8

2.6K 188 0
                                    


Mysha berjalan murung di samping Dimian. Sesekali ia menendang kerikil kecil sembarangan. Dimian yang menyadari hal itu. Memutar otaknya, bagaimana cara membuat Mysha tersenyum kembali?

"Umm ... Kau mau es krim?" tanya Dimian saat melihat sebuah toko es krim di sebrang jalan.

Mysha mendongkakkan kepalanya, lalu menggeleng pelan. Sungguh, ia tak ingin sebuah es krim atau apa pun saat ini. Ucapan detektif tadi benar-benar membuatnya merasa sedih. Orang-orang tak mengetahui jasadnya dimana bahkan dirinya sendiri pun tak mengetahuinya. Ia ingin pergi ke tempat seharusnya ia berada, bukan di sini, bergentayangan tak punya tujuan.

Tiba-tiba Dimian berlari ke sebuah toko boneka. Tentu saja hal itu membuat Mysha mengerucutkan bibirnya kesal, Dimian meninggalkannya? Aarrgghh ... Menyebalkan. Mysha lalu duduk di sebuah kursi di samping trotoar jalan. Pikirannya masih terfokus pada kematiannya.

Tiba-tiba Dimian datang dengan tangan yang ia simpan di belakang.

"Hei, tak ada gunanya kau terus murung seperti itu," ketus Dimian yang berdiri di depan Mysha.

Sontak Mysha mendongkakkan kepalanya.

Dimian lalu menunjukkan sebuah boneka kucing putih lucu. Mysha bergantian menatap boneka itu dan wajah Dimian. Pikirannya bertanya-tanya, apa maksud Dimian?

"Untukmu!" ucap Dimian sambil duduk di samping Mysha dan menyerahkan boneka itu.

Mysha tersenyum manis. Dimian sangat romantis menurutnya.

"Kau tau kenapa aku memberikan boneka kucing itu?" tanya Dimian.

Mysha menggeleng cepat sambil memperhatikan boneka itu dan tersenyum lebar.

"Karena sejatinya kucing selau memberikan kebahagiaan di dalam sebuah keluarga," ujar Dimian.

Mysha yang mendengar ucapan Dimian langsung tersenyum lebar. Itu artinya dirinya memberikan kebahagiaan bagi Dimian?

"Ah, tentu saja, karena aku memang selalu membawa kebahagiaan bagi semua orang," ucap Mysha sombong.

"Tapi, tetap saja. Kucing itu menyebalkan saat sudah mengambil makanan kita tanpa izin, dan jangan lupakan soal cakarannya yang menyakitkan." ujar Dimian sambil terkekeh kecil.

Mysha langsung membulatkan matanya saat mendengarkan ucapan Dimian. Dia pikir Dimian romantis, tapi tetap saja Dimian masih menyebalkan.

"Aarrgg ... Aaargg ..." Dimian mempergakan bagaimana kucing mencakar sambil tersenyum puas.

Mysha yang menatap Dimian dengan wajah kesal. Ia menggigit bibir bawahnya dan siap untuk memukul Dimian.

"Sini, biar aku tunjukkan bagaimana kucing mencakar!" ucap Mysha sambil hendak mencakar Dimian. Tapi Dimian buru-buru mengelak dan lari sambil tetap tertawa. Sontak Mysha pun ikut berlari mengejar Dimian yang menyebalkan itu.

___________________

"Dimi!" ucap Mysha sambil melihat hamparan langit cerah dan di tangannya terdapat sebuah es krim rasa moccha.

"Hemm," balas Dimian mengalihkan pandangannya

"Jika aku pergi nanti, Aku ingin menjadi awan putih di bawah sinar matahari." ucap Mysha sambil menerawang jauh.

Dimian mengangkat sebelah alisnya. "Why?"

"Yang meski tak kau minta, diam-diam melindungimu dari terik matahari dan menyaksikan mu bahagia bersama istri dan anak-anak mu kelak." Mysha tersenyum manis, matanya masih asik memandangi langit siang itu.

Dimian yang mendengar ucapan Mysha sontak terkejut. Ia tak pernah membayangkan bahwa suatu saat dirinya dan Mysha akan berpisah. Mysha benar-benar telah mencuri hatinya. Ia ingin Mysha yang berada di sampingnya, bukan orang lain. Tapi apalah daya, dunianya dan dunia Mysha telah berbeda. Mereka tak mungkin bersatu.

Dimian menundukkan kepalanya memikirkan itu semua. Ia harus menyiapkan diri agar bisa siap untuk kehilangan Mysha. Tapi mungkin itu akan sulit.

"Aku akan membantumu menyelesaikan kasus kematian mu!" ucap Dimian. Walau dalam hatinya ia tak ingin melakukan itu, karena jika kasus itu telah terungkap, maka Mysha akan pergi meninggalkannya. Tapi ia tak bisa bersikap egois seperti itu, ia harus memikirkan kebahagiaan Mysha pula. Ia yakin, Mysha merasa sedih dan tersiksa saat menjadi hantu.

Mysha mengalihkan pandangannya menatap Dimian, lalu tersenyum manis.

"Terima kasih," ujar Mysha lembut.

Dimian kembali menundukkan wajahnya. Ini benar-benar sulit? Apa dia bisa melakukannya? Hidup tanpa Mysha di sisinya? Hantu itu benar-benar telah mencuri hati seorang Dimian.

_____________________

"Ahh ... Akhirnya," Mysha merebahkan tubuhnya di atas sebuah sofa di apartemen Dimian.

Dimian menatap sesaat Mysha dan tersenyum kecil.

"Kau mau makan apa?" tanya Dimian sambil membuka lemari kecil berisi bahan makanan.

Mysha bangkit dan berpikir sejenak. "Hmm ... Terserah kau saja, aku selalu menyukai masakan mu," ucap Mysha lalu kembali tidur di sofa itu.

Dimian hanya tersenyum dan mulai mengambil beberapa bahan makanan untuk kemudian memasaknya.

___________________

Hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit-an saja. Beberapa makanan sudah tersaji di sebuah meja makan. Dimian memang pandai memasak sejak dari kecil, tentu saja ibunya yang mengajarkannya.

Mysha masih terlelap dalam tidurnya setelah asik menonton sebuah film di laptop Dimian. Mungkin karena ia juga terlalu kelelahan.

Dimian tersenyum kecil saat melihat wajah damai Mysha dalam tidurnya. Hatinya merasa tak tega untuk membangunkannya. Tapi, Mysha belum makan apapun seharian ini kecuali mungkin es krim yang di belinya saat tadi.

"Mysh!" panggil Dimian sambil menepuk pelan pipi Mysha.

Mysha tak merespon ucapan Dimian dan masih tertidur.

"Astaga, dia benar-benar terlelap." gumam Dimian.

"Mysh ... Bangun!" Dimian kembali menepuk-nepuk pipi Mysha.

Mysha hanya menggeliat kecil dan malah mendengkur lembut. Dimian tersenyum geli melihat hal itu. Andai Mysha adalah seorang manusia, mungkin dia akan memotretnya dan menyebarkannya di akun media sosialnya.

"Mysha!" panggil Dimian.

Mysha masih tak memberikan respon.

Dimian menghela nafasnya panjang. "Baiklah, aku akan makan terlebih dahulu!" ucap Dimian sambil bangkit.

Tapi tiba-tiba Mysha menarik tangannya. Dimian kehilangan keseimbangan karena kakinya kurang bertumpu pada lantai. Alhasil Dimian terjatuh di atas tubuh Mysha dan bibirnya dan Mysha bersatu. Dimian membulatkan matanya dan terkejut. Ini adalah pertama kalinya Dimian mencium seorang wanita.

Sesaat Dimian terpaku dan menatap wajah Mysha yang tengah damai tertidur. Hatinya benar-benar merasa tenang. Sedangkan Mysha tak menyadari hal ini.

My Ghost [Completed]Where stories live. Discover now