5 | Jangan Menangis, Aira

1.8K 141 13
                                    

assalamualaikum ^^
guys, kalau berkenan, kalau kalian ada yang mau repost quotes atau kutipan isi dari cerita-ceritaku aku minta untuk tag aku yaa di siniii @arumnrma hehehe if u guys doing to do, ill be happy ^^

selamat membaca kisah Axel dan Aira <3

***

"Sebab tugasku hanya merawat sayapmu, bukan untuk terbang bersamamu."

-From Allah To Aira-

Part. 5

"AIRA?"

Aira mendongak saat merasa seseorang memanggil namanya.

Sedetik kemudian sepasang mata itu kembali menunduk. Aira menghapus air matanya dengan cepat kemudian berdiri.

"Kak Rian?"

Adrian tersenyum, "Iya, ini aku. Kamu kenapa ada di sini?" tanyanya ingin tahu. "Atau, jangan-jangan?" Pria itu tiba-tiba menerka.

Perlahan Aira mengangguk lemah. "Iya, Kak. Ibu kambuh lagi. Tadi waktu Aira pulang dari kantor, Ibu udah pingsan di dalam kamar mandi."

"Astaghfirullah. Kamu yang sabar ya, Ai. Sekarang di mana Tante Tsana?"

"Di dalam, sedang diperiksa dokter."

Adrian mengangguk. "Kalo gitu aku ikut nemenin kamu nunggu dokter keluar, ya?"

"Nggak usah Kak," Aira menggeleng berusaha menolak dengan halus. Dia tak enak hati. "Aira nggak apa-apa sendirian."

Tatapan Adrian berubah sendu. Dia tahu, Aira selalu menanggung semuanya seorang diri. Dia juga tahu persis seperti apa kakak perempuan Aira yang selalu bersikap tidak baik dan membenci Aira atas beberapa kejadian di masa lalu. Ingin sekali rasanya Adrian menenangkan gadis itu di saat-saat jatuhnya seperti sekarang. Tapi, Adrian menyadari dia bukan siapa-siapa untuk Aira.

"Sandy udah tahu?" Adrian mengalihkan.

"Belum," jawab Aira disertai dengan gelengan. "Tolong jangan kasih tahu Bang Sandy dulu ya, Kak. Aira nggak mau Abang jadi kepikiran dan nanti malah nggak fokus sama kuliahnya. Selagi di sini Aira masih sanggup, Aira nggak mau menambah beban buat Bang Sandy."

Adrian mengangguk paham. Gadis dihadapannya ini benar-benar luar biasa kuat. Hatinya begitu tulus dan lembut. "Yaudah, kalo kamu nggak mau Sandy tahu. Tapi tolong jangan tolak niat baik aku, Ai. Biar aku di sini bantu untuk jaga kamu dan Ibu kamu. Bagaimanapun, Sandy udah aku anggap seperti saudara laki-laki buat aku. Dan kamu pun udah aku anggap seperti adikku sendiri. Tante Tsana bahkan udah seperti Ibuku sendiri, Ai. Dan Kamu tahu itu."

Masih berusaha meyakinkan itikad baiknya, Adrian terus bersikeras ingin membantu. Akhirnya, Aira mengangguk pasrah. Menyetujui ucapan sekaligus permintaan dari sahabat sang kakak.

Beberapa saat kemudian, dokter keluar dari ruangan tempat Tsana diperiksa. Adrian dan Aira spontan bangkit menghampiri lelaki yang berumur enam tahun lebih tua dari usia Aira yang kini berdiri dengan setelan jas putih itu.

"Dok, bagaimana keadaan Ibu saya?"

Dokter Ben, selaku orang yang bertugas memeriksa Tsana tersenyum, "Ibumu nggak apa-apa, Ai. Hanya saja HB beliau sedikit menurun, jadi harus dirawat paling tidak satu malam supaya mendapat perawatan yang lebih intensif. Paling tidak, sampai kondisinya kembali normal."

Benard adalah dokter spesialis penyakit dalam. Usianya masih tergolong sangat muda. Bahkan paling muda dari dokter lain yang bekerja di rumah sakit ini. Selain itu, dialah yang selalu menangani Tsana ketika penyakitnya kambuh. Tak heran kalau sampai pria itu bisa mengenal Aira dengan baik.

From Allah To AiraWhere stories live. Discover now