Yohan tersedak—menahan tawa. Menjambak? Seungyoun bertingkah seperti anak gadis saja.

"Yohana!"

Yang dibentak justru tertawa. Ponselnya sampai jatuh ke atas tanah.

"Kau ini! Bukannya mendengarkanku baik-baik, kau malah menertawakanku!" Seungyoun memicingkan matanya. "Apa menurutmu aku sedang bercanda?"

Yohan melambaikan tangannya. "Tidak, tidak. Hanya saja, aku tidak pernah melihatmu marah begini. Tentu saja di depan kelas tadi aku agak ngeri melihatmu marah begitu. Tapi setelah lebih dari sepuluh menit kau mengoceh, aku merasa kau lucu."

Seungyoun mendecak. "Aku belum selesai—"

"Oi."

Seungyoun menoleh dan sebuah botol air mineral melayang ke arahnya. Dengan sigap ia menangkapnya—setelahnya, ia melihat Wooseok berjalan ke arahnya, dengan kedua tangan bersemayam di saku celananya. Cool seperti biasa. "Kekacauan seperti apa yang kau buat, Seungyounie?"

"Bagaimana kau bisa ke sini?"

"Yohan mengirim chat. Terpaksa aku izin keluar kelas."

Seungyoun mendecak. "Aku baru tahu kalau kau sangat menurut pada Yohan."

Yohan tertawa.

Wooseok berbalik, "Aku kembali ke kelas saja."

Untuk pertama kalinya sejak bertemu Seungwoo, Seungyoun tersenyum. "Kau ada kelas apa?"

"Sastra," jawab Yohan cepat. "Sepertinya kepala Seungyounie sudah dingin."

"Jjinja, hanya dengan kedatanganku?" Wooseok mengelus dagunya sendiri. "Aku bisa jadi obat untukmu kalau begitu." Pemuda itu mengerling.

The only medicine is you.

Lirik itu berdengung di kepala Seungyoun.

Ciptaan Han Seungwoo.

Wajah Seungyoun kembali cemberut.

"Kalau begitu, aku kembali ke kelas ya? Sayang sekali kalau melewatkan kelas Pak Dong Wook."

Yohan mengangguk. "Terima kasih minumannya."

Wooseok berbalik. Baru melangkah beberapa jejak, pemuda itu menoleh lagi. "Oh! Di kelasku ada Han Seungwoo. Kau sudah berhasil ketemu dengannya tadi?"

Mata Yohan membulat. "Wooseokkie, tunggu kau membangunkan macan—"

"WOOSEOK-AAH, KAU TAHU SI BRENGSEK ITU—"

Yohan menepuk jidatnya sendiri. Ia tak bisa melakukan apa-apa ketika Seungyoun kembali mengomel panjang lebar—entah akan makan waktu berapa jam ini nanti.

.

.

.

.

.

.

...

Telapak tangan Seungwoo yang lebar memangku dagunya. Ia melirik ke bawah melalui jendela kelasnya di lantai tiga gedung akademi Swing—yang menghadap ke halaman belakang sekolah. Di bawah, tampak tiga orang sedang mengobrol, berdiri di bawah pohon. Dua di antaranya pasti membolos dari kelas, sementara satu di antaranya adalah murid kelas yang sama dengan Seungwoo saat ini.

Ya, itu Kim Wooseok, yang sekitar sepuluh menit yang lalu izin keluar kelas karena ada keperluan mendadak. Sesuatu yang jarang dilakukan Wooseok selama Seungwoo sekelas dengan pemuda berambut kecokelatan itu.

Ryeon: Someone Named LoveWhere stories live. Discover now