ada apa dengan jeksen?

43 3 0
                                    


Hari demi hari berlalu dan musimpun silih berganti namun perang dingin tak kunjung surut, kini semua terasa hampa dan membisu

gadis malang itu kenapa harus dia? persahabatan tak lagi terasa kuat hanya saja sebagian dari mereka pura pura bahagia supaya tak banyak hati yang terluka

pertemuan sarah dengan sosok yang membuat hari hari nya bergairah terntanya harus menjadi pilu bagi citra,

mungkin pesona aji yang sangat memikat membuat tali persahaban menjadi rapuh
meskipun tak banyak yang mengetahui nya tapi lambat laun akan pupus jua

sarah yang malang entah citra yang takberuntung,
citra harus terus tersenyum membiarkan sahabat nya bercerita tentang lelaki yang amat di cintainya
meskipun air mata mengalir deras membahasi hatinya namun dia tetap tersenyum

adakah sahabat yang lebih munafik dari pada dirinya?

di hari itu, hari ketika mereka mendengar nama aji di mulut sarah

lalu apa yang bisa di lakukan, citra meminta sarah untuk tinggal di rumahnya setelah gadis malang itu di tinggal kedua orang tuanya. dan mereka adalah sahabat yang saling melindungi

dan ini terjadi seolah menjadi balasan buat kebaikan citra,

namun siapa yang dapat menduga takdir,

itu hanyalah perkara waktu dan kesalah pahaman yang tak berujung

berkali kali fauza meminta citra untuk mengatakan yang sesungguh nya pada sarah agar gadis itu mengerti

namun apa yang citra bisa lakukan dia sudah terlajur tersenyum dari awal dan apakah dia akan mengorbankan persahabatan mereka haya karna perasaan

dan keputusannya telah di tempuh citra,
untuk siap tersenyum dalam tangisan

pikiran fauza tak bisa terlepas dari kemelut yang sedang para sahabatnya hadapi

sering kali dia menyalahkan aji, ketika melihat citra bersembunyi dari kehancuran hatinya

ya aji,
lelaki itu membuat masalahnya menjadi rumit, kenapa dia harus hadir ditengah tengah persahabatan mereka?

namun satu hal yang baru di sadarinya oleh fauza bahwa posisinya sama halnya dengan aji,

dia bisa menyalahkan aji tapi dia tak bisa mengutuk dirinya untuk tidak hadir di tengah tengah jonatan dan jeksen,

semua telah terlanjur namun fauza mencoba untuk memilih seperti yang di inginkan oleh tania

harus memilih

sejak hari itu fauza mencoba untuk menjauh dari jeksen, namun ternyata tidak hanya dirinya saja yang menjatuhkan pilihan
namun demikian juga dengan jeksen mereka berdua saling menghindar

dari sekian banyak hal yang berubah namun hanya satu hal yang tetap sama
yaitu hubungan antara jonatan dan fauza

masih sama,
tak kunjung ada kejelasan antara keduanya entah kenapa jonatan seakan tidak berniat untuk memperjelasnya membuat gadis itu tersiksa dilema antara percaya atau melupakannya

tapi satu hal yang sangat penting adalah jonatan sudah banyak berubah senejak fuaza mulai terbuka padanya

bolos sekolah, berkelahi, balapan liar, semua itu hampir sudah tidak ada lagi

meskipun tak mengucapkannya namun jeksen cukup senang melihat jasa fauza yang cukup luar biasa dalam merubah hidup jontan

*****

Di bawah pohon di tepi danau, tempat itu kembali di tempati oleh penghuninya,

berlahan jonatan melangkahkan kakinya mendekat,

dan akhirnya mengambil tempat duduk disana

di tatapnya wajah lelaki yang tertunduk itu, awan hitam yang biasanya hanya berkecamuk kini telah terurai menjadi hujan deras di pipinya

seumur umur baru kali ini jonatan melihat jeksen menangis,

sudah pasti masalahnya sudah terlalu berat untuk dia pikul sendiri

jonatan juga hampir tak kuasa menahan sesak di dadanya

"gwe kira lo jauh lebih kuat, tapi ternyata gwe salah, lo pecundang mudah sekali menyerah" ujarnya dengan se dikit tekanan
"lo pernah melalui masa masa yang lebih berat tapi lo nga serapuh ini" sambungnya

namun lelaki itu tetap diam dalam tundukannya
berlahan ia mencoba mengendalikan dirinya

"lelaki brengsek itu" geramnya

"gwe sudah menduganya, tapi kenapa ibu terus membohongi gwe jo" ucapnya pelan

"tidak mungkin, dia nga mungkin bohong jeks, sadarlah lo hanya selalu berselisih paham" ujar jonatan meyakinkan

"salah paham, dia sendiri yang mengatakan yang sesungguhnya, gwe bukan anaknya" suara itu terdengar megelegar dengan emosi yang menggebu

"gwe bukan anak kandungnya, dia bukan ayah gwe, tapi kenpa ibu selalu membohongi gwe? kenapa?
dia selalu bertahan dengan lelaki brengsek yang terus terusan menyiksanya"

jonatan tak kuasa menahan airmata yang juga ikut mengalir di kedua pipinya

hening....

"lo mau kemana?" ujar jonatan berusaha memcari topik baru

"kemana saja" jawab jeksen datar

"lo nga kasian sama ibu, dia pasti kehilangan akal mau mencari lo kemana?"

"gwe bakal kembali bila waktunya tiba, gwe titip ibu gwe sama lo"

ujarnya sambil meraih ransel di sampingnya dan beranjak pergi

********

sudah hampir dua pekan jeksen jarang masuk sekolah padahal ujian uas hanya tinggal menghitung minggu

fauza merasa heran, tak biasanya lelaki itu begini
meskipun sudah jarang berbincang namun mereka tetap saling memperhatikan satu sama lain dari kejauhan

tak jelas kemana perginya lelaki itu, yang jelas akhir akhir ini hidupnya tampak tak karuan suka datang terlambat, kadang masuk kadang enggak, padahal seperti yang di ketahui semua orang sebelumnya dia murid yang rajin

akhirnya fauza memberanikan diri untuk bertanya pada jonatan

"jeksen kemana jo?, kok akhir akhir ini kalian jarang berbarengan?"
ujar fauza saat mereka berjalan beriringan di koridor sekolah

"masalah nya rumit za, mungkin dia butuh waktu untuk sendiri" sahut jonatan

"kalian nga lagi berantam kan?" tanya fauza penasaran

"ya engga lah, buat aku alasan apapun tidak akan cukup untuk membuat aku berantem dengan nya" sahut jonatan
"ini masalah pribadi, mungkin suatu hari dia sendiri yang akan cerita" tambahnya lagi.

fauza menghela nafas dalam dalam mencoba untuk memahaminya meskipun hatinya terus bertanya tanya

rasa penasaran kian mengusik hatinya fauza terhadap keberadaan jeksen tidak biasanya dia seperti itu
sepulang dari sekolah fauza menyempatkan diri mampir ke cafe tempat jeksen biasa bekerja, namun hasil nya nihil lelaki itu tak ada di sana

TEDUH (diary fauza)Where stories live. Discover now