Twenty Four

30.3K 1.7K 12
                                    

Varischa tidak bisa tidur semalaman. Wanita itu merasa gundah karena perkataan Albert tadi malam. Kekasihnya bilang akan datang dan dapat dipastikan jika perkataan itu akan menjadi kenyataan tidak lama lagi.

Oleh karena itu, Varischa berinisiatif mengajukan diri kepada kakak perempuannya untuk menjemput sang keponakan di sekolah. Ia pun juga membawa ketiga keponakannya yang lain agar nanti bisa beralasan mengajak mereka pergi bermain. Itu semua dilakukan Varischa agar Albert tidak bisa datang ke rumahnya karena ketidakberadaan dirinya.

"Kamu yakin bawa empat bocah gitu sendirian ?" Andy bertanya untuk yang ketiga kalinya. Kakak laki-laki Varischa kini memandang curiga sang adik.

"Yakin, Mas. Kenapa sih memangnya ?"

"Mas cuma khawatir kamu bakal repot. Mereka semua lagi aktif-aktifnya lho." ucap Andy mengingatkan. Varischa menggeleng. "Nggakpapa, kan Raihan sama Yuki udah gede. Mereka bisa aku bilangin kok."

"Ya sudah kalo kamu tetep kekeuh mau sendirian. Hati-hati bawa mobilnya." perkataan Andy dibalas dengan anggukan mantab Varischa. Wanita itu kemudian berjalan memasuki mobil dengan menggendong salah satu keponakannya.

----------

Perkiraan Andy 100 persen terbukti. Varischa kini benar-benar terlihat kerepotan mengurusi ke empat keponakannya sekaligus. Memang benar, dua diantara mereka sudah duduk di bangku TK, sudah bisa dilepas sendiri. Tapi tetap saja, mereka juga butuh pengawasan. Ditambah dengan adik mereka masing-masing, yang satu sedang belajar berjalan dan satu yang lainnya sedang aktif-aktifnya merangkak.

Kepala Varischa kini benar-benar pusing. Dan di saat sudah benar-benar lelah, dia memutuskan untuk duduk di kursi lalu membiarkan kedua keponakannya yang masih kecil merangkak dan berjalan kesana kemari.

Varischa lalu mengambil ponsel yang berada di tas selempangnya dan menghubungi Andy.

'Mas, Var nyerah. Nggak nyangka bakal seaktif ini mereka.'

Andy yang berada di rumah tertawa puas. 'Nah kan, Mas bilang juga apa. Kamu dimana ?'

'Di Game Fun CL, Mas.'

'Ya udah, tunggu. Mas nyusul.'

'Oke, Mas. Cepetan ya, Var udah nggak tahan.'

'Makanya, kalo dibilangin jangan ngeyel.'

'Iya iyaaa.'

Helaan napas lega langsung berhembus dari mulut Varischa. Untung saja, kakaknya itu mau menyusulnya. Kalau tidak, dia pasti akan kebingungan membawa pulang ke empat keponakannya. Karena sekarang tenaganya benar-benar sudah terkuras habis.

----------

Mata Varischa nampak berbinar senang saat menangkap kehadiran kakaknya. Wanita itu langsung berdiri dan berjalan cepat menghampiri Andy sambil membawa Reina di gendongannya.

"Mas! Untung Mas datengnya cep-" ucapan Varischa tidak terselesaikan karena matanya kini melihat kehadiran seorang pria yang tidak ia harapkan kedatangannya. Mulut Varischa semakin terbuka lebar saat pria itu berdiri di samping Andy dengan senyum penuh kemenangan miliknya.

"Bagaimana bisa kamu di sini ?!" nada suara Varischa tanpa sadar meninggi.

"Kamu itu, pacarnya mau dateng kok malah pergi sih, Var." Andy menyahuti terlebih dahulu, membuat Albert mengulum senyum karena merasa senang saat Varischa diomeli oleh sang kakak.

"Var nggak tahu ya kalo dia bakal dateng, Mas." elak Varischa. Albert langsung menggeleng dan menyahut, "Bohong. Tadi malam kan aku sudah bilang kalau mau datang."

At the Drop of a Hat - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang