Aksara Nata || 15. Celah

247 44 139
                                    

"Semakin aku mencoba untuk memahami, semakin pula aku tersadar. Bahwa tidak ada celah sedikit pun, bagiku."

-Veronica

· · • • • • • • · ·

"WOI Niel, inget. Lo itu mahluk sosial, kenapa nggak minta bantuan ke gue sebelumnya? Kan gue ada kamera, Vero ada mic. Seenggaknya bisa bikin kualitas video tambah bagus, kan?"

Daniel menghembuskan nafasnya pelan, menilik satu-satu wajah orang yang berada di kamarnya. Layar monitor yang menunjukkan sebuah video menjadi pusat perhatian ke-4 orang itu sekarang.

"Lu udah convert yang paling bagus ke mp3, terus lu masukin ke video?"

Daniel mengangguk samar, memperhatikan lagi hasil video yang tengah berjalan. Sesaat kemudian, laki-laki itu menautkan kedua tangannya dengan sikut yang bertumpu di lutut.

"Udah lu jer—"

"Udah, gangguan makin mencolok." Daniel menekan mouse-nya, saat kursor berada tepat di ikon play di layar.

"Belom gue selesai ngomong, tapi jawaban lu bener sih." Aldo menyipitkan matanya, menatap Daniel penuh kekaguman tersendiri, sedangkan Daniel membalas pandangan tersebut dengan datar.

Vero menautkan alisnya heran, sudah banyak sekali video-video cover di sosial media yang berganti-ganti tempat namun suaranya tetap jernih, tidak berubah sama sekali.

"Aku liat dimana-mana suaranya itu nggak berubah loh Daniel, gimana ya caranya." Nata menjentik-jentikkan kukunya, seraya membayangkan video-video yang ia tonton beberapa waktu lalu.

"Aku juga aku!" Aldo mengacungkan telunjuknya tinggi-tinggi.

"Kalo kata gue sih itu bukan disitu rekamannya Nat, jadi suara nyanyinya itu ditumpuk sama videonya," papar Vero sesuai dengan pikirannya.

"Maksud kamu? Nata nggak ngerti."

Aldo mengangguk-angguk riang, laki-laki yang tengah menyusun rumah kartu itu bicara lagi. "Aku juga akuu!"

"Diem lo ah," sarkas Vero sembari melempar sebuah bantal, hingga mengenai wajah menjengkelkan Aldo.

Daniel mengerenyitkan keningnya, mencerna kata-kata yang terlontar dari ketiga sahabatnya. Laki-laki itu bergumam. "Ditumpuk, dalam beda tempat, tapi bisa jernih."

Kenapa suara tersebut bisa terdengar baik-baik saja? Secara logika pasti tidak mungkin tidak ada gangguan sama sekali. Waktu itu, Daniel memilih video dengan suara terbaik dan merubah formatnya menjadi mp3, kemudian membuat mp3 itu menjadi backsound.

Apa mungkin?

"Backsound videonya adalah suara original yang direkam?"

Nata menaikan alisnya ketika mendengar ucapan Daniel, jujur ia sedikit tidak mengerti.

"Nah! Jadi pertama-tama kita rekam dulu kan suara Nata di tempat yang minim gangguan? Dan perekaman video di tempat luar itu cuma memperbagus video aja. Nanti hasil rekaman di luar digabung sama suara original  Nata, gitu?" Aldo berpendapat.

"Mantep, baru ganti otak ya."

Mendengar Daniel mengatakan itu, Aldo spontan menekuk wajahnya, tidak terima. Tahu begini ia diam saja tidak usah mengutarakan pendapat tadi. Walau pun begitu, laki-laki itu tidak pernah memasukkan ucapan Daniel ke dalam hati.

"Kita sahabat kan? Lu harusnya hubungin gue kalo butuh sesuatu, Nat." Sejujurnya Vero sedikit kecewa karena Nata dan Daniel tidak meminta bantuannya, serasa tidak dianggap. Hmm apa Vero saja yang terlalu berlebihan?

Aksara Nata [ SEGERA TERBIT ]Where stories live. Discover now