Chapter 1

3.4K 144 8
                                    

Suara musik berdentum keras mengenyahkan keheningan. Bola lampu besar di langit-langit ruangan berkelap-keliap menambah efek kesenangan. Orang-orang berdatangan silih berganti. Mereka menari bersama mengikuti irama. Ditemani minuman beralkohol melupakan sejenak kegelisahan dalam hidup. Mereka sekali tidak mengindahkan jika tempat tersebut memiliki kebahagiaan semu.

Tidak lama kemudian seorang wanita berpakaian minim masuk menambah kemeriahan di sana. Layaknya semut bergerombol keluar dari sarang, semua orang antusias menyambut kedatangan DJ tersebut. Wanita itu pun memutar musik metal dengan kencang. Keriuhan tak bisa dihindari, orang-orang yang ada di sana hanyut dalam buaian duniawi.

Ttrriiinggg!! Ttrriingg!! Tringg!!

Dering ponsel di atas meja mengusik ketenangan seseorang. Berkali-kali kedua bola matanya menangkap i-phone menyala menampilkan salah satu kontak di layar. Tidak nyaman, ia pun akhirnya membawa ponsel itu lalu menepuk bahu si pemilik.

"Kay..... ponsel lo dari tadi bunyi terus. Nih, angkat siapa tahu ada yang penting." Wanita berambut lurus panjang itu menyodorkan benda pipih tadi ke arahnya.

"Apa-apaan sih Bi.... ganggu orang saja. Tidak ada yang penting." Jawabnya cuek tanpa mempedulikan ponsel yang kembali berdering tanpa henti. Jengah dengan bunyi itu, Bianca pun mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo!!"

"Hallo, Assalamu'alaikum, Kanaya..." Suara wanita paruh baya terdengar.

"Oh maaf nek, saya Bianca sahabatnya Kanaya. Sebentar saya kasih tahu dia dulu." Tanpa menunggu jawaban si penelpon ia kembali mengusik kesenangan sahabatnya yang tengah larut dalam alunan musik keras.

"Kay, ini nenek lo. Cepat jawab!!" Titahnya setengah memaksa.

"Cih!!" Seraya berdecih sebal, Kanaya akhirnya mau menerima telpon itu.

"Hmm, iya nek." Sahutannya.

"Assalamu'alaikum sayang, cepet pulang nak. Ada sesuatu yang harus nenek katakan. Jangan membantah ini penting!!!" Mendengar nada tegas, mau tidak mau Kanaya mengiyakan ucapan sang nenek. Ia pun menyambar tas dan jaketnya lalu pergi dari tempat itu. Hal tersebut tentu saja mengundang tanda tanya teman-temannya yang lain.

Terutama bagi sosok pria maskulin dengan potongan rambut rapih yang mengenakan jaket denim. Ia menahan pergelangan tangan Kanaya erat.

"Kamu mau ke mana Kay?" Tanyanya dengan suara tenang.

"Angga? Nenek gue tadi nelpon, nyuruh balik. Kalau brgitu gue duluan yah, bye..." Kanaya melepaskan genggaman tangannya lalu melangkah pergi.

Bianca dan kedua temannya yang lain berjalan mendekat lalu menatap mata sayu Angga dengan pandangan sulit diartikan.

"Mau sampe kapan lo memendam perasaan? Katakan langsung saja. Lagian, kalian sudah lama sahabatan. Sejak smp, apa lo masih betah seperti ini terus?" Ucap salah satu pria lainnya, bernama Raihan.

"Gue setuju apa kata si Raihan. Lo kan cinta banget sama Kanaya, dan gue yakin dia juga punya perasaan yang sama." Lanjut teman wanitanya bernama Safira. Wanita berkacamata ini sosok paling diandalkan dalam kelompok pertemanan mereka.

Bianca terdiam meresapi perkatan teman-temannya. Ia juga tahu seperti apa perasaan Angga dan Kanya. Sudah sering Bianca menjadi tempat curhat keduanya. Terlebih Kanaya sahabatnya dari kecil. Ia tahu seperti apa kehidupannya. Salah satunya tentang perasaan. Namun, yang menjadi penghalang penyatuan kedua insan itu adalah kondisi mental Kanaya. Ia terlalu menutup diri dengan yang namanya "CINTA". Meskipun Kanaya mengatakan suka pada sosok Angga, tetapi wanita itu entah kenapa enggan memulai sebuah hubungan.

DEAR Kanaya 「LENGKAP」Pindah ke Mangatoon/NoveltoonWhere stories live. Discover now