♪ ♬ 4 ♬ ♪

Mulai dari awal
                                    

Terlebih di akhir pesan ada emotikon menangisnya, Haani jadi merasa iba.

Haani menekan tombol telepon, yang tentu saja langsung dijawab. "Untuk kapan?"

"Siang ini Ni, gue ada kelas jam setengah dua."

"Sama sekali belum?"

"Udah, dikit. Tinggal copas-copas aja dari makalah gue, tapi ribet Ni. Mana si Tanu gak bisa bantu, dia ada kelas full hari ini. Gue buntu banget sama PPT apa lah ini."

Napas Haani dihela dalam, "Ya udah, kesini aja. Bisa sekarang? Biar cepet selesai."

"Bisa! Oke gue kesana. Eh tapi lo gak kerja?"

"Hari ini agak senggang."

"Oh oke. Gue kesana."

"Ok-" belum selesai Haani menjawab, telponnya sudah dimatikan. Buat Haani hanya bisa menghela napas lagi.

"Galuh, Han?"

"Iya Mas." Jawab Haani, tanpa menoleh, malah sibuk mengganti lagi nama kontak Galuh di handphonenya. "Ada tugas PowerPoint katanya, tapi gak ngerti."

"PPT doang? Gak ngerti?"

"Ya anak psikologi ngapain main PPT?" sahut Eldy.

"Jaman gue kuliah apa-apa PPT, Mas. Kan kita presentasi."

"Eh, emang lo dulu kuliah apa sih gue lupa. Bukan design kan? Yang anak design cuma si Alfi."

"Gue Mas?" Cengir Dany, "Anak Hukum gue. Lulus kuliah gak jadi pengacara malah kesini."

"Dih anjir! Terus ngapain lo empat tahun kuliah Hukum? Gak nyambung banget sama kerjaan lo sekarang."

"Yee, rejeki mah dari mana aja kali Mas. Liat tuh Haani sama Aga, kuliah nggak, dapet kerjaan mujur. Ngerasa nyesel gak lo udah kuliah empat tahun?"

Haani masih diam memperhatikan obrolan Dany dan Eldy, mereka terus mengobrol sambil terus main game juga. Sudah terbiasa pikir Haani. "Emang dulu Mas Eldy kuliah apa, Mas?"

"Gue anak IT dulu Han. Tapi sekarang masih dipake buat freelance gue, tuh orang-orang awam yang mau bikin web, bikinnya ke gue. Nyambung kan kuliah sama kerjaannya?"

"Ooh." kepalanya manggut-manggut.

Haani tidak terlalu mengerti soal kuliah, hanya kadang suka mendengar Galuh mengeluh soal kuliahnya. Sedikit banyak Haani jadi tau, meski masih tidak jarang juga bingungnya.

Waktu Aga dan Alfi kembali, mereka tidak datang hanya berdua, tapi dengan Galuh juga. Haani hanya bengong, waktu Eldy dan Dany sudah bersorak mengejek Galuh yang cupu, hanya sekadar PowerPoint tapi tidak mengerti.

Akhirnya, Galuh dibantu bukan oleh Haani, tapi Alfi kadang Dany juga. Benar-benar hanya copas, tapi ada bagian yang terkunci, jadi buat Galuh panik.

Semua animator kenal Galuh dengan baik, bukan karena Galuh teman Haani, tapi memang sebelum Galuh kenal Haani, Galuh lebih dulu kenal Aga, yang sahabat kakak tirinya Galuh. Kakak tirinya Galuh adalah pacar dari keponakan Si Bos pemilik studio ini. Jadi sebenarnya, Galuh bisa kenal Haani pun dari Aga. Agak pusing memang, tapi ya begitu kenyataannya.

"Gak ada yang ketinggalan kan?"

"Nggak." Galuh menyimpan ranselnya di jok belakang. "Tanu ngajak gue jalan ntar, jadi kayaknya gak ke tempat lo. Gak papa ya?"

"Hm."

"Sama yang lain juga sih, biasa. Atau lo mau ikut? Ikut aja yuk?"

"Gak deh."

"Gue yang ngajak."

"Nggak, saya masih ada kerjaan juga."

"Yaah." Galuh memasang wajah cemberut, tapi Haani sama sekali tidak mempedulikannya. "Ya udah deh."

"Hm, hati-hati."

"Gak cium dulu?"

"Apa sih?!" Haani malah mendorong wajah Galuh yang sudah pasang bibir berharap dicium Haani. "Udah sana. Saya masih harus kerja."

"Iya deh. Galak banget kayak cewek lagi dateng bulan." Galuh makin ngambek, Haani hanya diam. "Ya udah. Byee."

"Hm."

Sebenarnya,  Haani juga ingin mencium Galuh. Tapi tidak bisa karena tempatnya. Ini sudah hari ketiga sejak terakhir kali Haani menerima lumatan di bibirnya oleh bibir Galuh. Haani jadi ingin, kadang sekadar kecupan biasa saja tidak memenuhi keinginannya.

Akhir-akhir ini juga Galuh jarang mampir ke apartementnya, katanya sedang banyak tugas. Haani tidak bisa memaksa. Jadi kadang, kalau sedang rindu, Haani hanya bermain sendiri, meski ia tahu ia gila melakukan itu.

Semua yang sudah dimulai memang kadang jadi sulit untuk dihentikan. Seperti berhubungan dengan Galuh. Jujur Haani jadi candu dengan itu, karena Haani menemukan kenikmatan di dalamnya. Jadi waktu ia sedang ingin tapi tidak ada Galuh, mau tidak mau, Haani menstimulasi dirinya sendiri. Dengan mengocok kejantanannya dan memasukan dua jarinya di liang senggama.

Bermain sendiri pun sebenarnya masih belum cukup, tapi hanya itu yang Haani bisa kalau sedang tidak ada Galuh dan libidonya sedang naik. Mengeluar masukan jarinya dan mengkoyak-koyak anusnya sendiri. Sampai basah, sampai buat Haani mendesah dalam diam. Sampai Haani muncrat, baru ia akan berhenti.

Our Escape Way (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang