Twenty

29.5K 1.7K 13
                                    

Albert terkejut ketika mendapati seorang wanita yang berada di dalam ruangannya. Ia baru saja selesai membicarakan sesuatu dengan Gerald di ruangan pria itu. Dan lagi, William, sekretarisnya sama sekali tidak memberikan informasi mengenai seseorang datang.

Rahang Albert mengetat ketika akhirnya kedua matanya mengenali tamu tak diundang itu.

"Untuk apa kamu ke sini ?" nada dingin nan membekukan terdengar memenuhi ruangan. Membuat wanita yang sedang fokus dengan ponselnya mendongak dan menoleh ke samping. Senyum riang muncul di bibir wanita itu dan tak perlu menunggu lama ia langsung berjalan cepat mendekati Albert.

"Aku membawakanmu makan siang."

Albert melirik sekilas ke arah kantong plastik yang dibawa oleh wanita yang dijodohkan dengan dirinya, Amanda.

"Apapun yang kamu lakukan, aku tidak akan peduli. Keluar, Amanda. Aku merasa sangat terganggu dengan kehadiran kamu di sini."

Wajah Albert yang begitu datar serta pandangan tajam dari matanya membuat Amanda merasa sedikit terintimidasi. Namun, karena Amanda sudah bertekad untuk mendapatkan pria di depannya itu, Amanda memutuskan untuk menguatkan hati dan memandang Albert dengan tatapan berani.

"Kalau kamu merasa terganggu dengan kehadiranku, itu urusan kamu kan. Aku juga tidak peduli dengan apapun itu yang kamu rasakan terhadapku. Jadi, lebih baik kamu makan ini atau aku akan melaporkan tindakanmu ini kepada Om Mario."

Seringaian tipis muncul di bibir kanan Albert. Pria itu melangkah maju perlahan tanpa memutus kontak mata mereka. Membuat Amanda tanpa sadar memundurkan langkahnya seiring mendekatnya Albert.

"Tukang mengadu. Aku sedikit kecewa kalau ternyata musuhku hanyalah tukang mengadu. Sama sekali tidak sepadan."

Amanda menelan ludahnya ketika tangan kanan Albert terangkat. Wanita itu tanpa sadar memejamkan matanya, bersiap untuk menerima apapun itu yang hendak dilakukan oleh Albert. Namun, rasa takutnya sirna ketika telinganya menangkap suara pintu yang terbuka.

"Keluar, Amanda. Lebih baik kamu selamatkan makanan yang kamu bawa itu, dari pada nantinya aku lempar. Dan silahkan, silahkan adukan perilaku tidak menyenangkanku ini kepada Papaku. Aku sama sekali tidak takut."

Setelah mengatakan ucapan itu, Albert mendorong pelan tubuh Amanda sampai keluar dari ruangan. Dan sebelum Amanda sempat bereaksi, Albert sudah menutup pintu dengan keras.

----------

"Kamu menghindariku."

Varischa yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut ketika menemukan Albert yang kini sedang menghadangnya. Tangan wanita itu terlihat memegang dadanya untuk meredakan rasa kagetnya.

"Kenapa kamu suka sekali mengagetkanku ?"

"Kenapa kamu suka sekali menghindariku ?"

Albert bersedekap di hadapan Varischa. Keduanya saling bertemu tatap sampai akhirnya Varischa memutuskan kontak itu.

"Aku tidak menghindari kamu."

"Oh, benarkah ? Berangkat pagi pagi sekali, sudah pergi sebelum jam makan siang tiba, alasan ikut makan malam dengan teman, dan yang terakhir kamu menginap di rumah teman. Itu bukan menghindar, Varischa ?"

Varischa membuat wajahnya sebiasa mungkin untuk menutupi kebohongannya. "Aku benar-benar tidak sedang menghindar, Albert. Apapun yang kamu sebutkan tadi, itulah yang sebenarnya terjadi. Aku tidak mengada-ngada."

Seringaian Albert muncul dan itu membuat perasaan was-was Varischa datang menyapa. Terbukti dengan pria itu yang kini sudah berhasil memenjarakannya dengan kedua tangan panjangnya.

At the Drop of a Hat - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang