MND 41 - Someone From The Past

7.3K 324 4
                                    

Hay, hay, my lovely readers! Thanks so much for your support<3 aku selalu baca komennya kok, tapi maaf gak bisa bales satu-satu:) Well, happy reading!

***

Putrinya kabur dari rumah. Fakta itu membuat pria berusia lebih dari setengah abad itu berpikir keras. Apakah keputusannya salah? Apakah putrinya takut padanya? Atau dia memang gila seperti yang dikatakan Ashley, istrinya? Ah ya, bicara tentang istrinya. Wanita itu juga menghilang dari rumahnya. Kata mertuanya, Ashley menyewa hotel. Tak betah tinggal satu rumah dengan pria gila.

Malam ini Emmet tengah duduk di ayunan taman belakang rumahnya. Ada beberapa botol anggur dan sebuah gelas dengan kaki cantik menemaninya. Pikiran Emmet berkelana. Apa dia salah mengkhawatirkan kebahagiaan putrinya? Ashley selalu berkata jika dia tak bisa melupakan Freda. Oh ya, Freda. Itu adalah nama gadis dengan rambut pirang dan juga bermata biru cerah. Gadis menggemaskan yang membuat Emmet hidup dalam rasa bersalah dan penyesalan.

Emmet menengadah menatap langit yang mengabu. Tak ada satupun bintang yang berhasil ditangkap kedua matanya. Sidang putusan akan dilaksanakan tiga hari lagi. Lalu dimana putrinya? Dimana istrinya? Siapa yang dia perjuangkan sekarang? Atau justru dia malah membuat mereka menderita?

Mungkin bercerita tentang masa lalu Emmet bisa sedikit memberi penerangan. Mengapa pria itu begitu takut Dasha disakiti dan menderita. Permulaannya adalah tiga puluh tahun yang lalu. Saat itu Emmet masih duduk di bangku kuliah. Pemuda tampan tahun ketiga fakultas bisnis itu sangat menyayangi adik tingkatnya. Gadis yang duduk di semester satu fakultas seni. Sudah beberapa bulan Emmet menjalin kasih dengan gadis itu. Gadis sederhana yang suka melukis. Tak ada yang spesial selain paras cantik dan tutur katanya yang lembut.

"Makan siang, yuk?" tawar Emmet setelah keduanya selesai dengan kuliah hari ini.

Gadis itu mengangguk pelan. "Boleh," ucapnya lembut.

Keduanya berjalan beriringan menuju parkiran. Tak sengaja mereka berpapasan dengan seorang gadis yang juga berambut pirang bermata biru. Namun garis wajah mereka benar-benar berbeda. Freda memiliki wajah bulat dan berbadan mungil, sedangkan gadis itu berwajah panjang dengan alis tegas dan tubuh tinggi semampai.

"Uluh, makin lengket saja," celetuk gadis itu.

Dengan malu Freda menjawab, "Apa sih, Yasmine? Kamu juga sudah ada yang punya."

Gadis yang dipanggil Yasmine itu tergelak. "Okay. Aku ada kelas siang. Bye!"

Freda melambai tangan pada teman sekolah menengahnya yang sekarang berbeda jurusan dengannya. Ia mengambil jurusan seni rupa sedangkan Yasmine mengambil hubungan internasional. Katanya Yasmine ingin menjadi duta besar. Freda mendukung keinginan sahabatnya itu.

"Ayo!" ajak Emmet dengan menggandeng tangan Freda.

Gadis itu tersenyum menikmati pemandangan kota. Keluar seperti ini dengan Emmet memang sangat jarang, mengingat Emmet adalah anak bisnis yang selalu sibuk dengan tugasnya apalagi sudah mulai memasuki semester atas.

"Kamu ingin makan apa, Sayang?"

Pipi Freda merona setiap kali Emmet memanggilnya seperti itu. "Apa saja yang penting tidak pedas," ucapnya.

Emmet mengangguk mantap. Mereka menikmati makan siang bersama. Karena gadis itu jarang keluar, ia pun berinisiatif mengajak Freda keliling kota. Gadis itu terus tersenyum bahkan tak jarang tertawa saat melihat hal yang lucu atau baru untuknya.

"Kak.. Boleh tidak jika aku ingin ke pantai?" tanyanya lembut.

Emmet tertawa renyah. "Tentu saja, Sayang. Ayo kita ke pantai!"

My Naughty DashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang