One - Dinner

51.6K 2.2K 96
                                    

Jadi kalian team mana? Readers yang baru baca cerita ini atau Readers yang baca ulang karena penasaran? :D

Siapapun kalian selamat membaca cerita ini. Semoga suka!!

Jangan lupa Vote dan Komen disetiap chapternya:)

.
.
.
.

"It is too early to conclude

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"It is too early to conclude."

***

Paris, France.

City of light adalah sebutan untuk sebuah kota besar di Prancis. Siapa yang tidak tahu dengan kota Paris. Kota terbesar di Prancis sekaligus kota yang terkenal di dunia dengan keindahan dan teknologinya. Kota yang memiliki menara pencakar langit yang disebut Eiffel Tower. Menara yang juga menjadi salah satu iconic di kota Paris karena selain keindahannya, letaknya juga sangat strategis karena berada di pusat kota.

Di bawah langit yang berwarna merah. Sebuah mobil Lamorghini Gallardo, mobil yang merupakan keluaran terbaru dengan warna mencolok, membelah jalanan kota Paris. Seorang pria tampan dibalik kemudi terlihat fokus menatap jalan. Sedangkan seorang wanita yang berada di sampingnya menekuk wajahnya dengan kesal.

"Berhenti, Alardo!"

Suara penuh penekanan itu keluar dari mulut wanita yang berada di samping Alardo. Putra sulung dari pengusaha terkenal di London, siapa lagi jika bukan Mr. Axelion Maxime Adriquez.

Sama seperti sang ayah yang berhasil menaklukan sengitnya persaingan di dunia bisnis. Alardo berhasil mencapai puncak di umurnya yang masih terbilang sangat muda. Kemampuannya di dunia bisnis tidak bisa diragukan lagi. Alardo benar-benar duplikat dari seorang Axelion. Cerdas dan tak terduga.

"Tidak ada yang bisa memerintahku." Jawab Alardo dengan tak peduli. Sudut bibir pria itu terangkat dengan pogah.

Victoria Dizzi Morganerra, gadis yang merasa sangat sial karena disukai seorang pria menyebalkan seperti Alardo. Andai saja mereka tidak pernah bertemu, maka Dizzi tidak akan pernah merasa sekesal ini. Dizzi mengutuk hari pertemuan mereka beberapa bulan lalu.

"Berhenti bermain-main denganku, Alardo." ucap Dizzi dengan kesal. Demi apapun Dizzi sama sekali tidak sedikitpun tertarik pada pria yang kini sukses di dunia perbisnisan itu.

Alardo tersenyum kecil sambil membelokan mobilnya ke sebuah restoran terkenal di kota Paris. Alardo tidak peduli dengan gadis disampingnya yang terlihat marah. Karena semakin Dizzi marah maka semakin membuat Alardo merasa bahagia. Menurutnya wajah marah Dizzi begitu menggemaskan dan Alardo menyukainya.

"Kau semakin membuatku jatuh cinta Dizzi!" Ucap Alardo setelah memarkirkan mobilnya.

Dizzi memutar bola mata malas. Hingga kini Dizzi masih bertanya-tanya. Kenapa Alardo memilih dirinya yang sama sekali tidak tertarik padanya. Padahal di luaran sana banyak wanita yang dengan terang-terangan mengejar Alardo.

The Devil PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang