♪ ♬ 5 ♬ ♪

Start from the beginning
                                    

"Aaakh!"

Galuh tau reaksi Haani kalau ia menjilat pusarnya, karena itu Galuh selalu membuat Haani lebih terangsang dengan menjilat dan menekan pusar Haani.

Tangannya yang bebas membantu membuka celana Haani, tangan satunya masih memilin-milin puting Haani. Haani yang sadar Galuh akan membuka celannya, ia inisiatif mengangkat pinggul agar mempermudah Galuh membuka celananya. Galuh sedikit bangkit dan langsung menarik celana Haani dengan kedua tangannya. Seketika, Galuh disuguhkan dengan penis Haani yang sudah mengeras tegang.

"Akh.. Galuh.."

Galih meremas, mengurut penis Haani dengan pelan, tapi Haani protes minta Galuh agar lebih cepat. Galuh menciumi perut Haani, sesekali meninggalkan bekas merah disana. Terus menjalar ke bawah sampai penis Haani di depan wajahnya.

"Aaah.." Haani seketika merasa penisnya sangat hangat. Di dalam mulut Galuh, penisnya jadi semakin basah.

Galuh menjilati lubang penis Haani, mengulum seluruhnya dan memainkan bola-bola mungilnya. Buat Haani tidak tahan dengan kuluman Galuh.

"L-luh- akh- aakh-" sambil terus mendesah terputus-putus, Haani menjambak rambut Galuh, memberi isyarat untuk lebih cepat lagi. "Aah, Ga-luh- aah.. saya- mau- mmmh!!" Haani mengerang panjang, mengangkat pinggulnya, memuncratkan cairannya di dalam mulut Galuh, yang langsung Galuh telan tanpa merasa jijik sedikit pun.

Galuh lihat tubuh lemas dan berkeringat Haani, bernapas naik-turun seperti benar-benar kehilangan oksigen. Sambil membiarkan Haani mengatur napasnya, Galuh baru membuka celana jeansnya. Kejantanannya sudah terasa semakin keras dan sesak di dalam celana. Saat celana boksernya dibuka pun kejantanannya Galuh langsung berdiri tegak.

"Mmh.." Haani menerima ciuman dari Galuh, menari-narikan lidahnya bahkan Haani bisa merasakan cairannya sendiri dari mulut Galuh. "Saya mau juga.."

"Gue udah gak tahan Ni, langsung aja ya?"

Haani menatap Galuh, lalu mengangguk pelan. "Tapi pake... lube ya..?"

"Iya." Senyum Galuh, mencium bibir Haani sesaat. Senyumnya masih tertahan waktu ia memposisikan tubuhnya di antara kaki-kaki Haani. Galuh mengangkat kaki Haani lebih tinggi, buat ia bisa melihat lubang anus Haani yang merah merekah berdenyut-denyut.

"Aakh! Luuh!" Haani protes mencengkram tangan Galuh waktu Galuh tiba-tiba menjilat anusnya. "Gak.. usah.." katanya pelan.

"Okay, Honey." senyum Galuh makin lebar lagi, diambilnya botol pelumas dan ditumpahkan pada anus Haani, Galuh merogoh jarinya disana sesaat, buat Haani protes lagi. Galuh terkekeh kecil, dituangkannya lagi pelumas ke tangan Galuh dan dibalurkan di penisnya yang keras dan jadi licin. "Ready?"

Haani mengangguk, "Please.."

DEG!

Hancur sudah yang ditahan-tahan Galuh sejak kebersamaannya dimulai. Galuh ingin menikmati malamnya, tapi ekspresi memohon Haani tadi menghancurkannya.

Cepat-cepat Galuh meposisikan penisnya di lubang Haani, dan dengan sekali tekan-

"Aaaakhh!"

Langsung masuk seluruhnya.

Galuh tidak bertanya apa Haani merasa sakit atau apa karena mengerang sangat panjang. Galuh tidak sabar, ia langsung menggenjot pinggulnya, memaju-mundurkan penisnya di anus Haani.

"Akh! Akh- Gal- ngghh!"

"Ri-rileks Ni, ini sempit banget, Ni-"

Haani melingkarkan tangannya di pundak Galuh, membuat mereka jadi lebih dekat meski jadi lebih sulit untuk mendapat oksigen. Haani sudah tidak peduli. Tubuhnya seketika terasa penuh oleh Galuh, setiap genjotan penis Galuh pun seperti sudah membawanya terbang. Terlebih saat penisnya mampu menekan titik inti Haani.

"L-luh.. c-cepet- mmh, aahh." Desahan Haani makin tidak karuan, Galuh juga semakin mempercepat tempo genjotannya. "Aah~ aaah~ Galuh.. aaakh.."

"Ni.." kalimat Galuh terputus, "Ni... gue gak pake kondom."

"H-ha?" Haani mencoba mencerna kalimat Galuh, tapi tidak begitu bisa karena ia merasa sangat nikmat.

"Argh! Gue mau keluar Ni!"

"S-sama.. Aah. Ah..ah.."

Galuh makin cepat menggenjot pinggulnya, Haani juga semakin gila saat berulang kali Galuh menekan intinya. Sampai, "Aaaaaakh!" keduanya mengerang panjang saat sama-sama memuncratkan cairan sperma mereka.

Galuh mengeluarkan cairannya di dalam Haani karena lupa pakai kondom, sedangkan Haani memuncratkan cairannya ke dada Galuh dan dadanya sendiri.

Keduamya tergolek lemas, mengatur napas yang terasa berat. Tangan Haani masih mengalungi leher Galuh, sedangkan Galuh sudah mengusap-usap kepala Haani.

"Panas..."

"AC-nya jadi gak kerasa."

"Ni.." Galuh menoleh, menatap mata sayu Haani. "Gue keluar di dalem."

"Ha?"

"Gue bilang gue lupa pake kondom."

Haani diam. Tidak menjawab, hanya menatap.

"Tapi kan lo gak bakal hamil Ni, jadi gak masalah ya?"

"...iya."

Senyum Galuh mengembang lagi, "I love you, Honey." menciumi pipi Haani dengan manja.

"Luh, jangan ganti-ganti nama kontak di HP saya lagi, kalo yang lain liat gimana?"

"Okee." Galuh terkekeh. "Tapi nama kontak lo di HP gue My Honey."

"Selama gak ada yang liat, gak papa. Tapi mending nama asli aja."

"Oke deh." Galuh mendusel wajahnya pada kepala Haani. "Ngantuk Ni.."

"Tidur.."

"Gak mau dibersihin dulu? Gue keluar di dalem."

"Saya udah gak ada tenaga. Kenapa? Takut saya hamil?"

"Kalo senadainya lo bisa hamil juga hamil anak gue, Ni."

"Ih." Haani sontak menyentil pelan jidat Galuh. "Laki-laki gak ada yang hamil. Udah ah."

"Hmm.."

Haani menoleh, mendengar napas Galuh sudah lebih tenang dari sebelumnya. Ternyata Galuh sudah tertidur, dengan posisi tubuhnya masih di atas tubuh Haani. Haani juga sudah tidak punya tenaga untuk pindah atau mendorong Galuh, sisa tenaga yang Haani punya hanya untuk menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka yang masih bugil.

Meski kehabisan tenaga, Haani agak sulit untuk tidur. Ia masih merasa aneh di lubangnya, karena ini pertama kali Galuh mengeluarkan cairannya di dalam. Seperti ada yang mengisi penuh dan siap untuk menetes.





hehehe✌🏻

Our Escape Way (BL 18+) [COMPLETE]Where stories live. Discover now