MND 34 - Turbulence

9K 311 6
                                    

Dasha menuruni tangga dengan cepat. Gadis itu terlihat tergopoh-gopoh memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Ibunya yang berada tak jauh dari tangga mengernyit. Melihat ibunya ada disana, Dasha langsung menghampirinya.

"Ma, aku tidak makan malam di rumah. Aku sudah membuat janji dengan Chelsea," katanya.

Ashley mengangguk. "Lalu kenapa begitu rusuh?"

"Aku ketiduran. Sudah telat lima belas menit dari kesepakatannya. Mama, aku berangkat dulu," jawab Dasha dan mengecup pipi ibunya.

Gadis berambut ikal itu segera berlari menuju garasi untuk mengambil mobil putihnya. Ia lajukan mobilnya menuju rumah mewah berpagar tinggi disana. Dasha berhenti tepat di pelataran depan pintu rumah itu, dan lihat! Chelsea sudah memanyunkan bibir.

"I'm sorry. Aku ketiduran tadi."

Chelsea mengangguk. "Well, okay. Tapi kau yang traktir hari ini."

"Beres!"

Mereka segera melaju menuju pusat perbelanjaan. Bukan bermaksud membeli pakaian atau apa, tapi dua gadis itu sedang berada di game zone. Rasanya mereka sangat rindu waktu-waktu menggila bersama.

"Damn! Kenapa monsternya susah sekali dikalahkan?!" dengus Dasha membuat anak-anak kecil menoleh padanya.

Chelsea terkekeh dan menghampiri Dasha. Ia baru saja selesai memainkan bola basket. Tiket yang didapatnya lumayan banyak. Chelsea mengamati gerakan lihai Dasha. Pantas saja tak kalah-kalah, Dasha memang sudah level akhir. Chelsea mulai bersorak saat detik-detik monster itu kehabisan energi.

"Fuck!" Mesin error. "Kak! Mesinmu error ini, ah!"

Chelsea tertawa seketika sedangkan Dasha merengut kesal. Pemuda yang menjadi penjaga game zone itu pun mendekat dan mengecek mesinnya. Kata pemuda itu, mesinnya memang sudah beberapa kali bermasalah.

"Kalau memang sudah rusak ya diganti dong, Kak. Kesel banget tinggal dua persen itu monsternya mati."

"Maaf ya, Kak. Kami ganti saldo Kakak yang untuk main ini," kata penjaga itu.

Dasha mendecak. "Tidak usah. Aku mau makan saja," ucapnya dan menggelandang Chelsea keluar dari area itu.

Di kafe, Chelsea tak henti cekikikan. Dasha mendengus dan meletakkan sendok garpunya. Dentingan benda itu dengan piring terdengar nyaring.

"Puas kau tertawa."

Seketika tawa Chelsea meledak. "Kau lucu sekali, Dasha. Selalu seserius itu saat bermain game. Itu hanya permainan, jangan dimasukkan hati."

Dasha memanyunkan bibirnya. "Kau lihat sendiri aku sudah hampir menang."

"Okay, okay," balas Chelsea dengan mengangguk tak lupa masih dengan tawanya.

Dasha beranjak dari kursinya. "Aku ke toilet dulu."

Chelsea tersenyum dan mengangguk. Setelah Dasha benar-benar menghilang dari tatapannya, pandangan Chelsea berubah. Ia ikut beranjak dan mendekat ke toilet. Kebetulan toilet berada di lantai dua. Gadis berambut hitam itu celingukan mencari sesuatu, kemudian dia tersenyum. Ia lihat Dasha keluar dan ia membuntut di belakangnya. Tangan Chelsea sudah terulur, namun..

"Chelsea!"

"Hah! Fran- Bastian?" Chelsea membelalakkan matanya. Ia juga menelan salivanya susah payah.

"Kau ingin mencelakai Dasha?" desisnya.

Chelsea menarik tangannya dari cekalan Bastian. Ia berkacak pinggang sembari menelan ludahnya. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti arah pembicaraanmu."

My Naughty DashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang