Chapter 6: The man we just met.

385 60 11
                                    

Belakangan Alice selalu hampir kehilangan kewarasan saat berada di sekitar keluarga aneh ini. Maksudnya, kemarin dia baru saja diselamatkan oleh pemuda bernama Kadal, lalu di perjalanan menuju entah-ke-mana seorang gadis kecil di kursi belakang memborbardir para crank dengan senapan seolah dia dilahirkan untuk itu, sedangkan Newt tidak berteriak menyuruh gadis itu berhenti dan Amy malah menatap langit dengan bosan sambil menopang dagu, sekarang lebih mengejutkan lagi: Amy ternyata ilmuwan W.I.C.K.E.D dan tanpa Alice ketahui daritadi mereka berkendara menuju markas WICKED di Scorch.

Tentu Alice menjadi curiga dan tidak tenang, beberapa kali dia tanyai Newt kenapa dia dibawa ke tempat sialan itu, tapi si dirty-blonde malah menyunggingkan senyum. Dia bilang, "Tidak ada yang tersisa dari WICKED. Tenanglah."

Alice kemudian diam, tapi hati kecilnya tetap saja gelisah. Tempat itu adalah awal semua penderitaan dari perjuangannya bertahan hidup dimulai. Dibuang, diasingkan. Sekarang mereka malah mencoba memasuki tempat itu lagi, hebat. Dia berjalan mengekori Newt dengan sikap waspada, tangannya sudah mengepal, kakinya bersiap-siap untuk kemungkinan digunakan menendang sesuatu atau seseorang, intinya: Alice sudah siap tempur. Sangat kontras dengan Lea, gadis kecil itu malah bersenandung ria sambil melompat-lompat kecil seolah mereka datang ke taman bermain.

"Bisa jelaskan sesuatu padaku?" Alice kembali bertanya.

Amy menoleh dan tersenyum tapi tak menjawab apapun, hanya mencoba membuka pintu yang menghubungkan .... entahlah, garasi mungkin? Carport? Bergport? Pokoknya itu, dengan lingkungan laboratorium dan kantor menggunakan kartu tanda pengenalnya.

"Amy dulunya bekerja untuk WICKED," kata Newt.

Alis milik Alice terangkat sebelah. "Dulu?"

"Sekarang tidak," dia mengedikkan bahunya, "sudah kubilang, tidak ada yang tersisa dari WICKED. Kalaupun ada, itu hanya serpihan. Tak bisa bangkit lagi, toh si Nenek Tua dan Jason sudah mati."

Tak ada yang Alice tahu mengenai kejatuhan WICKED, tapi mendengar semua perburuan ini sudah berakhir—walau memang dirinya tidak diburu, kecuali oleh crank—membuatnya senang. Perasaan khawatir yang merongrong hatinya perlahan lenyap, digantikan oleh rasa lega.

Namun tetap ada pertanyaan di benaknya. "Lalu untuk apa kita disini?"

Newt menunjuk Lea. "Untuk tes. Untuk mengetahui apakah Lea kebal atau tidak," jawabnya. "Dia dilahirkan ditengah bencana ini, ada kemungkinan gen nya menyesuaikan diri saat dia bayi. Dia bisa saja benar-benar kebal atau justru malah makin rentan."

"Juga untuk menjarah alat-alat laboratorium, sebenarnya," tambah Newt.

Setelah itu tak ada percakapan lagi di sepanjang lorong. Newt siap siaga dengan laras panjangnya, sedangkan Alice juga tak kalah waspada. Mengetahui mereka ada di pihak yang sama bukan berarti dirinya bisa menurunkan kehati-hatiannya begitu saja. Toh, siapapun bisa saja masih ada di markas ini. Akhirnya mereka pun sampai di ruangan yang tak seberapa besarnya, di dalamnya ada beberapa alat laboratorium yang tak Alice ketahui.

"Aku akan cepat-cepat. Setelah tes selesai, masukkan semua alat tanpa menyisakan satu pun," kata Amy.

"Wow, kau lebih mirip penjarah daripada dokter."

Amy terkikik geli, "Semua orang akan menjarah pada akhirnya," dia menoleh ke arah Newt, "benar 'kan, Newt?"

