BAB 4

6.2K 744 3
                                    

Jam 6 malam, Asmara baru saja kembali dari maraton meeting hari ini. Yah kebetulan ini hari Senin. Dia berjalan letih menuju kantornya. Di tangannya ada banyak berkas dari klien dan calon klien untuk diletakkan kembali di mejanya. Dilihatnya divisi marketing sudah kosong, mungkin beberapa sudah pulang, yang lain mungkin masih maraton meeting sama sepertinya. Setelah sampai di ruangan, Asmara melihat di mejanya, Pian meninggalkan sebuah note yang berisi jadwal dadakan besok.

Cukup padat.

Ingin rasanya Asmara sekarang buru-buru pulang. Membayangkan bisa merebahkan diri di kasur, pasti sungguhlah nyaman. Masih ada pekerjaan yang harus dia selesaikan, dia terpaksa melupakan keinginannya itu. Asmara membawa berkas yang harus dibacanya ke pantry. Dia butuh suasana baru untuk bisa santai.

Pantry milik Mediteran adalah tempat yang cukup nyaman dengan beberapa bangku panjang dan meja yang terbuat dari kayu yang dipoles. Selain bisa menampung cukup banyak orang, pemandangan dari jendela besar di salah satu sisi menjadi daya tarik. Dari sana bisa terlihat jalanan kota di bawah. Asmara lebih sering kesini justru saat jam kantor sudah usai, dia memilih tempat itu untuk lembur.

"Belum pulang, Ra?" sapa seseorang yang mengejutkan Asmara.

Dia pikir dia bisa sendirian di sana. Asmara sesaat memandang Kahale yang sudah berdiri di samping meja pantry dan menyeduh kopi sachet.

"Aku denger kamu tadi meeting di luar, baru balik ya? Kok nggak langsung pulang? Lembur?" tanya Kahale sambil terus fokus pada kopinya.

Asmara memilih pura-pura tidak mendengar dan fokus membaca berkasnya. Merasa dicuekin, Kahale menoleh ke Asmara yang nampak tidak peduli padanya. Sekilas dia melirik meja, Asmara tidak meletakkan minuman apapun. Dia mengambil satu gelas lain dan menyeduh satu lagi kopi sachet dan meletakkannya di depan Asmara.

"Minum dulu. Glukosa bagus buat boosting mood," ujar Kahale sambil meletakkan kopi buatannya dan mengambil duduk di depan Asmara.

Asmara cuma melirik gelas itu dan kembali diam. Saat ini dia berharap Kahale akan menyadari ketidaknyamanannya dan pergi meninggalkan Asmara. Tapi Asmara salah, Kahale nampak masih betah menikmati kopinya dengan tenang. Sesekali tatapan mereka bertemu dan itu membuat Asmara terpaksa mengalihkan pandangannya.

"Gimana kabar kamu, Ra? Kita sudah lama sekali nggak ketemu," tanya Kahale memecah suasana canggung di antara mereka. Asmara masih diam dan dia yakin mendengar Kahale mencebik.

"Kamu kenapa sih? Dari tadi aku ngomong kok dicuekin?" Kahale mulai kesal dan Asmara masih sibuk berpura-pura.

"Aku dari tadi nungguin kamu, mau brainstorming tender kamu. Tapi kalau ka­-"

"Jangan sekarang ya, Le" potong Asmara, kali ini dengan tatapan dinginnya.

Tatapan ini, tatapan meminta jarak. Beberapa saat mereka saling memandang hingga akhirnya Kahale mengalah dan memilih menuruti kemauan Asmara. Dia membuang kasar napasnya dan beranjak menuju pintu keluar.

"Kopinya diminum, Ra. Sia-sia kalau nggak diminum."

Asmara menatap punggung Kahale yang keluar dari pantry. Matanya berganti menatap kopi yang diletakkan di depannya, dia meraih gelas itu dan meminumnya.

**

Sarah sedang asyik mengunyah biskuitnya sambil memandang wajah letih temannya yang baru saja sampai di apartemen mereka. Sarah hanya bisa geleng-geleng kepala setelah mengetahui Asmara baru pulang jam sepuluh malam.

"Lembur, Ra?" tanya Sarah masih dengan tatapan mengekor ke Asmara yang berjalan ke dapur.

"Iya, review berkas bentar tadi," jawab Asmara sambil meneguk air putih yang baru dikeluarkannya dari kulkas.

Mengejar Asmara [PINDAH PLATFORM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang