Pertama Namun Bukan yang Utama

14 0 0
                                    

Lucu bukan ketika kau ingat masa lalu namun senyum mekar dari pipimu?

Yaa.. Senyum malu dengan ungkapan dalam hati "Lucu juga cinta monyet denganmu"

Saat ini aku baru menyadari jika aku sudah bucin sejak pertama kali aku menjawab pertanyaan yang mungkin pernah terucap dari sebagian besar laki-laki di dunia ini. "Aku mau pacaran sama kamu.."

Tentang pesan singkat darimu "Pagi Nyet bangun"

Tentang pesan balasanku "Kamu jalan kaki apa naik sepeda?"

Tentang aku yang mulai khawatir "Kok kamu belum nyampe?"

Tentang jawaban dari kehawatiranku (dirimu di lapangan basket dan aku tertawa dari kelasku)

Tentang pergantian jam pelajaran menuju ruang guru dengan buku di tanganku dan dirimu di sudut kelas yang sibuk menyalin PR.

Tentang pulang sekolah terlambat dan kamu alasan yang selalu ku sembunyikan.

Tentang paling awal masuk ekstrakulikuler dan paling akhir hingga matahari menyiratkan sisa kilaunya.

Tentang malam yang berakhir dengan "Jangan lupa doa ya. Selamat malam"

Tentang akhir pekan yang selalu di sibukkan entah agenda menyusun mading besama, menemanimu bermain permainan yang kamu suka dan tentang cerita tentang dirimu dan diriku yang selelu seru.

"PES ya? FIFA? apa sih ini?" kataku penasaran.

"Bukan, salah semua. Ini tuh Football Manager. Kita tinggal nyusun aja, ga ribet. Mau coba?" katamu sabar.

"Bukan genreku, aku ga suka bingung cara mainnya. Mending kita Ayodance. Aku bikinin akun deh." Rayuku

"Bukan genreku, aku cowok. Itu kan game cewek" katamu dan matamu yang masih seru dengan hal yang menarik di hadapanmu.

"Ah yaudah. Sana main aja. Aku mau main sendiri." gerutuku.

Lucu ya, perdebatan kecil ini bisa panjang kalo kamu ingat. Hahaha.

Tentang ekstrakulikuler lain yang kamu ikuti karena aku suka, karena aku mau, karena aku..

"Kamu deket banget ya sama dia. Yakin ga ada rasa? Yakin temen biasa? Tapi aku liat dia manja banget sama kamu, kamu juga mau-maunya dirajuk sama cewek itu." Kataku "cemburu"

"Ya kan dia cuma butuh jaketku, dingin katanya, di kelasmu ACnya dingin banget, dia tadi juga ga bawa jaket." penjelasan singkat dan jelas serta pembelaan atas tingkahmu.

"Ya kan dia bisa pinjam teman ceweknya, ga harus kamu dong? Aku juga ada disana loh. Aku bisa liat. Aku tau. Udah tau juga ekstrakulikuler di kelasku yang ada AC kalo ga tahan dingin kenapa ga bawa jaket sendiri sih?" kataku masih tidak setuju, maksudku aku masih cemburu.

"Ya gatau juga. Aku ga tanya ke dia." jawabnya mulai bingung harus bagaimana merayuku.

Terdiam, tanpa solusi, tanpa penyelesaian.

Aku masih dengan rasa cemburuku dan kamu masih bingung harus bagaimana.

Tentang perhatianmu yang berakhir penyesalan dariku. Andai..

"Pagi Nyet? Masih deman? Kamu serius ga masuk sekolah hari ini?" Pagiku dimulai dengan pesan khawatirmu.

"Iya aku ga enak badan. Nanti bapak bakal anter surat ijinku ke sekolah." Jawabku cepat kemudian kembali beristirahat.

"Hari ini kita ada sosialisasi ekstrakulikuler ke adek kelas? Kamu yakin ga ikut?" Jawabnya

Pesanmu baru kubaca saat waktu menunjukkan jam pulang sekolah..

.. bersama dengan pesan sahabatku.

"Kenapa harus sakit sih? Tadi ada adek kelas genit banget sama cowokmu. Ah coba kamu masuk. Pasti ga berani deh."

Terdiam, sakit badan, sakit pikiran, sakit hati.

Sebuah akhir di awal. Semakin hari hubunganku denganmu tak lagi seru. Bukan lagi tawa, bukan lagi cerita, hanya diam dan sapa.

"Aku mau kita putus.." kataku.

"Kenapa?" dengan bingung, terkejut dan entah kata apa yang lebih pantas menggantikan kenapa pada saat itu tapi kau masih tidak menemukannya.

"Aku ga suka kamu gitu sama cewek-cewek lain. Aku ga suka." jelasku

"Tapi aku ga ada apa-apa sama mereka." pembelaan yang kau ucap dan kamu semakin tidak paham.

"Terserah. Tingkahmu kayak gitu, kamu baik ke mereka, mereka suka. Aku mau kita putus.." jelasku lebih.

"Oke, terserahlah." kau pasrah, pergi, dan aku terdiam setelahnya.

... "Pak, bapak dimana? Aku udah pulang? Bisa jemput ga?" ...

Pesan yang tak pernah kudapat, singkat dan membuatku teringat.

"Snow, masih pacaran ga sama dia?"

"Engga kok, kita udah lama putus. Ada apa?"

"Ini dia baru aja nembak aku. Gimana?"

"Oh yaudah sih terima aja. Seru juga anaknya. Selamat ya"

Cukup jelas bukan? Dia bukan lagi milikku, lalu jawaban apa lagi yang harus terucap selain itu? aku masih belum sepenuhnya lupa.

Tentangmu masih jadi cerita.

Sesingkat itu denganmu.

Terimakasih.

Kata orang masa sekolah masa paling indah, denganmu aku merasakan indahnya.

Berbahagaialah ..

Coretan Snow.

Sedimentasi HatiWhere stories live. Discover now