teduh 30

23 2 0
                                    

"sarah... sar!" fauza menghapiri sarah yang berdiri di dekat citra

"iya za, kenapa?"

"em, soal yang kemaren apa kata aji?" tanya fauza

mendengar itu citra dan elo saling tatap curiga "emang ada urusan apa lo sama aji za?" potong elo, namun sarah memberi isyarat yang membuat keduanya langsung memahami

"ya.. gitu lah, gwe juga belum sempat menanyakan lebih lanjut, cuma yang jelas akhir akhir ini menurut gwe mereka sering nongkrong bareng gitu.."

"ini masih soal jonatan?" potong elo lagi
sementara citra dan sarah hanga bungkam
"ooh ayolah za... ya! kita semua tahu jonatan itu tampan, ya dia memang tampan... siapa yang tidak akan tertarik? tapi masalahnya semua orang juga tau kalau dia itu palyboy! nakal! gak ada gunanya menaruh harap sama dia za..." oceh elo dengan sedikit gerah

fauza hanya mengguman menenduduki tempat duduk nya sambil menaruh tasnya diatas meja ia terlalu lelah untuk berdebat dengan elo

kedua mata citra dan sarah membulat sempurna menatap elo, yang membuat gadis itu merasa terpojok "memangnya salah?" desahnya tak terima

tak lama kemudian suasana kelas menjadi hening karna pak satio sudah memasuki ruangan kelas, dan pelajaranpun segera dimulai

"misi pak!" ujar seseorang yang berdiri di depan pintu, semua mata tertuju padanya tak terkecuali fauza

"kamu ya, gak pernah gak terlambat, mau beralasan apa lagi?" oceh pak satio

lelaki yang tak lain adalah jonatan itu hanya terdiam, hanya mematung di depan pintu seolah tak berminat untuk berdebat dengan pak satio seperti biasanya

"gini aja terserah kamu mau masuk atau tidak, tapi kalo kamu masuk absen kamu tetap saya bikin alpa" ujar pak satio

disaat saat itu fauza merasakan hati nya berbisik "please jangan pergi jo..."

namun sepertinya jeritan hati fauza tak sampai pada jonatan lelaki itu menolak tawaran pak satio dengan berbalik pergi begitu saja

dan ya dia bolos lagi

fauza hanya bisa menelan ludah, tidak banyak yang dapat ia perbuat, hatinya terasa semakin hampa mendengar ocehan demi ocehan pak satio saat ia merasa ditentang oleh muridnya sendiri

setelah bel istirahat berbunyi fauza dan ketiga temannya bergegas pergi ke kantin untuk mengisi perut yang sudah keroncongan

dari jarak yang tak terlalu jauh di koridor depan kelas XII fauza dapat melihat jonatan dan beberapa temannya sedang bercanda ria, namun lelaki itu seketika terdiam saat fauza melewati mereka. entah wajah benci atau apalah itu yang jelas fauza benar benar merasa frustasi melihatnya.

saat jam kedua dan bahkan sampai bel tanda pulang berbunyi jonatan tidak kunjung muncul,

"gais, ntar sore kalian jadikan nonton gwe tanding?" ujar elo saat mereka berempat berjalan beriringan keluar kelas

"jadi dong!" ujar sarah dan citra serempak

"za, lo ikut kan? biar gwe jemput ya" ujar citra lagi

"iyaa" jawab fauza
sebenarnya fauza memang ingin sekali menonton pertandingan itu, selain buat mendukung elo juga ia tidak mengerti kenapa ia pengen sekali melihat jonatan

****
sore itu cuaca cerah sekali fauza, citra dan sarah sudah antusias sekali menyaksikan elo bertanding, namun tiba tiba wajah fauza menjadi murung saat tau kalo jonatan tidak ikut bertanding sore itu.

bahkan hati fauza semakin terasa hampa saat ia mendengar omongan-omongan orang kalo jonatan akan keluar dari tim basket sekolah padahal dia adalah bintang sekaligus capten kebanggan tim basket sekolah mereka.

dari sepanjang pertandingan tim cowok, hingga di susul tim cewek sampai usai fauza hanya tertegun, dalam pikirannya hanya ada tanda tanya "ada apa dengan jonatan?"

"za... lo ngelamun?" tanya citra saat mereka diperjalanan pulang, dari kaca spion depan tampak jelas wajah murung fauza yang duduk di samping sarah, sementara yang elo duduk di depan ikut menoleh kebelakang,

sarah langsung berinisiatif merangkul fauza saat mata gadis itu mulai berkaca kaca, "kenapa sih el, jonatan harus keluar dari tim basket sekolah?" tanya fauza dengan nada kecil

elo hanya menghela nafasnya dalam dalam tidak tau mau jawab apa, ia sungguh tidak tega melihat sahabatnya itu

"sabar ya za" ujar citra dan sarah yang mengelus punggung fauza

"gwe gak masalah dia gak suka lagi sama gwe, atau dia mau benci sama gwe..., tapi kenapa dia itu berubah? kenapa dia jadi pecundang kayak gini sih?" ujar fauza sambil tersedu sedu karna ia sudah tak sanggup lagi menahan beban yang ada dipikirannya

"za... lo jangan merasa jonatan begitu karna salah lo za, jangan ngebebanin ke diri lo sendiri dong.. lo tu gak salah apa apa" ujar elo

"tapi dia gak kayak gitu sebelumnya el, sebrengsek brengsek nya dia, dia gak pernah kayak gini" sahut fauza sambil menyeka air mata di pipinya

"iya za, kami ngerti. pokoknya gimanapun caranya kami akan bantu agar semuanya jelas agar lo ngak ngerasa bersalah lagi ya" ujar citra yang di iringi anggukan oleh sarah

sesampainya di rumah jam sudah menunjukan pukul 7 malam, fauza merebahkan tubuhnya di kasur, matanya masih sembab dia benar benar merasa terbelanggu sebelum ia jonatan bicara

akhirnya dengan tekat yang berhasil ia kumpul kan, ia memutuskan untuk menghubungi lekaki itu, tapi sayang jonatan tak menjawabnya. entah dia sedang sibuk atau emang dia tidak mau menjawab panggilan itu. semakin kecewalah hati fauza akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi jeksen,

berjam jam lamanya fauza telfonan sama jeksen, dan jeksenpun dengan sabar medengarkan semua keluh kesah yang dicurahkan fauza hingga gadis itu menangis sejadi jadinya,

meskipun tak terlihat namun percayalah di balik telfon itu, di sebrang sana air mata jeksen juga ikut mengalir meski lelaki itu bersikeras menahannya hanya agar fauza tidak tau dan tidak pernah tau bagaimana isi hatinya






















TEDUH (diary fauza)Where stories live. Discover now