25

12.4K 633 15
                                    

Author POV.

Ken di dorong menggunakan brangkar, sedangkan Cintya terus mengikuti nya.

Kiara sudah di pegang oleh ibu nya Kenan, karna tadi warga sekitar mencoba untuk membantu menghubungi keluarga nya. Karna tidak tega melihat Cintya yang sudah lemas masih saja menggendong Kiara.

"Ibu tolong tunggu di luar ya.." kata perawat tersebut mengingatkan untuk Cintya tidak ikut masuk karna Ken butuh perawatan yang intensif.

"Tapi anak saya bakal selamat kan?" Tanya nya masih dengan tangis nya yang tak kunjung reda.

"Kami akan berusaha Bu.." setelah itu pintu tersebut tertutup.

"Sini kak, minum dulu.." Seila mencoba menenangkan walaupun tak bisa ia pungkiri ia juga merasa sangat sedih sampai ia tadi sempat menitihkan air mata nya.

"Ken Sei,,, kakak ga bisa apa-apa kalo gaada dia.." lirih Cintya sambil mulai duduk di tuntun oleh Seila.

"Iya kak, kita cuma bisa berdo'a semoga tuhan kasih mu'jizat buat Ken." Kata Seila sambil memeluk Cintya yang sedang sangat lemah.

Sedangkan di lain tempat, Ferdy langsung berlari ke ruangan Kenan setelah mendapat kabar dari Seila lewat telpon. Seila menghubungi Ferdy karna Kenan susah untuk di hubungi.

Ia langsung menerobos masuk tanpa mengetuk atau mengucapkan salam sama sekali.

"Ga sopan!" Ketus Kenan.

"Bos, itu Ken..." Lirih Ferdy dengan nafas yang terengah-engah.

"Kenapa?" Tanya Kenan datar.

"Ken ketabrak sekarang Koma di rumah sakit." Penjelasan lemah Ferdy yang membuat Kenan seketika lemas walaupun raut wajah nya masih biasa saja.

"Gausah nge-prank yang kaya gini deh Lo, ga lucu!" Katanya ketus.

"Gue serius..barusan Seila telpon gue dan katanya Lo susah buat di hubungin.." kata Ferdy dengan wajah sungguh-sungguh nya.

"Ken..." Kenan langsung berlari untuk menyusul ke rumah sakit. Ia menjalankan mobil nya dengan kecepatan di atas rata-rata. Fikirannya sangat kacau, ia bukan memikirkan bagaimana perusahaan nya yang saat ini sedang akan bangkrut. Tapi ia sekarang sedang di hantui rasa bersalah dan khawatir. Ia bersalah untuk kejadian yang semalam.

"Maafin ayah Ken.." lirih nya sampai menitihkan air mata yang langsung ia usap kembali dengan cepat karna ia tak mau terlihat cengeng.

Saat sampai di rumah sakit, ia langsung berlari ke arah ruangan UGD.

Di ruang tunggu pintu tersebut sudah ada keluarga dan istrinya.

Cintya hanya melirik sekilas kedatangan Kenan, ia kembali memeluk Seila sambil menangis. Berharap Ken masih bisa di selamatkan.

Ingatan tentang kejadian semalam, membuat ia semakin merasa sangat di hantui rasa sedih dan muak untuk melihat Kenan.

Kenapa malem pintu nya ga gue dobrak aja? Biar gue bisa meluk Ken.. itu yang ada di dalam fikiran Cintya saat ini.

Bertepatan dengan Kenan menghampiri keluarga nya, bertepatan dengan itu pula pintu ruangan UGD terbuka dan menampakan dokter muda dengan ekspresi muka yang sulit untuk mereka artikan.

"Apakah ini keluarga pasien?" Tanya dokter tersebut.

"Iya dok.." jawab Cintya.

"Anak saya gimana dok?" Tanya Kenan dengan tak sabaran.

"Kami sudah berusaha semampu kami, tapi kemungkinan pasien bisa selamat itu kecil..ada hal yang susah untuk saya tebak mengapa tubuh nya menolak bereaksi saat kita melakukan tindakan." Jelas dokter tersebut.

"Maksud nya gimana dok?" Tanya papa Kenan, karna Cintya dan Kenan hanya diam membeku mendengar penjelasan dokter tersebut.

"Kita harus memanggil dokter ahli psikologi anak terlebih dahulu. Permisi." Dokter tersebut berlalu.

Tak lama kemudian ia kembali dengan dokter wanita yang sudah tak lagi muda, ia tersenyum kepada mereka sebelum masuk ke dalam ruangan tersebut.

Cintya masih saja menangis, sedangkan Kenan duduk di sebelah Cintya sambil memangku Tas Ken, ia ingin membuka tas tersebut namun terhenti saat dokter ahli psikologi anak itu keluar ruangan.

"Jadi anak saya gapapa kan dok?" Tanya Kenan, ia masih tak sabaran dengan jawaban apa yang akan di berikan oleh dokter tersebut.

"Jadi, tubuh pasien menolak untuk sadar. Ada hal yang ia takuti jika ia membuka mata nya." Jelas dokter tersebut yang membuat dada Kenan sangat sesak, lutut nya lemas.

"Kita rawat intensif dulu saja. Kita semua berdo'a agar pasien mau membuka mata nya kembali dan kembali sadar. Jika dalam beberapa hari pasien masih juga menolak untuk sadar, bapak ibu harus ikhlas... Saya permisi.." kata dokter tersebut sambil pamitan.

Cintya kembali duduk bersama Seila karna lutut nya sudah tak kuat untuk menopang berat di tubuh nya.

"Bangun sayang.." lirih Cintya dalam pelukan Seila. Semua memori-memori tentang Kenzie bersama nya terputar kembali di dalam fikirannya.

Mulai dari ia belajar tengkurap, merangkak, berjalan, berbicara semua nya terputar kembali. Canda tawa ceria yang selalu Ken berikan untuk memberikan warna di setiap waktu Cintya.

Anak manis yang selalu jadi alasan ia semangat dalam apapun. Kata-kata manis nya yang terkadang selalu membuat ia gemas sendiri dengan bocah itu.

Apalagi 2 hari lagi, Ken ulang tahun. Ia semakin menangis mengingat itu.

Sedangkan Kenan mulai membuka tas yang selalu Ken bawa untuk sekolah. Berharap itu akan mengurangi rasa khawatirnya.

Ia juga mengingat semua memori hidup nya selama bersama Ken. Dari mulai mereka bertemu, saat Ken lahir dan sampai sekarang dimana setiap hari nya anak itu membuat Kenan selalu tersenyum.

Ia menyesal karena telah berbuat hal yang saat ini membuat Ken menolak untuk sadar.

Ada kertas yang menarik perhatian nya di dalam tas Ken.

Surat untuk pahlawan ku. Judul surat tersebut, perlahan Kenan membuka surat tersebut.

~
Dear ayah, kamu lah pahlawan terbaikku. Kamu lah yang selalu aku banggakan kepada semua orang karna aku mempunyai pahlawan seperti mu. Selamat hari ayah, semoga ayah selalu sehat, dan selalu tersenyum. Aku bukan lah anak pintar yang bisa membuat sesuatu yang spesial. Aku hanya lah anak kecil yang tak berguna, yang selalu menyayangi ayah. Happy father day's i hope you'll reading him.

Dari anak ayah, Kenzie arshaka.
~

Itu lah isi surat tersebut, walaupun tulisan nya sedikit tidak rapi karna seusia itu hanya anak yang cerdas bisa melakukan nya.

Kenan memejamkan mata nya, hingga air mata jatuh tak terasa di pipi nya.

"Ayah juga sayang banget sama kamu nak..." Lirih Ken yang hanya ia yang bisa mendengarnya.

•••

TBC.

Tadinya mau di publish besok, tapi karna aku baik hati jadi aku publish sekarang aja deh, vote dan comment nya jangan lupa ya itu yang bikin aku semangat ngebut buat nulis hehe...

Great Women (Completed)Where stories live. Discover now