25.

1.5K 70 2
                                    

23 tahun yang lalu, seorang bayi perempuan cantik telah lahir. Dia sangat manis bahkan saat dia baru melihat dunia ini. Aku yakin semua orang akan setuju jika bayi manis itu akan tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, nantinya. Aku bahkan telah terpikat oleh binar indah dari manik matanya. Mulai detik itu aku berjanji pada diriku sendiri jika aku akan menjaga gadis kecil itu bahkan dengan nyawaku.

Tidak, sebenarnya bukan cuma aku, tapi Lucas dan Nadeo juga akan berpikir hal yang sama denganku, dia adalah Princess kecil kami, yang akan kami lindungi sampai kapanpun.
Iya dia memang bukan adik kandung salah satu dari kami, tapi jangan pernah ragukan rasa sayang kami, terutama aku, akan aku pastikan tidak ada yang menyayanginya lebih dari rasa sayangku padanya.

Setiap harinya aku selalu mengunjunginya, hanya sekedar melihat manik indah itu. Dan benar dugaanku, semakin ia bertumbuh semakin manis parasnya, dan aku semakin mengaguminya.

Di tambah lagi saat dia lebih memilihku di banding 2 saudaraku Lucas dan Nadeo, rasanya seperti aku baru saja mendapat jutaan hadiah yang tak tertandingi nilainya.
Hanya karena gadis kecil itu memilihku aku bisa sebahagia itu.

Iya, dia sangat dekat denganku, bahkan Mommy selalu mengatakan jika balita itu lebih pantas jadi adikku. Karena terkadang hanya aku satu-satunya orang yang bisa membujuk dan merayunya. Terdengar lucu memang karena bahkan gadis kecil itu belum genap berusia 5 tahun, namun dia sudah memilih-milih orang yang dia inginkan.

Saat itu usianya 4 tahun dan gadis kecil itu selalu saja ingin bersamaku, mencariku bahkan meminta untuk bertemu denganku.
Aku tidak keberatan, sama sekali tidak.

Namun suatu waktu aku menyadari satu hal, rasa di hatiku perlahan semakin kuat tanpa aku sadari. Dan aku tau rasa ini tak selayaksa rasa kasih sayang seorang Kakak terhadap Adiknya, aku menjadi posesif, aku menjadi ingin selalu bersamanya setiap waktu dan aku juga tau itu salah.

Usiaku 10 tahun kala itu, di lihat dari sudut manapun akan terlihat konyol jika aku memendam rasa pada balita berusia 4 tahun.
Aku tak ingin mempercayai rasaku dan aku terus-menerus menyangkalnya hingga tanpa sadar aku malah menyakiti gadis kecil itu, dia mulai merengek padaku dan aku mulai menjauhinya.

Menyakitkan memang saat harus menyaksikan gadis kecil itu menangis melihat aku yang mulai menyibukan diri dengan segala aktifitasku.
Tapi aku harus bagaimana, aku tidak ingi terlarut pada rasa yang salah. Karena bagaimanapun dia adalah sepupu Nadeo saudaraku dan usianya masih sangat kecil.

Hari demi hari terus berganti, semua orang sadar, aku sedikit/banyak menghindari gadis kecil itu, aku juga sudah tak lagi mengunjunginya setiap hari seperti dulu dan itu membuat keluarga kami sedikit mencurigaiku, dan dengan gampangnya aku mengatakan aku sibuk dengan tugas-tugas dan kegiatanku di sekolah.
Syukurnya mereka percaya akan semua alasan yang aku buat.

Seperti air yang terus mengalir, aku tak bisa terus seperti ini, aku harus mengendalikan diriku sendiri.

Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan studyku di Australia bersama dengan Mommy dan Daddyku yang juga hanya tinggal menunggu keputusanku untuk pindah, ya sudah sejak 2 tahun lalu Ayahku tinggal di Australia mengusur kantor cabang miliknya di Negara itu, Ayah sudah memintaku untuk ikut bersamanya namun aku bersikeras untuk tetap tinggal di Negara ini yang membuat Ibuku mau tak mau mengikutiku. Dan setelah 2 tahun akhirnya aku bersedia mengikuti mereka pergi ke Negara itu.

Tepat dimana hari ulang tahun gadis kecil itu yang ke-5 aku memutuskan untuk mengambil penerbanganku. Terdengar sedikit kejam memang, karena biasanya setiap hari ulang tahun gadis kecil itu semua akan berkumpul tanpa terkecuali, kami akan berpesta dan memanjakan gadis kecil itu dengan menuruti semua keinginannya, tapi kali ini aku malah meninggalkannya bahkan tanpa salam perpisahan.

Semua baik-baik saja hingga aku tiba di Bandara Internasional Melbourne.
Namun saat langkahku baru saja keluar dari Terminal menuju Crub untuk menunggu jemputanku, sebuah dering ponsel mengusik telingaku.

Tertera Nama tante Ara di layar ponselku membuat aku segera mengangkatnya.
Dan di detik selanjutnya.
Sebuah kabar dari Tante Ara membuat Jantungku seakan berhenti berdetak. Aku membeku bagaikan di sambar petir di siang bolong. Lidahku kelu untuk sekedar membalas ucapan Tante Ara.

Ibuku yang kebetulan ada di sebelahku menatapku heran.
Tante Ara tidak menelfon Mom Karena sejak berangkat ponselnya sudah mati, namun bukan itu masalahnya sekarang.
Melainkan kabar yang di utarakan tante Ara padaku.

Sebuah kecelakaan mobil baru saja terjadi, menewaskan 2 dari 3 korban di dalamnya, dan mereka adalah keluarga dari Little Princessku Azura.

Ya gadis kecil yang aku ceritakan sejak tadi adalah Azura, 18 tahun lalu kecelakaan merengkut kedua orang tuanya. Bukan hanya itu, Azura juga harus mengalami koma selama lebih dari 1 bulan.

Aku rasanya ingin mati saja hari itu, aku berjanji untuk melindunginya namun faktanya aku tidak berhasil melakukan itu. Dan yang lebih menyedihkan aku adalah penyebab dari semua tragedi ini.

Hari itu Azura mencariku, aku pikir dia hanya akan menangis saat menyadari aku tak datang di hari ulang tahunnya. Tapi aku salah, gadis itu merengek meminta bertemu denganku, hingga akhirnya mau tak mau ayah dan ibunya harus menuruti gadis itu untuk menyusulku ke bandara. Namun naasnya, kecelakaan terjadi sebelum mereka berhasil menemuiku.

●●●

Setelah menceritakan semuanya Daniel menghela nafasnya panjang, tanpa di sadari sebutir bening air matanya berhasil menetes.

"Aku mungkin akan benar-benar mati jika harus kehilanganmu Lagi Azura"
Lirihnya sembari sesekali mengecup dalam pergelangan tangan gadis itu.

"Maafkan aku, bahkan walaupun aku tau 1000 kata maafpun tak akan pernah bisa menebus semua dosaku padamu. Ku mohon maafkan aku"

Lengannya terulur mengusap lembut pipi Azura yang masih memilih memejamkan matanya.

"18 tahun yang lalu, akibat keegoisanku, kau kehilangan kedua orang tuamu, dan kali ini aku juga yang membuatmu tertidur selama berhari-hari."

Rasa bersalah yang teramat dalam terus menyelimuti Hati Daniel.
Tak perduli siapa yang salah dan benar bagi Daniel dirinyalah dalang dari semua kejadian ini, dirinyalah penyebab kehancuran hidup Azura bahkan sejak 18 tahun yang lalu.
Sejak hari dimana Azura harus kehilangan kedua orang tuanya.

Pria itu benar-benar menderita, tak ada satupun yang lebih menderita dari padanya, bahkan Azura sekalipun. Ya walaupun Azura harus kehilangan orang tuanya, namun selama 18 tahun hidupnya dia melupakan  hal itu dan hidup bahagia sebagai adik dari Nadeo sedangkan Daniel, pria itu menanggung beban rasa bersalah selama 18 tahun hidupnya, tak pernah ada tawa yang tulus terpancar dari bibirnya karena ia pikir, dia tak seharusnya tertawa setelah berhasil menghilangkan 2 nyawa dan 1 balita yang harus menderita.

"Sudah sejak 18 tahun yang lalu aku gagal melindungimu Azura, dan selama itu pula aku membuatmu menderita. Entah kapan terakhir kalinya aku berdoa, namun kali ini aku akan meminta sekali lagi, Aku mohon kau bagunlah.. dan setalah itu Lupakan aku"
Bisiknya,.

Hatinya benar-benar sakit namun dia tak ingin menjadi alasan untuk penderitaan wanita itu lagi.
Sejak peristiwa itu, Daniel terus menerus menghindari Azura, dan ya tidak terjadi satupun hal membahayan yang Azura alami, namun sekarang hanya membutuhkan waktu beberapa bulan  bahkan kurang dari 3 bulan, Daniel sudah membuat gadis itu terbaring di bangsal rumah sakit.

"Aku mencintaimu, Azu"
Ucap Daniel sebelum meninggalkan Azura yang masih terlelap seorang diri.

Why Do I (The Fantastic3 Series) ENDWhere stories live. Discover now