0.5

10.1K 1.3K 23
                                    

Mengapa Aku?

Even though I hadn't met love yet, if love had wandered into my homeroom

I would have recognized him at first glance

- Sarah Kay and Phil Kaye, When Love Arrives

"El Mira!" sebuah suara lantang memanggil namaku. Datangnya dari cowok dengan rambut ikal gondrong acak-acakan ditiup angin. Tubuhnya tegap tinggi berbalut jaket almamater dengan emblem Badan Perwakilan Mahasiswa alias BPM di lengan kanannya. Beberapa orang di sampingku langsung berbisik-bisik. Salah satu teman yang kudapatkan setelah hampir dua minggu menjalani ospek kampus dan fakultas menyikut pinggangku. Namanya Pinkan dan kini dia berbisik padaku, "Mir! Nama lo dipanggil Kak Danuja. Tuh!" dengan dagunya, Pinkan menunjuk ke arah suara tadi terdengar.

Kak Danuja yang terkenal paling galak dalam ospek ini sekarang menatapku dengan tatapan ingin membunuh yang kentara. "Kamu tidur, Dek? Atau emang budek jadi nggak dengar dipanggil dari tadi?" teriaknya seakan ingin membuktikan bahwa dia paling berkuasa di lapangan ini sekarang.

Panas matahari di langit membuatku pusing. "Maaf, Kak," jawabku lemas. Terik matahari mulai berubah menjadi kehitaman yang kelam, dunia seakan berputar-putar, kakiku serasa tak lagi menapak dunia. Saat itu aku sadar tubuhku sudah goyah dan hampir jatuh ke tanah. Dalam hitungan detik ada dua tangan yang kuyakin milik Kak Danuja sudah menahan tubuhku. Kubuka perlahan mataku dan wajahnya adalah yang pertama kulihat. Rambutnya hitam, keningnya berkerut, alisnya bertaut, dan ada sesuatu di atas kepalanya. Sebuah lintasan cahaya yang begitu familiar bagiku. Anehnya, lintasan cahaya itu begitu pendek mengarah pada ... kepalaku. Kudongakkan kepala dan benar, ada berkas lintasan cahaya itu di sana.

Karena kaget melihat lintasan cahaya itu, aku langsung berusaha menegakkan tubuhku lagi dan memisahkan diri dari Kak Danuja. Terbata aku mencoba bicara meski kepalaku pening bukan kepalang, "Maaf, Kak. Saya pusing dari tadi berdiri di lapangan. Habis ini saya akan lebih kuat lagi, Kak. Janji."

Mata Kak Danuja masih melotot. "Emangnya kamu nggak sarapan tadi pagi? Belum makan siang waktu ishoma? Ke mana aja kamu? Kalau makan aja nggak bisa, bagaimana mau mengikuti kegiatan kuliah termasuk tugas-tugasnya yang banyak banget? Hah?"

Dia berteriak seolah perkataan itu tidak hanya ditunjukkan padaku, tapi juga pada ratusan mahasiswa akuntansi lainnya yang ada di lapangan saat ini. Berspekulasi akan hal itu, aku memutuskan bahwa lebih baik untuk tidak menanggapinya. Biasanya kalau diperlakukan seperti ini oleh orang lain, aku akan membalas dengan tidak kalah galak. Aku tidak suka orang bertindak seperti semesta, memandang orang lain semena-mena seakan mereka paling berkuasa – persis semesta. Aku tidak suka semesta dan tidak suka orang-orang yang bertingkah sepertinya.

Lalu aku sadar, ketika tubuh Kak Danuja mulai berjalan menginspeksi mahasiswa baru yang lainnya, lintasan cahaya itu tetap ada dan semakin menjauh. Berkali-kali kukedipkan mataku dan kupukul pipiku sendiri, semuanya tidak berubah. Lintasan cahaya itu tetap ada di sana, di atas kepala Kak Danuja dan mengarah ke atas kepalaku sendiri. Bagaiamana bisa?

Aku ini El Mira, yang baru berulang tahun ketujuhbelas, baru masuk kuliah jurusan akuntansi setelah didepak dari jurusan psikologi karena tidak lolos tes jalur manapun, serta baru mendapat KTP dan SIM A. Apa harus juga ditambah jadi baru melihat jodohnya di depan mata sendiri namun tidak merasakan jatuh cinta?

Lebih-lebih lagi orang itu adalah Cronius Danuja! Kak Danuja yang sejak ospek kampus dan fakultas sudah begitu belagu, mentang-mentang dia memangku jabatan sebagai wakil ketua BPM universitasku. Dia tidak ada bagus-bagusnya dan hanya bisa marah-marah sok galak pada hampir semua peserta ospek. Oke, semesta? Jadi ada apa ini? Mengapa dia? Dan yang paling penting, mengapa aku?

***

[SUDAH TERBIT] Teka-Teki Jatuh Cinta #3 (serial CI/BI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang