Chapter 28 : Gabrian.

4.2K 366 23
                                    


HOLAAA ❤️

ROBERT UP!!

SELAMAT MEMBACA ❤️

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA 🖤🖤🖤

️❄️❄️❄️❄️

Robert dengan segerombolan orang-orangnya mendekati sebuah kawasan perumahan biasa.

Bahkan belum dua jam Gaby diculik, orang-orangnya bahkan sudah menemukan dimana posisi wanitanya itu dan si de Luca berada. Robert tersenyum miring.

Dengan tenang Robert mengamati rumah itu. Tidak ada tanda-tanda mencurigakan dari rumah itu, hanya terlihat beberapa orang laki-laki yang duduk di teras maupun di belakang rumah itu. Seakan mereka sedang mengadakan pesta kecil-kecilan.

Salah satu anak buah Alec memakai teropong untuk melihat kegiatan yang ada di dalam rumah itu. Lelaki itu lalu mengangkat tangan kanan sembari mengepalkannya tanda bahwa ia menemukan target.

Robert mendekati lelaki itu lalu mengambil teropongnya. Setelah itu Robert melihat ke arah yang ditunjuk oleh anak buahnya itu menggunakan teropong tersebut. Seketika Robert mengeram menahan amarah, rahangnya mengeras melihat Gaby yang terbaring di ranjang dan Paul duduk di sebelahnya.

Robert bisa melihat kalau Paul sedang menggenggam tangan Gaby sembari mencium punggung tangan Gaby seakan wanita itu adalah kekasihnya. Ia yakin jika Paul pasti membius Gaby sebelum membawanya, dan Robert juga yakin kalau Gaby masih belum sadar dari biusnya.

Demi Tuhan Gaby adalah miliknya dan tidak ada yang boleh menyentuh miliknya selain dirinya!

“Alec! Selesaikan sekarang juga!” perintah Robert menahan emosinya.
Alec mengangguk dan mulai memberi isyarat pada anak buahnya. Beberapa dari mereka mulai bergerak dan mempersiapkan senjata api.

Jeremy yang ada di belakang hanya diam saat melihat beberapa orang mulai membidik rumah itu, serta beberapa yang lainnya mulai mendekati rumah itu lengkap dengan senjata. Tidakkah mereka sadar kalau saat ini mereka berada dekat dengan warga sipil?

Jeremy bergidik ngeri. Sekarang ia sadar kalau Robert benar-benar berbahaya. Jeremy menelan ludahnya kelu. Ternyata yang Gaby katakan dulu adalah kebenaran. Buktinya setelah sekian lama bekerja pada Robert, baru kali ini ia melihat ‘Robert’ yang sebenarnya. Inikah 'Robert' yang penuh kejutan?

“Semuanya sudah di posisi?” tanya Robert datar, namun sarat akan emosi yang meledak-ledak.

“Sudah, Tuan.” Jawab Alec yang berjalan dan berdiri di sebelah Robert.

“Lakukan sekarang.”

Alec memberi isyarat dengan mengepalkan tangannya. Anak buah Robert masuk ke dalam rumah sederhana itu bak anggota intel. Dengan perlahan namun mematikan. Sedangkan Robert masih berdiri di posisinya mengamati anak buahnya yang berhasil membunuh satu demi satu anak buah de Luca.

Mengetahui fakta bahwa Paul adalah orang dibalik granat yang beberapa kali di mansion nya, dan juga yang menjadi dalang hancurnya taman bunga bagian belakang mansion nya yang ia dedikasikan untuk Gaby, semakin membuat Robert muak.

Ia sangat membenci de Luca. Lelaki itu bekerja sama dengan Mavros untuk menghancurkannya. Sejauh ini Paul de Luca berhasil menggores bisnisnya yang ada di Spanyol dan Italia. Dan jauh sebelumnya, lelaki itu berhasil menghancurkan markasnya yang berlokasi di Amerika Latin.

Melihat bagaimana de Luca hancur saat ini membuat Robert sangat puas.

Apalagi melihat bagaimana lelaki itu patah hati karena perempuan yang selama ini di incarnya lebih memilih dirinya dibandingkan de Luca. Bahagia rasanya bisa tertawa diatas penderitaan de Luca.

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang