PROLOG

154K 1.9K 17
                                    

Hujan deras yang mengguyur malam ini begitu hebat. Sambaran petir tak lupa ikut menjerit menyertai desahan-desahan panjang dua manusia dalam suite room hotel berkelas. Embusan angin begitu kencang menerbangkan gorden dalam ruangan remang itu lantaran jendela lupa dikunci. Namun keringat justru mengucur dari seluruh tubuh mereka.

"Aahhh... Sayang. Akuuhhh.."

"Ya?"

"Akuuu ingiiinn..."

"Lepaskanlah!" jawab pria itu parau.

Wanita dengan surai keemasan itu terus melenguh di bawah kungkungan pria tampan dengan badan liat. Keduanya terbakar api gairah yang membara. Teriakan panjang wanita itu mengakhiri adegan mereka.

"Terima kasih, Erick. Kau luar biasa," tukas wanita itu dengan senyuman menggoda sembari membelai wajah pria di atasnya.

Pria yang dipanggil Erick itu pun bangkit dari posisinya dan segera menuju kamar mandi. Sedangkan wanita itu tak mampu menahan rasa kantuk akibat energinya yang terkuras. Dia memilih terbang ke alam mimpi menikmati sisa-sisa bayangan percintaan mereka.

"Sella!" Erick menepuk pelan pipi wanita itu.

Ia telah selesai dengan ritual mandinya dan hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. Wanita itu, Sella hanya melenguh. Erick berdecak dan beranjak untuk memakai pakaiannya. Baru saja akan mendekati pintu, Sella memanggilnya.

"Kau mau kemana?"

"Pulang."

"Pulang?!"

Erick mengangguk sekilas.

"Kau bilang akan menemaniku malam ini, Erick?" rengeknya.

Erick berjalan mendekat pada Sella yang masih berada di atas ranjang dan duduk di depan Sella dengan menekuk satu kakinya. Ia menunjukkan history panggilan pada ponselnya. Sella mengalihkan tatapannya sembari mencebik berkali-kali.

"Malam ini.. saja, Erick." Nada suara Sella begitu memohon.

Erick melepaskan genggaman tangan Sella pada lengannya. "Tidak bisa."

"Oh, ayolah, Erick! Kau ini sudah dewasa. Sesekali tidak apa-apa."

Tatapan Erick berubah tajam. Buru-buru Sella menelan air liurnya. Ia benar-benar merutuki mulut laknatnya. Wanita itu segera meraih lengan Erick kembali namun dengan cepat pria itu menyentaknya.

"Erick, maafkan aku," sesalnya.

"Kita berakhir disini, Sella," tukas Erick begitu dingin, lalu melenggang begitu saja.

Sella berteriak memanggil nama kekasih, ah, mantanya itu. Ia bahkan melupakan jika tubuhnya tak terbungkus sehelai benang pun. Namun pintu lebih dulu terbanting dibanding langkahnya yang kecil. Wanita seksi itu hanya mampu mengumpat berkali-kali.

°°°°°

"Dasha!! Ayo turun! Makan siang sudah siap."

Gadis belia itu berjingkrak menuruni setiap anak tangga. Ia mengenakan celana jeans, kaus garis-garis, dan terbungkus jaket berwarna pink. Senyum yang terus terkembang di bibirnya mengundang pikiran buruk wanita yang memanggilnya.

"Mau kemana?"

Gadis bernama Dasha itu tersenyum penuh arti pada ibunya.

"Mama pasti tahu lah.." tukasnya lalu mengecup pipi ibunya.

"Dasha!!"

Ashley benar-benar meradang. Anak manjanya itu selalu melakukan semaunya sendiri. Dengan amarah di ubun-ubun, dia kembali ke ruang makan. Dua pria berbeda usia disana menatapnya heran.

My Naughty DashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang