jeksen

78 7 1
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 3 sore fauza masih berdiri sendirian di depan gerbang, menunngu angkot untuk pulang. gara gara harus mendiskusikan pelajaran kelompok jadi fauza mesti pulang sedikit terlambat. sarah dan elo sudah pulang duluan sementara citra baru saja pulang karna beda arah dengan fauza

sudah hampir setengah jam fauza menunggu, angkot yang menuju rumahnya tak kunjung lewat juga. sialnya ponsel yang ada di tangannya tak dapat di gunakan untuk mesan ojek online karna sudah mati sedari tadi. habis bateray nya

tiba tiba sebuah motor FU biru hitam berhenti di depan fauza

"hai za... bareng yuk" lelaki itu menawarkan tumpangan

"eh, jeksen... ga usah biar nunggu angkot aja, ntar lagi lewat kok" sahut fauza basa basi

"ya kali angkot ada jam segini za, udah bareng aja"

"tapi kan rumah kita beda arah?"

"iya, aku bukan pulang kerumah tapi mau ke cafe nih"

"pulang sekolah kok malah nongkrong sih?" fauza heran

"naik dulu" perintah jeksen

akhirnya fauza menurut karna memang tak ada pilihan bisa bisa dia berdiri di sana sampai senja jika terus menunggu angkot

motor satria FU itu melaju kencang membelah jalan sore

"ke cafe belum tentu nongkrong za" ujar jeksen melanjutkan pembicaraan yang tadi sempat tertunda

"truss mau ngaipain?" fauza jadi penasaran

"kerja" jawab jeksen singkat

"kerja? fauza terdiam sejenak mencerna kata kata jeksen barusan "kamu kerja di cafe jeks?"

"iya, lumayan untuk menambah uang jajan" lanjut jeksen lagi

fauza hanya mengangguk kecil awalnya dia mengira jeksen tidak ada bedanya dengan jonatan yang suka keluyuran dan hanya menghambur hamburkan uang orang tuanya
tapi ternyata mereka berbeda_

"hm, emang sebenarnya jonatan kemana sih jeks?" tiba tiba fauza teringat akan lelaki itu

"ya kemana lagi, palingan nongkrong di kantin sma sebelah" sahut jeksen

"sma sebelah? oo, sekolahnya sebelum pindah ke sekolah kita ya?"

"iya, sma 3 Nusa nama nya"

"hmm, kenapa dia bisa pindah kalo masih betah disana?" fauza berusaha tau lebih banyak tentang jonatan

"sebenarnya dia di keluarin za, tapi jangan bilang siapa siapa ya!" ujar jeksen sedikit ragu
"gara garanya sih, dia mukulin salah satu guru di sana"

"astaga! kok bisa gitu?"

"jangan salah paham dulu, dia cuma melawan kok saat di perlakukan tidak wajar sama guru itu, tidak semua perlakuan guru bisa di terima lapang dada kan? apalagi siswa tipe jonatan" jelasnya

"hmm, iya juga, tapi emang jonatan orangnya seperti itu ya jeks?"

"seperti itu gimana?"

"ya... gitu suka bolos sekolah buat nongkrong, emosian trus katanya dia itu cowok playboy?" fauza makin penasaran dengan rumor yang beredar tentang jonatan

"hmm... kalo bolos sekolah sih emang bener, buktinya hari ini. kalo dibilang emosian tergantung bagaimana orang memperlakukan dia pada dasarnya dia orang yang baik kok, hanya saja terkadang sulit mengontrol diri" jeksen menghela nafas sejenak lalu melanjutkan "kalo di bilang playboy ya memang benar sih. sejujurnya aku merasa tak enak ngomong gini sama kamu za. tapi akan jauh lebih baik jika kamu tahu dari awal, jonatan memang tipe cowok playboy sampai sampai aku tak bisa ngitung sudah berapa jumlah mantannya dan terakhir yang aku tahu dia pacaran sama anak smp. tapi aku juga kurang tau masih pacaran apa udah putus" jeksen ngomong panjang lebar tentang jonthan

"za!... fauza!"

"e...hmm iya!" fauza hanyut dalam jeksen pikirannya melayang membayangkan seperti apa jonatan itu sesengguhnya

"jangan terlalu di pikirkan za, jonatan tak seburuk kedengarannya, pada dasarnya dia itu baik kok dan yang penting mulai sekarang dia sudah berjanji untuk berubah jadi lebih baik lagi"

"hmm, setiap orang pasti memiliki kekurangan jeks" sahut fauza datar mencoba memaklumi

"tapi ngomong ngomong kamu kenal jonatan sudah berapa lama sih? kalian akrab banget sampai kamu tahu segalanya tentang jonatan"

"sejak kecil za, kami tetanggaan setiap hari main bareng dan sampai sekarang"

"wah... pasti menyenangkan punya sahabat... kalian itu bikin orang orang pada iri, akrab banget. kayak kemarin jonatan berantem tipo karna belain kamu kan?"

jeksen tersenyum lebar "kamu benar za, jonatan memang paling tak suka bila orang dekat dia di sakiti. dia tak peduli dengan resikonya di sanalah kadang kadang di sulit mengontrol diri" sahut jeksen

fauza mengngguk kecil "tapi sebenarnya masalahnya apa sih jeks? aku dengar gara gara ngerebutin tania ya?"

"hahaha" jeksen tertawa "nga lah za! hanya salah paham saja kok. aku bukan tipe orang seperti itu" pungkas jeksen

motor satria FU itupun melambat sejanak si pertigaan
"rumah mu arah mana za?"

"ke kanan jeks, nanti pas di depan puskesmas. eh, kamu mau ke arah mana?"

"ke kiri"

"yaudah aku turun disini aja"

"jangan! biar aku antar sampe rumah"

"nga papa kok jeks nanti tingal naik ojek lagian udah dekat juga kok"

"kamu sih nga papa, aku yang bakal di marahin jonatan kalo tau aku ninggalin kamu di jalan" goda jeksen sambil kembali menancap gas motornya

"apa hubungannya sama dia!" sahut fauaza tersipu
sementara lelaki itu hanya tertawa riang

"ups stop! disini jeks" ujar fauza ketika mereka sudah sampai di depan rumahnya

fauza segera turun dari motor itu
"makasi ya jeks" lanjutnya

lelaki itu hanya memasang senyum "setelah semua yang kamu tahu jangan pernah benci pada jonatan ya za, aku mohon bantu dia jadi lebih baik, aku tahu dia butuh kamu" lelaki bermata teduh itu terlihat agak khawatir jika setelah ini fauza menjauhi jonatan

fauza terdiam sejenak tampak tertegun lalu menggelengkan kepala sambil tersenyum lebar dan lelaki itupun berlalu

TEDUH (diary fauza)Where stories live. Discover now