♪ ♬ 14 ♬ ♪

Start from the beginning
                                    

"Mmhh!" Haani menggigit bibir bawahnya, membenamkan lagi wajahnya pada pundak Galuh. Bermain di sofa selalu membuat sensasi yang berbeda dibanding di kasur. Dalam posisi Haani yang menduduki Galuh, penis Galuh terasa masuk lebih dalam lagi di dirinya.

Keduanya masih sama-sama diam, belum ada yang bergerak untuk membuat kenikmatan sesungguhnya. Galuh mengecupi leher dan pundak Haani. Sesekali matanya terbuka, melihat tanda bekas gigitannya di tengkuk leher Haani, buat Galuh tersenyum. Bahkan setelah dua minggu, tandanya belum hilang juga.

"J-jangan.."

Galuh terhenti, waktu ia siap membuat tanda lain di tubuh Haani. "Kenapa?"

"Mas Dany.. bakal cerita kejadian di Jepang ke Bos... saya rasa.. Bos bakal liat bekas dari.. dia."

Galuh masih diam, melirik Haani yang masih membenamkan wajahnya di pundak Galuh. "Oke." jawabnya singkat, melanjutkan mengecup dan menghirup dalam wangi tubuh Haani. Sebenarnya agak kesal Galuh mengingat tanda gigitan Eldy di leher Haani. Ia ingin menghilangkannya.

"Luh.."

"Hm?" Bukannya menjawab, Haani malah memeluk Galuh makin erat. Galuh turut memeluknya juga, lalu mulai menggerakan pinggulnya. Galuh bisa merasakan debar jantung Haani yang mendadak jadi sangat cepat waktu Haani melarangnya membuat hickey. Ia sadar, Haani masih memikirkannya, soal ia yang kecewa, soal ia juga yang ingin membuat Haani lupa soal Eldy.

"Mmh... Aah.. aah." Haani mendesah-desah pendek di setiap genjotan Galuh. Melakukannya dalam posisi ini benar-benar mematikan untuknya, karena penis Galuh selalu tepat mengenai intinya tanpa jeda.

Galuh terus menciumi leher Haani, dari pundak sampai telinga. Tangannya mendorong pundak Haani, membuat sedikit jarak antara keduanya, matanya menatap lurus, lalu mencium Haani tepat di bibirnya. Haani jadi agak kesulitan karena ia harus mengatur napasnya juga. Sesekali ciuman mereka terlepas karena Haani harus mengambil napas.

"Nggh.. Luhh..."

"Gue gak pake kondom Ni, karena gue gak prepare."

Haani menatap Galuh, mengelus pipinya. "Keluarin di dalem.. kayak waktu itu."

"Tapi ini masih siang Ni."

"Saya gak peduli, saya mau kamu."

Mendengar kalimat Haani, Galuh langsung mempercepat tempo genjotannya. Haani sudah mengerang kenikmatan, memeluk punggung Galuh dan lagi-lagi hampir mencakarnya. Galuh seperti mendapat ijin untuk membuahi Haani, ia senang, puas, dan merasa menang.

"AAAAKHH!" Haani menjerit hebat waktu Galuh mencapai orgasme dan memuncratkan semuanya di dalam Haani. Galuh muncrat cukup banyak, sampai benar-benar terasa penuh, mungkin karena sudah seminggu lebih mereka tidak melakukannya.

Tubuh Haani lemas di atas Galuh, napasnya terdengar dalam dan berat. Matanya memejam, merebahkan kepalanya di pundak Galuh.

Galuh mengecup bibir Haani. "Lo belum keluar kan?"

"Belum..." Matanya dibuka, menemukan Galuh sedang memandangnya. "Lagi.."

"Disini?" seringai Galuh. Haani tidak menjawab, malah mebenamkan wajahnya dan memeluk Galuh erat-erat. Galuh mengecup pundak Haani, lalu-

"Hwa-!"

Mengangkat tubuh Haani tiba-tiba.

"L-luh!"

"Lo gak bakal jatoh, Ni, gue pegangin."

"Tapi- Ah!" Haani menutup matanya waktu Galuh menjatuhkan tubuh Haani di kasur. "B-banyak barang."

"Gue cuma butuh posisi begini aja kok." Senyum Galuh mengembang sambil mengangkat satu kaki Haani, dan memposisikan lagi penisnya ke anus Haani.

"Aakh!"

Our Escape Way (BL 18+) [COMPLETE]Where stories live. Discover now