Chapter 14 Jeju the Disaster Island

Start from the beginning
                                    

Keempat orang itu memasukki ruang tunggu bandara, dimana, sesuai perjanjian, Seokjin akan menjemput mereka. Seungwan dapat melihat sosok Seokjin dan keluarga kecilnya begitu ia menjejakkan kaki ke ruangan itu.

Istri Seokjin yang bernama Jisoo itu melambaikan tangannya dengan ceria, wajah cantiknya bersinar cerah. Serta Min Jinna, bocah perempuan berusia empat tahun yang merupakan putri Seokjin berjingkrak kegirangan dalam pegangan ibunya.

Kedua sudut bibir Seungwan otomatis tertarik keatas. Merasa gembira hanya karena melihat bocah perempuan cantik yang sedang bertingkah itu.

"Samchoon!! Samchoon!!" Min Jinna berlari-lari kecil kearah Yoongi. Kucirannya yang tinggi melonjak-lonjak, sampai akhirnya balita itu terangkat ke udara—Yoongi mengangkatnya tinggi-tinggi. Seungwan sejenak takjub, melihat senyum yang terpampang di wajah Yoongi—ekspresi yang baru pernah Seungwan lihat seumur hidupnya. Senyumnya yang simetris, kedua matanya yang berbinar, juga gummy-smile yang tampak mengagumkan di mata seorang Seungwan.

Mata Seungwan lekat memperhatikan interaksi antara paman dan keponakannya itu—membicarakan sesuatu seperti es krim, sampai Seungwan tak sadar Jisoo sudah berdiri di sampingnya.

"Mereka memang sangat dekat." Ujar Jisoo mengikuti pergerakan mata Seungwan.

Seungwan menengok untuk melihat Jisoo, kemudian kedua perempuan itu berangkulan—seperti dua sahabat yang baru bertemu setelah sekian tahun, padahal ini pertama kalinya Seungwan bertemu Jisoo setelah pernikahannya.

"Aku tidak memperhatikannya saat acara pernikahanku berlangsung saat itu." ujar Seungwan, masih melihat kearah keduanya.

Jisoo tersenyum kecil. "Ya. Mereka tidak banyak berinteraksi saat itu—Jinna enggan padanya."

"Enggan?" tanya Seungwan.

Rombongan keluarga besar itu berjalan beriringan menuju tempat parkir bandara. Diawali dengan Seokjin dan kedua orang tuanya, Min Yoongi dan Jinna dalam gendongannya, serta Jisoo dan Seungwan diurutan belakang.

Jisoo mengangguk. "Yoongi sedang dalam mood yang kurang baik—kau pasti pernah mendengar kalau anak kecil, balita atau mungkin bayi, mempunyai sensitivitas yang lebih dibanding orang dewasa."

"Mengenai apa?"

"Mereka bisa menilai bagaimana mood orang itu—mereka cenderung mendekati orang-orang dengan suasana hati yang baik, kupikir suasana hati Yoongi sedang tidak baik saat itu—Jinna terus merengek dalam gendongannya." Kata Jisoo.

Melihat perubahan wajah Seungwan yang tiba-tiba menjadi mendung, Jisoo buru-buru menambahi, "Aku tidak menyalahkanmu—atau Yoongi, kau tahu 'kan? Seungwan?"

Seungwan kemudian melihat kearah Jisoo—sedang tersenyum tulus padanya, kemudian ia mengangguk—dalam kegetiran.

"Aku harap Yoongi berbuat baik padamu—atau paling tidak, ia tidak menyakitimu." Kata Jisoo kemudian.

"Ia tidak menyakitiku." Kata Seungwan kemudian menggigit bibirnya, "Kau tahu—semuanya?"

"Kalau maksudmu adalah selain kontrak pernikahan kalian—ya, aku tahu." Ungkap Jisoo. "Aku mengenal Yoongi lebih dari dua belas tahun—aku tahu perilakunya, wataknya, dan banyak hal lainnya. Kekhawatiranku sama persis seperti yang Seokjin rasakan."

Seungwan tersenyum kecil. "Terimakasih sudah mengkhawatirkan."

Jisoo balas tersenyum. "Kau tahu 'kan, aku bisa membantumu kapanpun kau mau?"

Ten Million DollarsWhere stories live. Discover now