11

2.2K 156 0
                                    

Dimian pergi kuliah dengan kantung mata hitam melekat pada wajahnya. Paginya benar-benar suram.

"Morning, Dimi!" sapa Felicia tersenyum ramah sambil mensejajarkan langkahnya.

Dimian menoleh sesaat wanita di sampingnya. Felicia selalu tampak mempesona dan mementingkan penampilannya.

"Morning," jawab Dimi dingin.

"Astaga, Dimi. Apa kau tidak tidur semalaman?" tanya Felicia saat melihat kantung mata hitam Dimian.

Dimian kembali menoleh Felicia. "Begitulah," balas Dimian singkat.

Felicia terus mencari topik pembicaraan. Sepertinya sedikit demi sedikit Felicia menyukai Dimian. Apalagi saat ini mereka sering bersama walau hanya untuk mengerjakan tugas.

"Hmm, kenapa? Kau punya masalah?" tanya Felicia penasaran.

"Ti-tidak." ucap Dimian berbohong. Padahal dalam pikirannya ia masih berkecamuk tentang Mysha yang tak pulang.

"Lalu?"

Dimian Menghentikan langkahnya. Sungguh, Dimian hanya ingin ketenangan pagi ini. Bukan pertanyaan-pertanyaan yang tak penting.

"Felicia, bisakah kau tak menanyakan hal itu terus?" Dimian berusaha tenang.

"Why?" Felicia mengangkat sebelah alisnya tak mengerti.

Dimian membuang nafasnya kasar lalu melanjutkan perjalanannya. Rasanya membuang waktu saja jika harus terus menjawab pertanyaan Felicia.

________________________

"Rasanya, aku harus pulang saat ini. Terima kasih atas makanan dan tempat tidurnya yang sangat nyaman." ucap Mysha sambil tersenyum ramah.

Damian yang sedang membersihkan peralatan makan, lantas menoleh ke arah Mysha.

"Secepat itu?" tanya Damian sambil membersihkan tangannya.

Mysha berpikir sejenak. "Ya, kurasa aku harus pulang sekarang."

Damian mengelap tangannya yang basah. "Ah, baiklah jika itu keputusan mu. Tapi, apakah aku boleh tahu dimana tempat tinggal mu?"

Mysha sedikit kebingungan dengan pertanyaan Damian. Bahkan, dirinya tak punya tempat tinggal sama sekali. Apa yang harus ia katakan? Apartemen Dimian? Tidak-tidak, Mysha masih kesal kepada Dimian. Aha! Tiba-tiba Mysha terpikirkan sesuatu.

"A-aku ... Tinggal di sebuah rumah yang bersebelahan dengan kota ini." ucap Mysha berbohong.

"Benarkah?" selidik Damian.

"Te-tentu," Mysha sedikit gugup. Karena ia tak terbiasa untuk berbohong.

Damian mengangguk mengerti. "Baiklah, lain kali, aku yang akan mengunjungi mu." ucap Damian sambil tersenyum manis.

Mysha mengangguk ragu. Ia berharap itu tak akan pernah terjadi.

____________________________

Mysha berjalan gontai. Harus kemana ia pergi? Bahkan, dirinya tak punya tujuan sama sekali. Ia harus memecahkan misteri kematiannya sebelum ia berubah menjadi roh jahat. Tapi, itu mustahil tanpa bantuan Dimian.

"Aarrgghh ...." Mysha mengacak-acak rambutnya frustasi. Kenapa hidupnya harus serumit ini?

Mysha menghentikan langkahnya saat melihat seorang anak kecil dari golongan hantu tengah memeluk lututnya sambil menangis. Mysha merasa iba saat melihat anak itu. Di usianya yang masih kecil ini, ia harus merasakan rasa kesepian seperti halnya dirinya. Mysha berjalan cepat menuju anak kecil itu.

"Hei, apa yang kau lakukan di sini?" tegur Mysha sambil berjongkok di hadapan anak itu.

Anak itu sontak mengentikan tangisnya dan menatap lekat wajah Mysha, lalu ke arah belakang tubuh Mysha.

Mysha mengernyit saat melihat anak di hadapannya menatapnya dengan tatapan aneh.

"Ada apa?" tanya Mysha dan menoleh ke belakang mengikuti arah tatapan anak itu. Tak ada apapun di sana.

Mysha mengembalikan tatapannya.

"Berhati-hatilah! Sesuatu yang jahat tengah mengintai mu." ucap anak itu datar dan menatap kosong wajah Mysha.

Mysha mengangkat sebelah alisnya. 'sesuatu yang jahat?' apa maksudnya?

Tiba-tiba anak itu menghilang bersama dengan asap yang mengikutinya.

Mysha masih bingung dengan ucapan anak tadi. Mysha memutar otaknya agar dapat mengerti maksud perkataan anak tadi. Tapi, tiba-tiba ia di kejutkan oleh seseorang yang memanggil namanya. Suara itu sudah tak asing lagi di telinganya, Dimian.

"Mysha!" panggil Dimian yang menatap lekat wajah Mysha.

Mysha langsung berbalik dan membalas tatapan Dimian yang menatapnya khawatir.

"Dimian?" ucap Mysha pelan.

Tiba-tiba Dimian berlari ke arah Mysha dan memeluknya. Sontak Mysha terkejut dan membulatkan matanya. Dadanya berdegup kencang seperti hendak keluar saat itu juga. Ini kali pertama ia dipeluk oleh seorang laki-laki.

Dimian melepaskan pelukannya dan menatap lekat wajah Mysha. Mysha merasa gugup saat netra coklat tajam itu menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran.

"Mengapa kau tidak pulang semalaman?" tanya Dimian dingin.

"A-aku ... Hanya sedang merasa kesal padamu?" ucap Mysha pelan tapi masih bisa terdengar oleh Dimian.

Dimian mengerti dengan perasaan Mysha, seharusnya ia tak mengusir Mysha saat itu. "Maafkan aku." lirih Dimian. "Tapi, haruskah kau pergi semalaman dan membuatku khawatir, hah?" bentak Dimian.

Deg!

Dimian khawatir kepadanya? Apakah Dimian memiliki perasaan yang berbeda kepada Mysha? Mysha menatap netra coklat itu penuh tanya.

"Ma-maaf," ucap Mysha sambil menundukkan wajahnya.

Dimian menghela nafasnya sesaat. Pikiran dan hatinya kini mulai tenang, Mysha sudah ada di hadapannya.

"Baiklah, itu tidak penting. Ayo, pulang!" ajak Dimian sambil menarik tangan Mysha.

Mysha terkejut saat Dimian menggenggam tangannya. Mengapa Dimian menjadi sangat perhatian kepadanya?

________________________

"Kau pasti lapar," ucap Dimian sambil menyiapkan bahan-bahan makanan untuk kemudian di masaknya.

"A-aku tidak lapar," sergah Mysha. Karena memang ia telah makan di apartemen Damian.

Dimian mengangkat sebelah alisnya. Bukankah Mysha tidak makan apa-apa sejak ia pergi?

"Oh, baiklah. Apa kau sudah makan?" tanya Dimian sambil menutup lemari berisi bahan makanan.

Mysha mengangguk.

"Dimana?" Dimian duduk di depan Mysha sambil menyodorkan makanan ringan.

"Di ... Apartemen saudara mu," ucap Mysha pelan dan takut-takut.

Deg!

Dimian membelalakkan matanya saat mendengar kata 'saudara'. Seketika ingatan di masa lalunya kembali hadir. Rasa sakit, tangisan, cacian, dan yang lainnya kembali hadir dalam ingatannya. Entahlah, padahal kejadian itu terjadi bertahun-tahun yang lalu. Tapi rasanya masih terasa sesak dan sakit.

My Ghost [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang