Chapter 2

1.6K 121 3
                                    

Satu minggu berlalu setelah kejadian menimpa Angga, Bianca dan juga Kanaya. Persahabatan di antara mereka pun kandas seketika. Begitu pula dengan kedua temannya yang lain. Kanaya memblokir semua kontak mereka. Kepercayaan mehilang dalam dirinya. Entahlah ia sudah tidak ingin berhubungan apapun lagi dengan mereka.

Dibuang, tidak dipedulikan, dihempas. Seperti itulah gambaran mengenai hatinya saat ini. Kanaya sudah tidak ingin terikat dengan teman-temannya. Bahkan hingga detik ini pun kedua pelaku itu tidak pernah datang untuk meminta maaf. Kanaya anggap itu sebagai salam perpisahan.

Saat ini ia dan neneknya sudah berada dalam pesawat hendak menuju negeri Ginseng tersebut. 4 hari lalu Kanaya memutuskan untuk menyetujui pertemuannya dengan sang ibu. Nenek Naura merasa senang, berharap ada kebahagiaan tengah menunggu cucunya di sana. Namun, kenyataannya Kanya hanya ingin mencari suasana baru, melupakan pengkhianatan sahabatnya.

"Ccciihhh....... bisa-bisanya mereka menusuk dari belakang. Gue benar-benar gak percaya cinta. Selama ini gue nunggu Angga menyatakan perasaannya, tapi itu tidak pernah terjadi. Hah~ gue gak punya keberanian mengatakannya lebih dulu, seperti Bianca. Ah, menyembut namanya saja membuat hati gue sakit. Bodohnya kau Kanaya. Tapi gue pikir di balik kejadian ini ada pembelajaran yang bisa diambil. Ternyata sahabat yang selama ini gue anggap keluarga sendiri tidak bisa dipercaya." Racau Kanaya dalam diam. Tatapannya jatuh ke samping melihat awan berarak disekitar.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan panjang, pesawat tiba di Bandara Internasional Incheon. Kanaya dan nenek Naura bergegas mencari seseorang yang telah menunggu mereka. Beberapa menit lalu ibunya memberi kabar jika tidak bisa menjemput dan menyuruh orang sebagai penggantinya. Seorang pria berjas hitam itu pun berjalan mendekati mereka.

"Apa Anda Kanaya-ssi dan Naura-ssi?" tanya pria itu menggunakan bahasa Korea.

"Ne." Jawab Kanaya. Wanita itu cukup mahir berbahasa asing. Kanaya menguasai 5 bahasa yaitu, bahasa Inggris, Korea, Jepang, China dan Perancis. Dari kecil ibunya memang ketat memasukannya kebeberapa les bahasa asing.

"Saya Lee Dong Hae. Nyonya Jihan menyuruh saya untuk menjemput kalian." Jelasnya membuat mereka mengangguk mengerti.

Kini pria berjas tadi membawa Kanaya dan nenek Naura menuju suatu tempat yang menjadi pertemuan antar keluarga.

"Kenapa gak jemput sendiri sih? Sesibuk itukah? Sampai-sampai harus menyuruh orang lain menjemput anak dan ibunya sendiri." Batin Kanaya lagi.

Tidak lama kemudian mereka tiba di sebuah restoran mewah bergaya Eropa modern di Seoul. Pria bernama Lee Dong Hae kembali mengantar keduanya masuk ke dalam. Rasa penasaran menyeruak dalam dada. Kanaya tidak tahu kenapa Lee bisa membawanya ke sana.

Di tengah-tengah restoran itu ia menangkap bayangan seorang wanita yang visualnya sudah tidak asing lagi dalam pandangan. Wanita berambut hitam sepundak itu bangkit dari duduk saat netranya menangkap kedatangan anak dan ibunya.

"Kanaya." Panggilnya. Senyum cerah mengembang dibibir ranumnya, Kanya hanya diam tidak merespon apapun.

Di sana tidak hanya ada sang ibu saja yang ia lihat. Ada dua pria lagi yang Kanaya tahu salah satu dari mereka kini menjabat sebagai ayah tirinya dan satunya lagi duduk membelakanginya.

"Alhamdulillah.... kamu mau datang sayang. Sini, kenalkan dia rekan bisnis ayahmu." Ucap ibunya lalu membawa Kanaya ke sisi depan pria itu.

Kanaya pun bisa melihat jelas siapa dia. Seorang pria muda berambut hitam rapih, berkacamata bulat membingkai mata sipitnya kini bertatapan dengannya. Ia pun bangkit melihat kedatangan Kanaya. Ia merasa aneh dibuatnya, bagaimana tidak penampilan Kanaya jauh berbeda dari ibu maupun neneknya. Seperti wanita yang jauh dari aturan.

DEAR Kanaya 「LENGKAP」Pindah ke Mangatoon/NoveltoonWhere stories live. Discover now