Chapter 39 : This isn't dream

4.6K 345 21
                                    

HOLAAA ❤️
ROBERT UP ❤️

ENJOYYY! SELAMAT MEMBACA 🖤

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YANG BANYAK YA 😚😚

SAYANG KALIAN ❤️❤️

❄️❄️❄️❄️❄️

Robert menatap pintu operasi di hadapannya dengan nanar. Sudah setengah jam berlalu ketika dokter-dokter itu kembali membawa Gaby ke ruang operasi. Sedih? Tidak. Ia merasa lebih dari sekedar sedih. Ia merasa hancur.

Rasa takut kehilangan wanita yang dicintainya begitu menghantuinya. Demi apapun, jika Gaby benar-benar meninggalkannya maka hidupnya benar-benar tidak akan berguna. Hidupnya akan jauh lebih hampa dan kosong dari sebelumnya.

Dengan frustasi, Robert meremas rambutnya kasar. Tidak pernah terbayangkan olehnya jika ia tidak akan bisa melihat Gaby lagi selamanya. Tidak bisa mencium bahkan memeluk wanitanya ketika ia merasa lelah.

Enam bulan terakhir ia masih bisa hidup dan bekerja walau tidak maksimal, karena ia masih bisa melihat visualisasi Gaby. Walau istrinya itu tidak merespon, tapi setidaknya ia tahu kalau istrinya masih hidup dan bernapas.

Setidaknya ia masih bisa melihat wajah terlelap Gaby dan masih bisa menyentuhnya.

Tapi bagaimana ia akan hidup tanpa istrinya?

Robert tidak sanggup. Tidak akan pernah sanggup.

Dengan langkah gontai ia berjalan menjauhi ruang operasi Gaby menuju mansionnya. Tidak, ia tidak ingin mendengar dan melihat apapun lagi. Ia takut, sangat takut. Hatinya hancur, sangat hancur. Ia merasa tidak memiliki alasan untuk hidup ketika lebih dari separuh hidupnya dibawa pergi.

Mobil yang dikendarai Robert berhenti di carport mansionnya. Ia disambut oleh Alec dan beberapa pengawal lainnya. Setelah memutuskan keluar dari dunia tanpa cahaya, tidak ada lagi alasan untuk memakai jasa bodyguard.

Paul sudah menyerah ketika orang-orangnya dibantai oleh anak buah Robert dengan keji tanpa menyisakan satu orang pun. Lelaki itu juga menghilang setelah mendengar kabar kalau Gaby sudah resmi menikah dengannya.

Mavros juga sudah disingkirkannya dengan baik. Robert masih ingat bagaimana ia mematahkan leher Mavros karena sudah sering mencoba membuhunya. Entah itu dengan racun ataupun dengan bom yang dilemparkan ke markasnya yang ada di Spanyol.

Selain itu, Robert juga sudah memecat Ivy karena sekretarisnya itu berencana untuk memilikinya dan menyingkirkan Gaby dari hidupnya. Kala itu Robert hanya tersenyum miring dan berkata pada Ivy kalau dia tidak lebih dari seorang pemuas nafsu, bukan orang yang berhak mendapatkan cintanya seperti Gaby.

Tapi sekalipun hidup Robert sudah jungkir balik dan hanya menjadi manusia biasa dengan pekerjaan normal pada umumnya. Tetap saja baik Alec maupun bodyguardnya yang lain masih mengikutinya dan bersedia menerima perintah. Jika pun Robert tidak meminta, orang-orang tidak akan pernah mau pergi dari hidupnya.

Seperti saat ini, ketika ia menghentikan mobilnya di carport salah satu dari mereka langsung mendekatinya dan membuka pintu untuknya. Robert sudah lelah untuk mengusir mereka, jadi ia biarkan saja mereka melakukan apapun yang mereka mau.

"Apa Anda baik-baik saja Tuan?" Alec mendekatinya dan mengikutinya dari belakang.

"Apa aku terlihat baik-baik saja?" Robert berbalik dan menatap Alec kacau.

Alec seketika menunduk begitu Robert menatapnya. "Maafkan saya, Tuan." Ucapnya merasa bersalah.

"Bukan salahmu. Ini memang takdirku." Ucapnya lalu berbalik dan meninggalkan Alec.

D E S T I N YWhere stories live. Discover now