Newt mengedikkan bahunya.

Kemudian Amy masuk ke sebuah ruangan dengan pintu warna biru sambil menuntun Lea, samar-samar dalam hati Alice muncul sebuah kekhawatiran, takut terjadi apa-apa pada Lea. Bagaimanapun Amy dulunya adalah Ilmuwan dari WICKED. Tidak sesiapapun dapat menjamin dia sudah tobat atau belum. Ah, mungkin ada. Tapi Alice juga tidak terlalu percaya pada Newt. Pemuda itu entah kenapa terlihat mempunyai hasrat yang besar, entah untuk apa. Itu makin membuat gadis itu was-was. Namun suara kikikan geli Lea memudarkan kekhawatirannya, gadis itu baik-baik saja.

Tapi tidak ada yang dapat Alice lakukan untuk membuat dirinya berhenti dalam keadaan waspada, maka dia memberanikan diri untuk berbicara pada Newt.

"Umm, hei," dia nyengir, "mau ngobrol?"

"Untuk apa?"

'Untuk pdkt denganmu. Bodoh! Tentu saja untuk mencairkan suasana.' rutuk Alice dalam hati.

Alice tersenyum kecut, anak ini bisa tidak lebih santai sedikit? Ngobrol tidak akan menurunkan kewaspadaan pemuda itu, 'kan? Lagian cuma ngobrol. "Yah, agar tidak terlalu tegang saja."

"Kau saja yang bicara."

Sesuai dengan ekspetasi Alice. "Baiklah, mau dengar bagaimana aku ada disini?"

"Tidak juga, tapi terserah."

Gadis itu harus pintar-pintar menahan amarah di depan Newt. Baiklah, mari kita coba mengakrabkan diri. Baru saja mulut Alice akan mengatakan sesuatu, sebuah peluru menyasar ke arah mereka. Beruntung Newt cepat tanggap dengan menarik gadis itu untuk ikut merunduk bersamanya. Setelah itu Newt memasang sikap waspada, dia bersiap dengan senapannya dan melihat ke segala arah untuk menemukan siapa orang yang berada dibalik ini. Sedangkan Alice yang tidak memiliki senjata api memasang kuda-kuda dan siap siaga dengan kedua pisaunya yang sering ia pakai saat masih berada di luar sana.

Sebuah peluru diluncurkan lagi, beruntung kali ini mereka cukup waspada untuk bisa menghindarinya. Dari persimpangan lorong seorang pria paruh baya muncul dan mengarahkan moncong senapannya pada Newt, tidak terlalu dekat memang, pria itu berjaga-jaga jika saja bocah krempeng itu lebih kuat dari kelihatannya.

"Siapa kau?" tanya Newt dengan tenang, tampak tak terpengaruh walau kenyataannya pria itu bisa saja menarik pelatuk dan membuat kepalanya bocor.

Dia tertawa sinis, wajahnya tak terlihat karena terhalangi buff dan kacamata goggle, tapi Alice yakin wajahnya sangat jahat. Mungkinkah dia WICKED?

"Aku hanya orang dewasa biasa, kau? Bocah, apakah kalian kebal atau tidak kebal?"

Kedua anak muda itu terdiam, dari pertanyaanya, dia pasti orang dari WICKED.

Amy keluar dari ruangan sendirian tanpa Lea, segera saja Newt dan Alice berdiri didepan Amy untuk melindunginya. Lea butuh Amy, begitupula Newt.  Sebenarnya Alice tidak tahu alasan mengapa ia jadi harus ikut-ikutan melindungi Si Dokter, tapi yeah dia hanya merasa harus saja. Setidaknya demi Lea.

Ekspresi pria itu berikutnya sungguh diluar dugaan, dia melunak, bahkan melonggarkan pegangan pada senapannya. "Amy?"

Yang ini bahkan lebih mengejutkan, pria itu mengenal Amy. Amy mengerutkan keningnya, dia masih tidak tahu siapa pria itu karena wajahnya yang tidak terlihat. Newt juga, dia bertanya-tanya siapa gerangan orang di depannya ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 27, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A5, Still AliveWhere stories live. Discover now