ini sangat membingungkan.

Tiba-tiba Dimian tersentak saat berpikir Mysha sekarang tengah berada bersama saudaranya, Damian. Entahlah, hatinya merasa cemburu.

Buk!

Dimian meninju tembok di hadapannya. "Shit! Ku harap itu tak terjadi, Mys." Dimian lalu meraih jaketnya dan pergi mencari Mysha.

________________

"Mys, kau menyukainya?" tanya Damian saat melihat Mysha tengah lahap menyantap masakannya.

Tak ada jawaban dari Mysha. Mysha hanya tersenyum dan mengangguk menandakan ia menyukainya.

Damian terkekeh kecil dan duduk di samping Mysha. Sesaat Damian menatap wajah polos Mysha dari samping, dan dengan sekejap raut wajahnya berubah menjadi dingin.

"Dami, boleh aku menanyakan sesuatu?" Tiba-tiba Damian tersentak karena ucapan Mysha.

"Ehem, boleh. Apa?" Damian menyenderkan tubuhnya ke sofa.

"Apa kau dengan Dimian mempunyai masalah? Aku selalu menanyakan hal ini kepadanya, tetapi Dimian tampaknya tidak suka aku menanyakan hal itu." Mysha menatap Damian dengan penuh pengharapan bahwa Damian akan menceritakannya.

Damian tersenyum miring. Ingatan itu kembali muncul dalam pikirannya.

"Tidak ada, ku rasa aku tak punya masalah dengan Dimian." Damian tersenyum penuh arti.

"Benarkah? Aku tak yakin. Sepertinya kalian mempunyai masalah," selidik Mysha.

"Aku serius, Mys. Aku tak punya masalah dengannya," Damian mencoba meyakinkan Mysha.

"Lalu ... Kenapa kau tak mencoba menemui Dimian?"

Damian berpikir sejenak. "Entahlah, mungkin bukan sekarang."

Mysha sebenarnya masih penasaran dengan hubungan Dimian dan Damian. Tapi, jika ia terus mendebat Damian dengan cara seperti ini. Rasanya percuma saja. Mysha memilih untuk mengangguk mengerti.

___________________

"Mys, Mysha!" teriak Dimian. Dimian menatap ke segala arah, berharap bisa menemukan Mysha di sana.

Dimian tak peduli dengan tatapan orang-orang yang menatapnya aneh dan sinis. Baginya, Mysha lebih berarti.

"Aargghhhh ... Brengsek, dimana kau menyembunyikannya?" Dimian bergumam sambil meremas rambutnya.

"Aku harap, si brengsek itu tak menyakiti mu, Mys." batin Dimian, kemudian ia berlari kecil dan kembali meneriaki nama Mysha.

__________________

"Mysha!" panggil Damian sambil memakai sweater Hoodie nya.

"Hm?" Mysha mendongkak saat Damian memanggilnya dari arah pintu kamar.

"Aku akan pergi ke toko untuk membeli peralatan mandi. Apa kau bisa menunggu di sini?" tanya Damian dengan senyum ramahnya.

"Baiklah," Mysha tersenyum sambil mengangguk kecil.

"Good girl! Aku akan pulang pukul 20:00 nanti."

Mysha mengangguk mengerti. Lalu Damian pergi meninggalkan apartemennya.

Ah, sepertinya Mysha akan menyukai tempat ini. Damian selalu perhatian kepadanya, berbeda dengan Dimian yang selalu bersikap dingin. Entahlah, Mysha hanya nyaman dengan suasana barunya. Walau tak dapat di pungkiri bahwa sebenarnya Mysha merindukan sosok Dimian, laki-laki yang telah mencuri hatinya.

__________________

"Mysha!" Dimian tak henti-hentinya meneriaki nama Mysha. Sampai ia tak sadar, dirinya sudah berada jauh dari daerah tempat tinggalnya.

Dari ke jauhan, tampak seorang laki-laki misterius tengah tersenyum miring memperhatikan gerak-gerik Dimian.

Dimian hampir putus asa mencari Mysha, kakinya benar-benar tak sanggup untuk berjalan lagi.

"Mysha! Kamu dimana? Maafkan aku!" teriak Dimian sambil tetap berusaha berjalan walau sedikit tertatih.

Laki-laki misterius itu lalu berjalan melewati Dimian dengan kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celananya.

Deg!

Dimian Menghentikan langkahnya. Kedua tangannya mengepal kuat, rahangnya mengeras dan gemelatuk giginya terdengar jelas. Benarkah dia?

Damian?

Tanpa pikir panjang, Dimian berbalik dan mengejar Damian yang sudah sedikit menjauh.

Dimian menarik sweater milik Damian dengan kasar, hingga membuat Damian berbalik dan ...

Buk!

Dimian meninju pelipis saudaranya yang sudah lama hilang dari hidupnya. Alhasil, Damian sedikit terpelanting ke samping. Damian tersenyum remeh. Dengan santai, ia menepis tangan Dimian dari sweaternya.

"Dimana dia, hah?" pekik Dimian di depan wajah Damian.

Damian hanya tersenyum kecil. "Apa maksud mu?" ucap Damian santai, lalu menatap Dimian dingin.

"Dimana kau sembunyikan dia?" Dimian kembali menarik sweater Damian dengan kasar.

"CK!" Damian masih tetap santai dan memutar bola matanya malas.

Dimian semakin tak dapat mengontrol emosinya lagi. Dan dengan cepat, Dimian kembali meninju wajah saudaranya itu.

Darah segar mulai mengalir dari ujung pelipis Damian. Damian sama sekali tak melakukan perlawanan sedikit pun. Hal itu membuat Dimian semakin terpancing emosinya. Dimana Damian yang dulu yang selalu menyiksanya? Mengapa sekarang dia hanya diam dan seolah mengabaikannya?

"Jawab aku brengsek! Dimana kau sembunyikan Mysha?" Dimian sedikit menekankan kata-katanya.

Lagi-lagi Damian tersenyum kecut. "Apa itu penting bagimu?" Damian balik bertanya.

"Tentu saja!" pekik Dimian.

Damian memutar bola matanya malas. "Kau pasti sedang bercanda!" Damian terkekeh kecil.

"Apa maksud mu?" bentak Dimian, semakin mencengkram sweater Damian.

"Kau menyakitinya, kau ingat?" Damian menatap tajam saudaranya.

Seketika cengkraman Dimian melemah. Itu benar, ia telah menyakiti Mysha. Ia tak pernah berpikir perasaan Mysha saat itu, ia hanya memikirkan dirinya sendiri. Itu sangat egois.

Damian tersenyum menang saat melihat binar saudaranya penuh penyesalan.

"Sekarang, Mysha milik ku. Kau tak akan mendapatkannya kembali." Damian kembali tersenyum menang dan melepaskan cengkraman tangan saudaranya dengan kasar. Lalu ia pergi meninggalkan Dimian yang sedang berdiri mematung. Benar, dia menyakitinya.

"Maafkan aku, Mys ... Tapi, aku tak akan membiarkan si brengsek itu mendapatkan mu. Dia jahat, Mys." Tangan Dimian mengepal kuat dan siap meninju seseorang yang mengganggunya saat itu.

My Ghost [Completed]Where stories live. Discover now